Di dalam suku Harmoni sendiri, Ardee terlihat sedang mengetuk keras pintu kamar Higiri, sambil berteriak, "Yang Mulia, kumohon, makan sedikit saja, kumohon!! Ini sudah berhari-hari, Yang Mulia! Kau bisa jatuh sakit!"Higiri sebenarnya bisa mendengar dengan jelas teriakan Ardee dan ketukan pintu yang sangat keras tersebut, namun, Higiri hanya ingin duduk terdiam di atas ranjangnya. Ardee menyerah dan mulai menghela nafasnya, ia sudah tiga jam berusaha agar Higiri mau keluar untuk sarapan, namun Higiri sama sekali tidak menjawabnya. Tiba-tiba saja, Nozomi mendekati Ardee dan bertanya, "Sudah hari ke berapa?"Ardee yang terkejut melihat Nozomi tiba-tiba muncul, lalu menjawab, "Jenderal, Yang Mulia Raja, sudah hari kelima, ia hanya berdiam diri dalam kamarnya, tolong, Jenderal, bujuklah Yang Mulia Raja, kami, bawahannya juga bersedih jika ia seperti ini terus."Nozomi mengangguk. Ia lalu mengetuk pintunya dengan keras dan kali ini berteriak, “Ini aku, Nozomi! Buka pintunya atau akan kupa
Pagi di istana suku Harmoni nampak tenang, langit biru dan beberapa pelayan terlihat sibuk membersihkan segala sisi istana. Higiri sendiri, sedang menikmati sarapannya di dalam kamar. Ardee terlihat sedang berlari-lari, sambil berteriak, “Tunggu, Jenderal!”Ternyata ia sedang mengejar Nozomi yang tiba-tiba saja datang dan langsung berjalan cepat menuju kamar Higiri. Sesampainya di depan kamar Higiri, Ardee terlihat berusaha menghentikan Nozomi.Namun, Nozomi secara kasar, langsung membuka pintu kamar dan menghampiri Higiri, mendekatinya, lalu berseru, "Kau harus masuk ke dalam wilayah suku Bass, sekarang juga, siap tidak siap, kau harus segera masuk ke sana. Aku melihat suku itu akan segera mengadakan ritual penyerapan energi besar-besaran, suku gelap itu mulai berkelap-kelip, penuh kilatan petir gelap, dan awan-awannya terlihat sudah berkumpul di satu sisi wilayah suku tersebut. Aku tebak, kemungkinan besar, Kenta yang akan dijadikan korbannya, karena belum pernah selama ini, kilatan
"Oh, aku harus pergi, mengurusimu hanya membuang waktuku saja!" seru Kaito lalu langsung menghilang seperti biasa, menjadi debu. Higiri sangat geram melihat Kaito yang melarikan diri, namun ia teringat bahwa tujuannya ke sini adalah untuk mencari dan membawa pulang Kenta. Ia lalu bergumam, "Sialan! Aku harus menemukan Kenta!!!"Higiri lalu berjalan melanjutkan pencariannya, namun, sebelum ia melangkah lebih jauh, kali ini, ia melihat sebuah ruangan yang mencurigakan tepat di pojokan istana tersebut. ruangan itu terlihat tertutup rapat, sangat rapat, namun, Higiri justru curiga dengan ruangan tersebut, karena hanya ruangan itu yang bentuk daun pintunya berbeda dari yang lain. Higiri mendekatinya, lalu mulai mencoba membuka pintu itu, namun tidak bisa, terlalu keras. Kenta lalu menyadari seseorang berusaha membuka pintu tersebut. Ia langsung berdiri, dan berteriak dengan lemah, "Higiri?!!"Higiri mendengar ada yang memanggilnya, namun, suara panggilan tersebut sangat lemah hingga ia
Kaito lalu berdiri dan mulai menari sambil menunggu bangunan tersebut menyerap energi korbannya. bangunan tersebut mulai bercahaya, dan perlahan, terlihat di seluruh sisi bangunan besar itu, cahaya mulai menembus keluar dari dalam. Kaito melihatnya, tersenyum lebar, lalu berkata, "Bagus!"Namun, cahaya yang menembus keluar bangunan itu semakin lama terang dan mulai sangat menyakitkan mata orang-orang yang menatap ke arah bangunan tersebut, termasuk Kaito yang mulai melindungi matanya dengan lengannya! "Sialan!!!!" teriak Kaito yang mulai menyadari bahwa sesuatu yang salah, bahwa bangunan tersebut, justru bukan menyerap energi yang ada di dalam tubuh korbannya, namun justru mulai meledakkan energi-energi yang dihasilkan oleh korbannya! Ada apa ini? Cahaya yang berasal dari dalam bangunan itu mulai menembus keluar, dan tertembak ke segala arah, serta sangat menyakitkan mata semua orang yang melihatnya. Tanah di sekitarnya bergetar keras, bahkan seluruh tempat yang dilewati cahaya itu,
Kenta mengangguk, entah dia mengerti atau tidak, lalu bertanya lagi, "Higiri, apa yang terjadi pada Moe? Hukuman pengkhianat adalah mati, kau serius mengadukannya kepada raja suku Piano???"Higiri membalas lagi, "Jika aku tidak melakukannya, bisa jadi Moe akan tidak sabar dan berusaha membunuhmu dengan segala cara, sebelum menunggu Kaito bertindak. Aku terpaksa melakukannya, dan mendengar hukuman sudah dijatuhkan. Ayahnya dihukum mati sementara ia dan ibunya menjadi budak abadi istana. Anak itu benar-benar berani sekali!”Kenta lalu berdiri, ia terlihat marah, Higiri menatapnya bingung. Lalu, Kenta berseru, "Kau kejam, Higiri! Orang tuanya tidak mengerti apapun!”Higiri ikut berdiri, lalu menjawab, "Kau pikir aku sejahat itu? Ya ampun!! Aku bahkan meminta Ardee mengirimkan suratku, memohon agar hukuman mati itu dianulir, karena ibundaku sendiri berasal dari sana! Raja suku Piano tentu setuju, dan akhirnya hukuman mereka diberikan keringanan walaupun semua anggota keluarganya harus men
Kali ini, Kaito benar-benar terkejut. Kedua matanya terbuka lebar mendengar pernyataan X tersebut. Ia lalu tertawa, dan berkata, “Kebohongan apalagi yang akan kau buat sekarang, pria tua?" X berjalan semakin mendekatinya, lalu berbisik pas di sebelah telinga Kaito, “Kau adalah kakak sepupu dari Kenta. Kakak sepupu kandung. Kau adalah anak dari Tuan Putri Rine, adik dari Ratu Angel. Ibumu adalah adik kandung Ratu Angel dan aku tegaskan, kau dan Kenta, memiliki darah yang sama." Kaito kali ini terdiam mendengar perkataan X tersebut. Senjatanya lalu jatuh dari tangannya yang mulai lemas. Ia lalu menatap X dengan tatapan sangat terkejut, dan bertanya, "Kau jangan gila, pria tua. Aku adalah raja suku Bass, raja kegelapan. Sementara Kenta adalah ratu cahaya, kau mungkin berimajinasi, pria tua! Bahkan aku dan dia saja, tidak sama! Aku tidak memiliki hati! Maksudmu apa dengan kakak sepupu? Kami saudara kandung? Apa kau mengatakan itu hanya untuk menertawaiku sekarang?" X berbisik lagi, "A
Ratu Angel keluar dari keretanya, lalu berseru, "Kita akan membuat beberapa bangunan sementara di tengah hutan tersebut, dan pastikan tidak ada penduduk dari suku Gitar yang menjadi korban. Kita akan memperhatikan gerak-gerik mereka secara diam-diam, cepat!" Setelah mendengar perintah, seluruh prajurit dan beberapa pelayan yang ikut, lalu mendirikan bangunan peristirahatan dan mempersiapkan beberapa kebutuhan logistik. Ratu Angel lalu berdiskusi dengan X dan beberapa prajurit lainnya di sebuah bangunan kecil. Rine sendiri menempati bangunan yang berbeda dengan mereka. Untuk beberapa waktu, Rine terlihat memperhatikan kakaknya yang terlalu sibuk dengan masalah ini, sehingga ia merasa sangat bosan. Ia lalu memutuskan untuk keluar dari bangunannya, dan berkeliling agak jauh, tentu saja, secara diam-diam, karena membawa pelayan akan merepotkan. Ia lalu berhasil keluar dan berjalan menuju hutan gelap. Namun, setelah berjalan sekian lama, entah mengapa hutan tersebut mulai membuatnya pusin
"Fedrix, aku tidak menemukan bahwa kau adalah orang jahat, lalu mengapa kakakku ingin menyerangmu?" tanya Rine. Fedrix lalu menatap Rine dengan tatapan serius, dan menjawab, "Suku Bass, sejak awal lahir tidak seperti suku kalian yang menerima cahaya matahari Dunia Musik, kami adalah suku terisolir dan gelap tanpa cahaya. suku kami hanya berisi kekuatan gelap. Dan, demi bertahan hidup, kami diam-diam harus mencari energi dari suku lain, agar kami bisa hidup dan kami tetap tinggal. Namun sepertinya beberapa suku, seperti rakyatmu, menganggap kami penjahat, padahal kami hanya ingin mencari makan saja." Rine lalu menatap Fedrix dengan sedih, dan bertanya, "Kakakku mungkin salah paham dengan kalian, Fedrix, apakah kau akan kembali?" Fedrix menganggukkan kepalanya, dan membalas, "Aku tidak bisa mendekatimu kalau begitu, sepertinya kita hanya akan bertemu sampai sini saja, atau nanti kakakmu akan melukaiku jika dia tahu aku bersama adiknya." Rine menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Ak