Diva melihat sekelilingnya, dia merasa asing dengan tempat ini.
Bulu kuduknya meremang, apalagi bangunan di depannya seperti gudang yang angker."Kenapa kamu bawa aku ke tempat seperti ini?" tanya Diva pelan.
Tanpa menjawab Adit langsung menarik tangan Diva. "Ayo."
Diva panik, berbagai pikiran negatif mulai muncul di kepalanya. Matanya memandang takut ke segala arah. Bagaimana jika ada hantu yang tiba-tiba muncul di hadapannya?
Diva semakin menahan berat badannya saat mereka hampir mendekati pintu.
Adit menoleh, astaga apa yang dia lakukan? Dia sudah membuat kekasihnya ketakutan. Lihatlah sekarang, Diva tidak berhenti mengawasi sekitar. Bahkan, tangannya pun terasa sangat dingin.
"Hei, kenapa?" tanya Adit memegang wajah Diva yang tampak pucat.
"Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Diva dengan suara yang bergetar.
"Kita 'kan mau dinner," jawab Adit santai.
"Kamu mau jual aku ya?" Air mata Diva mengalir den
Anggota danger sedang asik dengan dunianya sendiri. Ada yang bermain game, makan bahkan ada yang konser dadakan.Tiba-tiba ada suara yang seperti terkejut.Dengan serempak mereka menoleh ke asal suara. Disana terdapat Adit yang memegang tangan Diva."Eh, Bu Bos," sapa Bara melambaikan tangan.Diva tidak menjawab, dirinya masih kebingungan."Duduk dulu, nanti aku jelasin," ucap Adit mengajak Diva bergabung dengan anggota danger.Diva tidak menolak."Va, kenalin ini anggota danger," ucap Adit membuka suara."Hai, Ibu Ketua," sapa anggota danger serempak."Hai," balas Diva kikuk."Ini adalah markas danger," sambung Adit."Bukannya tadi kita di gedung angker ya?" tanya Diva memiringkan kepalanya pertanda dirinya bingung.Anggota danger yang melihatnya menjadi gemas. Terutama B
"Gue sebenarnya lagi bahagia," ucap Diva senang."Bahagia kenapa?" tanya Nisa penasaran."NISA!" teriak Diva memeluk Nisa erat.Mereka kaget, terutama Nisa yang hampir terjungkal mendapat pelukan mendadak dari Diva."Astaghfirullah gue kaget," ucap Tika mengelus dadanya."Sahabat laknat," gerutu Mira.Diva melepas pelukannya. Sedangkan Nisa mengucap istighfar berkali-kali."Lo kenapa sih?" tanya Mira jengkel."Semalam gue dinner sama Adit," ucap Diva memberi tahu."Ya, terus?""Adit romantis banget," ucap Diva dengan membayangkan kejadian semalam.Tika memajukan badannya. Dia penasaran dengan cerita Diva."Ayo lanjut, Va," desak Tika tidak sabaran."Dia kasih ini untuk gue," ucap Diva menunjukkan kalungnya.Ketiga sahabatnya menatap takjub
"Kita mau pakai lagu apa?" tanya Tika."Lagu blackpink saja yang love to hate me," usul Diva."Boleh, kita belum pernah pakai lagu itu disekolah," jawab Nisa."Gue beri contoh dulu ya," ucap Diva berjalan menuju ke tengah dan mulai menggerakkan badannya secara bertahap agar sahabatnya paham."Bagaimana?" tanya Diva setelah menyelesaikan gerakannya."KEREN!" seru Tika kagum."Bisa-bisanya napas dia tetap normal," celetuk Mira menggelengkan kepalanya."Ayo kita coba," ajak Nisa tidak sabaran."Ayo."Mereka memulai latihan dengan Diva yang berada di posisi tengah. Keringat mulai membasahi badan mereka. Gerakan tubuh mereka sangat lentur, sudah seperti dancer terkenal. Mereka terus mengulang dance nya supaya sempurna sampai tidak ada kesalahan apa pun.2 jam telah berlalu. Mereka memutuskan untuk menyudahi latihan hari ini, karena langit sudah mulai gelap."Huh, akhirnya selesai juga," ucap Tika dengan po
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Seperti baru kemarin mereka latihan dan sekarang sudah sibuk membantu pengurus OSIS mendekor lapangan untuk acara besok."Va," panggil Adit menghampiri Diva yang sibuk menata bunga di depan panggung."Ya," jawabnya tanpa menoleh."Istirahat dulu ayo," ajak Adit. Pasalnya Diva sangat sibuk semenjak datang pagi tadi dan sekarang hari sudah siang."Iya, nanti."Dengan paksa Adit membalikkan badan Diva agar menghadapnya."Apa... mau protes?" tanya Adit datar yang dijawab gelengan kepala oleh Diva."Ayo makan," ajak Adit memegang kedua bahu Diva."Aku-""Mau protes hm?" tanya Adit menatap lekat mata Diva."Enggak," jawab Diva cepat bahkan kepalanya pun ikut menggeleng beberapa kali."Pacar yang pintar," ucap Adit menepuk pelan puncak kepala Diva.Tanpa berlama-lama lagi Adit segera membawa Diva ke kantin. Dia tidak ingin kekasihnya sakit, biarkan saja dekoras
Diva menatap pantulan dirinya di cermin. Perasaannya gundah, entah apa yang akan terjadi kedepannya. Dirinya hanya bisa berharap semoga semuanya baik-baik saja."Ternyata gue cantik juga ya," gumam Diva seraya memutar badannya. Saat ini Diva memakai dress berwarna biru muda, dia dan sahabatnya akan berganti pakaian saat sudah mendekati waktu tampil.Setelah merasa tidak ada yang kurang Diva berjalan menuju sofa yang terdapat satu ransel besar, di dalamnya berisi pakaian ganti untuknya, sahabat, serta Adit."Adek, kenapa enggak pakai jeans aja?" tanya Abang Justin saat Diva menuruni tangga dengan ransel besar di punggungnya."Kenapa, Bang?" Diva balik bertanya."Enggak pantas kalau bawa ransel gitu. Nanti biar Abang saja yang bawa," ucap Abang Justin.Diva hanya bisa mengangguk."Ayo sarapan dulu," ucap Mama Githa."Ma," panggil Diva. Bukan hanya Mama Githa yang menoleh tetapi semuanya."Ada kecap enggak?" tanya Div
Diva dan ketiga sahabatnya sedang berjalan cepat menuju lapangan. Sekarang sudah waktunya mereka tampil."Ayo cepat," ucap Diva yang berjalan paling depan.Setelah sampai di samping panggung mereka berpegangan tangan, berdo'a agar penampilan mereka berjalan lancar."MARI KITA SAMBUT DIVA AND THE GENG!"Diva dan ketiga sahabatnya mulai menaiki panggung. Mereka langsung mengatur posisi dengan Diva di bagian depan, sebelah kanan Nisa, Tika di sebelah kiri, dan Mira di belakang.Penonton sangat riuh apalagi kostum yang di pakai Diva dkk lumayan terbuka. Mereka mengenakan celana hotpans berwarna putih dengan atasan baju crop, yang memperlihatkan kaki serta lengan mereka yang mulus.Disaat yang lain terpesona, berbeda dengan Adit yang menahan emosi. Ini sudah yang kedua kalinya Diva memakai baju seperti itu. Apalagi melihat tatapan lapar dari para lelaki sukses membuat emosinya mendidih.Lagu blackpink yang berjudul love to hate
Setelah acara tahunan kemarin, murid-murid diliburkan satu hari. Dengan tujuan agar mereka bisa beristirahat setelah acara, yang otomatis menguras energi.Diva sedari tadi hanya berguling-guling di atas kasurnya. Gabut melanda, dia bingung mau ngapain."Adit kok enggak chat sih," gumamnya melihat hp untuk yang kesekian kalinya. Sedari tadi dia mengecek siapa tahu ada chat dari Adit yang mengajaknya jalan.Karena sudah terlalu bosan, Diva berlari menuju kamar sang Abang berada."Abang," panggil Diva dengan menyembulkan kepalanya."Apa?" tanya Abang Justin yang sedang duduk di kursi belajar."Main yuk!" ajak Diva memelas."Mau ke taman aja?" tanya Abang Justin.Diva mengangguk semangat. "Boleh." Yang kemudian berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.Abang Justin menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik satu-satunya itu."MAMA," panggil Diva berteriak."Ada apa, Sayang?" tanya Mama Githa yang baru
"Hai," Diva menepuk pundak seseorang yang sedang bercanda dengan orang lain di atas ayunan.Keduanya menoleh dengan raut muka yang berbeda. Seseorang yang Diva tepuk tadi badannya seakan kaku, sedangkan satunya lagi menatap tidak suka ke arah Diva."Kamu ngapain disini?" tanya Diva lembut."Gue main," jawab seseorang itu singkat."Gue? Sejak kapan kamu menggunakan kata gue, Adit?" tanya Diva mencoba tenang.Ya, seseorang yang Diva kenal itu adalah Adit. Kekasihnya yang sedang berduaan dengan wanita lain."Adit, dia siapa?" tanya perempuan yang berada disebelah Adit dengan raut polosnya."Teman aku," jawab Adit lembut.Diva menatap tidak percaya ke arah Adit. Apa tadi dia bilang? Teman? Lalu hubungan mereka mau dikemanakan? Dan kenapa Adit berbicara menggunakan aku kepada dia, sedangkan dengan dirinya menggunakan gue?"Tema