***
"Far, Ra, di sini." Daver mengarahkan matanya pada meja teman-temannya. Anara dan Fara yang berjalan di depannya langsung mendekati meja Evan dkk.
"Neng, masih mau makan di sini lagi?" tanya Evan dengan wajah konyol saat Fara duduk di hadapannya.
"Duh, muka lo ngeselin banget." Fara menahan rasa sebalnya. Ingin sekali ia menampol wajah Evan.
Kepala Ander melongok untuk melihat Fara karena terhalang Rino. Ia mau berbicara dengan Fara. Tapi Rino malah menjahilinya. Saat kepalanya ke kanan, Rino ikut ke kanan. Begitu juga saat kepalanya ke kiri.
"Belom gue tebas kepala lo," tandas Ander sambil menahan tawanya. "Minggir pala
"Dunia sengaja mengulur pertemuan kita dengan menghadirkan orang-orang baru."-Davenara***"Mau makan apa dulu, gak?" tanya Rino dengan volume suara yang besar. Karena suara kendaraan lain seperti bertengkar di telinga mereka.Anara mempererat pegangannya di pinggang Rino karena cowok itu menaikkan kecepatan motornya."Enggak. Lo laper? Kalau iya, gue temenin aja gak apa-apa."Rino menggeleng. "Gak laper, tapi gimana kalau nongkrong dulu? Es krim, mau?"Sepertinya anak-anak Zhenix —Daver, Evan, Ander, Rino, El
***"Sial."Rezo membanting ponselnya ke lantai. Ponselnya terdampar dan retak sekarang. Ia kembali emosi saat membaca chatdari Lardo. Laki-laki itu tidak mau membantunya untuk membunuh Daver.Mau tidak mau, Rezo berteriak memanggil dua anak buahnya yang bertubuh besar.Rezo berjalan mendekat. Ia memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana, sedangkan tangan yang lain memegang sebatang rokok."Besok siang, cari cewek yang deket sama Daver. Lokasinya di SMA Ravalis. Bawa ke sini."Suara berat dan tegas itu terdengar begitu tajam di pendengaran siapa pun.
"It's way too sad when you are loving someone while thinking that he/she won't feel the same."-Anara Emiley***Anarabadmood.Tadi, ia baru saja dipanggil ke ruang guru oleh Bu Dwi. Beliau membahas lagi soal Anara yang harus membimbing Gema dalam belajar.Anara tidak masalah dengan Gema-nya. Hanya saja ia malas apabila disuruh mengajari orang dengan berkelanjutan seperti itu.Anara sedang berjalan di koridor dengan langkah malas-malasan. Entah dengan sengaja atau tidak, seseorang menabrak pundaknya keras.Orang itu berlalu beg
***Anara adalah tipe orang yang kalau sudah suka sama seseorang, ia sulit sekali melupakan orang itu. Entah itu setia atau bodoh, meskipun cowok itu sudah bersama yang lain, perasaan Anara tidak berubah.Anara selalu didekatkan oleh orang-orang baik. Apalagi cowok. Banyak cowok yang perhatian sekali padanya. Tapi dengan bodohnya, Anara tidak bisa berpindah hati. Ia sulit untuk jatuh cinta lagi."Malam ini ikut, kan, Dav?" tanya Fara pada Daver yang sedang menyalin tugas milik Ander.Daver mengangguk.Fara menatap Daver sinis. "Idih, cuek banget."Daver melihat Fara. "Iya, ikut."
***"Siang." Daver tersenyum pada adik kelasnya yang sudah memakai baju futsal.Mereka semua dengan semangat menjawab, "Siang, Kak Daver!"Anara berdiri jauh di belakang Daver. Hari ini ia tidak bertugas, melainkan hanya mengamati saja. Ia memipihkan matanya, melihat sinis paraadkelcewek yang mendadak jadi sok alim di depan Daver."Hari ini tutor hari keempat. Walaupun terakhir, harus tetep semangat.""Pasti, lah, gila. Orang Kak Daver yang latih," celetuk Lavie, perempuan yang Daver kenal adiknya Evan.Daver tersenyum tipis. Itu saja gantengnya udah minta ampun bagi Anara. Apalagi bag
"You're the one who controls yourself."-Daver Negarald***"Ada apa?"Tiga satpam mulai berdatangan ke tempat di mana peluru itu ditembakkan. Salah satu satpam membawa pistol. Itu menjadi sasaran senjata Daver."Pak." Tangan Daver menengadah, meminta pistol yang dipegang Pak Satpam."Eh, gak boleh. Kamu masih kecil!"Daver berdecak. "Bapak mau mati?"DUAR!Satpam itu menggeleng cepat. Wajahnya mulai ketakutan ketika pistol
***Sudah dua belas kali Daver menelepon Anara dan hasilnya nihil. Hingga pada pukul enam malam, ia belum juga menemukan Anara.Daver bingung sekaligus menyesal. Seharusnya kemarin malam ia tidak perlu meminta Anara untuk menemaninya dalam tutor.Daver telah memperingati Fara untuk tidak mendekatinya karena ini yang ditakutkannya. Dan sekarang Anara yang kena. Ia merutuki dirinya sendiri.Daver mengembuskan napasnya kasar. Ia mengerang. Ia sudah pergi ke beberapa tempat yang mungkin menjadi tempat Anara disembunyikan. Namun, ia tetap tidak menemukan gadis itu.Drrrrrt!Ponsel Daver berdering. Ia d
"I loved you and still. Therefore, i'm waiting here."-Anara Emiley***"Sssh.. sakit." Anara menahan napas saat Daver menekan pelan lukanya dengan kapas yang dibasahi oleh obat merah.Setibanya diapartmentDaver tadi, Anara diberi istirahat selama dua puluh menit dulu untuk minum dan menenangkan diri.Daver tahu bahwa Anara membutuhkan waktu untuk menenangkan napasnya yang memburu akibat menangis.Setelah dirasa cukup, Daver langsung memulai mengobati luka Anara.Daver dengan wajah yang konsentrasi sedang fokus m