Share

Kesepakatan

Membelalakkan matanya, Adriana tak dapat berkata apa-apa. Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa dia bisa melakukan hal yang diperintahkan oleh Nyonya kaya ini? Rasanya itu pekerjaan yang teramat sulit untuk dilakukan.

Tapi kemudian ia teringat akan kondisi dompetnya yang mengenaskan dan entah akan cukup sampai berapa hari lagi untuk dipakai bertahan hidup sementara ia belum juga mendapat pekerjaan hingga saat itu.

Maka, dengan segala keterpaksaan serta kenekatan, akhirnya ia menganggukkan kepala tanda menyetujui penawaran tersebut.

"Baik, Nyonya. Saya akan berusaha semampu saya," jawab Adriana mencoba terdengar penuh ketegasan. Padahal, kalau saja nyonya itu bisa melihat ke dalam hatinya, ia sendiri sama sekali tidak yakin bisa melakukan hal tersebut.

Tampak wajah semringah yang ditunjukkan oleh sang nyonya. Ia lalu menjabat tangan Adriana dan dengan sangat bersungguh-sungguh mengucapkan rasa terima kasih yang tak berhingga.

"Terima kasih banyak, Adriana. Saya benar-benar menghargai ini. Bahkan, kamu bisa meminta apa saja yang kamu kehendaki dari saya mulai saat ini," janjinya menawarkan imbalan yang tak bisa disebutkannya apa saking besar rasa berterima kasih kepada gadis di hadapan.

Adriana menganggukkan kepala tanda mengiyakan saja entah apa yang dimaksud sang nyonya. Baginya, mendapat pekerjaan yang sangat ia butuhkan saja sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Entah harus bersyukur atau mengeluh dengan adanya pekerjaan absurd yang tengah akan dilakoni demi bertahan hidup kali ini.

Ia lalu keluar dari kamar mandi dan mulai menjalani apa yang harus dibiasakannya kini. Menjadi sosok Zoya, kekasih dari Dante si tampan nan kaya.

Deg! Debaran jantungnya langsung saja kembali bertalu kencang sebab begitu membuka pintu kamar mandi, rupanya Dante sudah menunggu tepat di depannya. Ya Tuhan ... ditatap oleh kedua bola mata berwarna coklat pekat itu membuat Adriana mendadak kehilangan kata. Seluruh tubuhnya seolah lemas lemas tanpa daya.

"K-kamu di situ?" tanyanya bodoh. Ah, apa lagi yang ingin ditanyakan. Ia bahkan tak tahu gaya berpacaran Zoya dan Dante seperti apa biasanya. Ckckck, seperti meraba dalam gelap dan tak ada petunjuk.

"Aku tungguin karena takut kamu menghilang lagi, Zoya! Dengar Sayang, jangan pernah tinggalin aku tanpa kabar lagi," ujar pria di hadapan itu penuh penegasan di tiap katanya. Hal mana membuat hati Adriana berdesir oleh sebuah rasa yang aneh yang seketika muncul di dalam dada. Cemburu.

Ya, ia mendadak saja merasa cemburu kepada gadis bernama Zoya yang begitu beruntung dicintai dengan sangat dalam oleh Dante sampai seperti itu. Ia rasa setiap wanita pasti mendambakan bisa dicintai dengan sepenuh jiwa raganya seperti cinta Dante kepada Zoya.

'Ya Tuhan, sisakan satu pria yang juga mencintaiku sebesar itu' mohon Adriana dalam hati.

"Eh, kita ... ke rumah sakit, yuk? Kata dokter kamu harus diperiksa secara intensif karena baru saja pingsan tanpa sebab di jalanan tadi," ucap Adriana teringat pesan sang dokter.

Langsung saja Nyonya Wanda menyahut,

"Betul, Dante. Kita harus ke rumah sakit. Dokter tadi ke sini dan dia berpesan untuk bertemu lagi di rumah sakit saat kamu telah sadar."

"Tapi Dante merasa baik aja, Ma. Nggak kenapa-kenapa, kok," ucap Dante sekenanya. Ia memang tak merasakan sensasi aneh apa pun dalam tubuhnya kecuali perasaan hangat dan bahagia yang menjalar sebab kekasihnya telah berhasil ditemukan dan kini tengah bersamanya.

"Tidak, Sayang. Kita harus tetap ke sana. Mama nggak mau ada ketidakjelasan dengan kondisi kamu. Ayolah, kita pakai supir saja," ucapnya tanpa mau dibantah. Ia lalu mengambil tas tangannya dan mengajak Dante serta Adriana untuk segera mengikuti.

Mereka pun ke rumah sakit dan di mobil, Dante terus menanyai ke mana saja Zoya selama ini. Adriana yang tak tahu menahu apa pun soal Zoya akhirnya hanya menjawab bahwa ia sedang sibuk mengerjakan pekerjaan penting yang tidak boleh orang lain tahu.

"Maksud kamu proyek rahasia?" tanya Dante penasaran.

Zoya adalah seorang model di sebuah majalah mode. Terkadang ia memang melakukan sebuah pemotretan untuk edisi spesial yang dirahasiakan dari umum agar terhindar dari pemberitaan sebab edisi itu memang untuk versi kejutan dengan harapan majalah mode lain tidak ada yang meniru tema mereka.

Merasa lebih baik mengiyakan semua perkataan Dante, Adriana menganggukkan kepala sambil berkata,

"Jadi jangan tanya-tanya soal itu lagi, ya. Itu cukup rahasia."

Dante pun mengangguk serius. Astaga! Pria itu percaya dengan bualannya yang hampir tak masuk akal itu. Adriana hampir tak bisa mempercayai keberuntungannya. Bahwa pria itu tak akan membantah apa pun perkataannya.

Dante duduk merapat sekali kepada Adriana. Bahkan kedua tangannya menggenggam jemari Adriana sembari sesekali meremasnya dan terkadang menautkan sela-sela jemari mereka.

Astaga! Sepertinya gaya pacaran antara Zoya dan Dante sangat dekat hingga semesra itu. Dia juga tak segan sama sekali terhadap mamanya yang turut pula berada dalam mobil. Ck! Jangan-jangan kalau tidak ada orang lain malah akan lebih mesra lagi! Ya Tuhan, gawat! pekiknya khawatir dengan keselamatan dirinya dari pria yang menganggapnya sebagai kekasih itu.

Adriana sebenarnya sangat segan, tetapi untuk menjaga jarak dan menepis perlakuan Dante ia takut kalau akan terjadi masalah. Jangan-jangan pria itu akan curiga atau merasa aneh pada tingkahnya? Bisa-bisa dia jadi harus menjelaskan apa yang terjadi kenapa sikapnya berubah atau yang sejenisnya.

Selepas pemeriksaan yang hasilnya harus menunggu sekitar dua hari sebab melibatkan pemeriksaan CT scan dan beberapa detail lain, Dante meminta persetujuan mamanya untuk mengantar Adriana pulang sebab hari sudah sore.

Terkejut dan tak tahu harus bagaimana, Adriana memohon lewat tatapan mata ke arah Nyonya Wanda untuk memberinya instruksi apa yang harus dilakukan. Mana mungkin dia mengajak Dante ke rumah kontrakan temannya yang kumuh di daerah pinggiran kota? Sementara Zoya pastinya gadis dari keluarga kaya kalau melihat dari namanya saja, pikir Adriana ngeri.

Seolah mengerti akan kesulitan Adriana, Nyonya Wanda pun segera menjawab cepat, "Zoya akan tinggal di rumah kita untuk sementara waktu, Dante."

"Ap-Apa?" Kedua orang di dalam mobil--Dante dan Adriana--sama-sama memekik saking terkejutnya.

"Tolong, Zoya. Kamu tolong temani Dante dalam masa pemulihan ini, ya? Tante mohon," ujar Nyonya Wanda tulus dari dalam hatinya. Lagipula akan sangat susah menjadikan Adriana sebagai Zoya yang harus pulang setiap hari ke rumah Zoya yang asli, bukan?

Sementara Dante seketika bingung sebab tak biasanya sang mama menyetujui bahkan tampak sangat welcome kepada Zoya. Dulu mana pernah seperti itu, pikirnya terheran. Namun, ia menyimpulkan mungkin sang mama takut bila ia sampai sakit keras lagi seperti yang lalu ketika ia berpisah dari Zoya.

Adriana akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah dengan apa yang akan terjadi dalam kehidupan selanjutnya. Ia merasa sudah tergadai dan harus menurut pada apa pun yang diperintahkan oleh sang Nyonya.

***

Dian Apriria

What? Harus seatap pulakk? OMG, gawat gak, tuh?

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status