***
Sudah dua belas kali Daver menelepon Anara dan hasilnya nihil. Hingga pada pukul enam malam, ia belum juga menemukan Anara.
Daver bingung sekaligus menyesal. Seharusnya kemarin malam ia tidak perlu meminta Anara untuk menemaninya dalam tutor.
Daver telah memperingati Fara untuk tidak mendekatinya karena ini yang ditakutkannya. Dan sekarang Anara yang kena. Ia merutuki dirinya sendiri.
Daver mengembuskan napasnya kasar. Ia mengerang. Ia sudah pergi ke beberapa tempat yang mungkin menjadi tempat Anara disembunyikan. Namun, ia tetap tidak menemukan gadis itu.
Drrrrrt!
Ponsel Daver berdering. Ia d
"I loved you and still. Therefore, i'm waiting here."-Anara Emiley***"Sssh.. sakit." Anara menahan napas saat Daver menekan pelan lukanya dengan kapas yang dibasahi oleh obat merah.Setibanya diapartmentDaver tadi, Anara diberi istirahat selama dua puluh menit dulu untuk minum dan menenangkan diri.Daver tahu bahwa Anara membutuhkan waktu untuk menenangkan napasnya yang memburu akibat menangis.Setelah dirasa cukup, Daver langsung memulai mengobati luka Anara.Daver dengan wajah yang konsentrasi sedang fokus m
....Daver mengernyitkan alisnya. Dengan santai, ia memakai bajunya, lalu berjalan mendekati Anara. "Liat apa?""Gak liat apa-apa! Lagian kenapa pake bajunya gak di dalem aja?"Daver tertawa. Ia menarik tangan Anara yang sedang menutup wajah. "Maksudnya, lagi ngeliat apa?" Daver menunjuk meja dengan matanya. "Itu?"Anara menyengir. Ia salah tangkap. Kirain, Daver menanyakan tentangkotak-kotakyang dilihatnya."Sorry," ujar Anara polos. "Itu foto-fotonya. Lucu.""Iya, emang." Daver sombong.Anara memutar bola matanya, lalu
"Our memories are togetherness."-Zhenix***"Telat hampir dua jam.Good," sambar Evan saat Daver dan Anara masuk ke pekarangan rumah Elena.Daver mendekati cowok-cowok, sedangkan Anara langsung berlari memeluk Elena dan loncat-loncat kegirangan. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu, makanya sesenang itu."Eh, aw, sakit." Anara mengeluh spontan saat Elena menyentuh lengannya.Elena melepas pelukannya. Ia melihat lengan Anara yang sebenarnya tertutuphoodie."Eh, maaf, maaf. Kenapa?" tanyanya sambil melihat tubuh Anara.
..."Emang Fara yang lagi deket sama Daver, bukan gue," ujar Anara menimpali."Apaan. Enggak!" bantah Fara dalam perkataannya, tidak tahu kalau di dalam hati."Terserah, deh, siapa yang mau deket sama Daver. Asal jangan rebutan, ya." Elena tertawa.Evan berdiri dari duduknya, lalu mendekati Anara dkk. "Ra, bakarin gue jagung, dong!""Lah, kok jadi gue?""Dari tadi udah Fara. Terus Elena yang bikinin kita minum. Tolong napa. Kalo gue yang bakar bisa-bisa kebakaran gimana?" Wajah Evan memelas."Buatin, tuh, buat si Bayi gede." Fara menggamit lengan Anar
"This is unusual."-Daver Negarald***Anara pulang pada pukul sebelas malam. Ia diantar oleh Ander tadi karena jalan rumah mereka searah. Kebetulan, Anara berpapasan dengan Jeff—ayahnya—yang baru pulang kerja."Anara," panggil Jeff dengan suara beratnya.Anara menoleh malas. Mengingat betapa buruk karakter yang dimiliki ayahnya, Anara benar-benar sudah kehilangan respek dengan laki-laki paruh baya itu.Jeff melepas sepatunya, lalu melempar ke rak. Ia memandang Anara dengan mata mengantuk. "Kenapa kamu baru pulang?""Ada acara tad
...Daver tahu Anara suka padanya. Kadang, Daver suka memilah kata dulu kalau mau membahas tentang Fara pada cewek itu. Namun, saking tidak mau Anara memutuskan panggilan, Daver buru-buru mengucapkan topik apa pun yang ada di pikirannya.Di balik layar sana, Anara mengerutkan alis, bingung. "Hah? Oooh, gitu.." ucap Anara berusaha menjadi pendengar yang baik. Lagian, apa harus banget membuat dirinya tahu?"Mau ikut?"Daver gila kali, atau gak dia lagi mengkhayal. Padahal, kan, aneh kalau jalan bertiga dan dia-nya cowok sendiri. Apalagi dua cewek itu Anara dan Fara.Benar-benar segitu tidak ada topiknya dan tidak tahu mau membicarakan apa. Daver sebenarnya ingin
***Drrrrrt.."Halo, Gem?""Kenapa?""Rezo udah ambil tindakan tadi," ucap laki-laki yang bertubuh atletis, Lardo. Ia hanya sekadar memberi tahu Gema."Hah?""Tadi gue ketemu cewek disekap samabacking-nya Rezo di gedung sebelahcampmereka. Gue langsung hubungin Bima buat ngasih tau Daver, barangkali itu temennya dia. Eh, ternyata bener. Kata Bima si Daver beneran lagi nyari temennya.""Namanya Ara.. siapa, sih. Lupa gue. Lo kenal kali! Masa enggak?" Lardo mencoba menerka-nerka. Ia lupa.
"Don't be late about feeling."-Anara Emiley***Saat jam pelajaran berjalan, Daver meminta izin ke toilet. Ia membawa ponselnya yang bergetar tanpa bunyi. Awalnya, ia tidak berniat untuk mengangkat sama sekali. Namun, panggilan itu terus mengulang hingga tiga kali.Daver khawatir kalau ini panggilan penting tapi ia sengaja mengabaikannya. Jadi, ia memutuskan untuk ke toilet dan mengangkatnya."Halo, Daver?"Daver diam saat mendengar suara yang dikenalnya. Padahal nomor tersebut tidak ia simpan."Apa kabar, Nak?"