“Aku jatuh hati, kepada hati yang tidak pernah jatuh kepadaku”
“Dari mana kamu tahu aku pernah sakit hati lebih dari sekali?” tanya Alana pada Agha
“Apakah kamu tidak menyadarinya?” Agha kembali bertanya
“Maksudnya?” tanya Alana dengan rasa penasaran
“Aku tahu semuanya” balas Agha
“Tahu apa?” tanya Alana kembali
“Walaupun kamu memilih diam seribu bahasa, kedua mata kamu dapat mengatakan yang sejujurnya” terang Agha
“Itu hanya kebetulan” balas Alana singkat
“Tidak, ucapanmu itu hanya untuk mengelak dari kenyataan yang tidak dapat ditolak” jelas Agha kembali
Alana tidak bergeming dan hanya memandangi Agha dengan tatapan datar
“Bagaimana kamu bisa mengetahui semua itu?” tanya Alana dengan nada heran
“Aku mempelajarinya” balas Alana
“Apa? Kalau begitu kamu tidak perlu menerapkannya padaku” ujar Alana
“Kenapa?” tanya Agha
“Karena aku tidak ingin kamu mengetahui s
“Aku melangkah hingga lelah, ternyata kamu melangkah ke lain arah” Dari arah kejauhan, Arka melihat Algi dan Alana berkenalan dengan berjabatan tangan. Arka tidak menyukai pemandangan tersebut dan berusaha merusak suasana “Apaan sih? Kenalan aja lama banget” kata Arka dengan nada tinggi “Ha? Kok? Kamu?” ucap Alana dengan terbata-bata “Kenapa kaget ya aku ada disini?” tanya Arka dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Alana Alana menunduk kepala “Eh Algi, jangan bilang, kamu temannya si cowok paling ngeselin di dunia ini?” tanya Alana Algi hanya mengangguk dengan pasrah “Nggak mungkin. Ini nggak mungkin” ucap Alana “Apanya yang nggak mungkin?” tanya Arka “Kenapa bisa iblis kejam kayak kamu punya teman malaikat mulia seperti dia?” tanya Alana dengan nada menyindir Arka Seketika semua teman Arka tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alana. Bukan untuk menertawakan Alana, akan tetapi me
“Aku kira mengenalmu hanya sampai nyaman, ternyata hingga aku merasa takut kehilangan” Agha mengajak Alana untuk foto bersama dengan cara selfie, hal ini tidak lain karena Alana penasaran dengan ciptaan Tuhan yang lebih indah dari pelangi. Kepolosan Alana terkadang membuatnya membutuhkan waktu agak lama untuk memahami beberapa ucapan cowok, karena sejak Alana mengalami patah hati paling hebat karena Alfa, dia tidak pernah berekspektasi apapun terhadap orang lain “Ayo, selfie” ajak Agha “1...2...3...oke” hitung Agha “Ini” lanjut Agha sambil menunjukkan hasil foto selfie tersebut “Apa?” tanya Alana dengan penuh rasa penasaran “Tadi kamu bertanya ciptaan Tuhan yang lebih indah dari pelangi, jawabannya ya ini” balas Agha dengan menunjuk hasil foto selfie mereka di ponsel Agha “Iya, terus?” tanya Alana “Astaga Alana, harus banget ya aku bilang ‘kamu’? tanya Agha dengan nada merasa jengkel aka
“Aku merindukanmu dengan sebuah rasa, sedangkan kamu hanya membalas dengan sebatas kata” Agha dan Alana telah melenggang pergi dengan suara motor yang tidak terlalu bising, meningkalkan cafe coffee dan segala kenangannya “Sebenarnya kamu sama dia itu pernah dekat atau bagaimana sih?” tanya Algi penasaran “Sama Alana?” tanya Arka Algi mengangguk sambil meminum segelas americano coffee “Kamu mau aku beri tau sesuatu?” tanya Arka pada teman-temannya dengan sedikit ragu-ragu “Apa?” tanya teman-teman Algi dengan serentak “Dulu cewek itu yang mengejarku” kata Arka “Mana mungkin?” tanya Algi dengan memicingkan sebelah matanya “Seriusan” balas Arka “Lalu?” tanya Algi kembali “Waktu itu aku melakukan kesalahan besar” ucap Arka “Kenapa?” tanya teman Arka di sisi sebelah kanan “Aku mengacuhkan, mengabaikan, menghindari, dan bahkan aku meminta teman dekatnya m
“Mengikhlaskan berarti merelakan dia bersama siapapun. Karena, akhirnya kita paham, bahwa kita dipertemukan hanya untuk menjadi teman” Kling... [Satu pesan dari Algi belum dibaca] “Ha? Apa dia tahu aku sedang stalking dia? Astaga” bisik Alana dalam benak denganrasa heran Alana terkejut bukan main dan segera membaca pesan tersebut “Alana, aku Algi. Apa Arka sekarang mengejarmu?” tanya Algi dengan tiba-tiba “Nggak” jawab Alana dengan singkat “Berarti belum, dan dia sepertinya akan mengejarmu” lanjut Algi “Kamu tahu sosial mediaku darimana?” tanya Alana “Bukan hal sulit untuk mengetahui hal itu” balas Algi “Kenapa emangnya kamu tanya tentang Arka tadi?” tanya Alana “Kamu pernah dijauhi Arka bukan?” tanya Algi yang sebenarnya dia sendiri sudah mengetahui jawabannya, akan tetapi dia menginginkan jawaban langsung dari Alana Ketika membaca pesan tersebut, rasanya gemuruh suara hu
“Dan, sekarang hati yang pernah kamu sembuhkan, kembali kamu patahkan” Alana tidak memiliki pilihan lain, yang terpikirkan dalam pikirannya sekarang hanyalah Arga “Aku harus minta tolong ke Arga” bisik Alana dalam hati “Tapi, bagaimana caraku meminta tolong?” tanya Alana dalam benaknya Alana mulai mengetik pesan dan menghapusnya kembali Mengetik dan menghapusnya lagi Mengetik lagi, lalu menghapusnya lagi “Bagaiamana kalau Arga tidak mau membantuku?” tanya Alana dalam benaknya “Sudahlah, itu urusan nanti, sekarang aku harus mencobanya dulu, tidak apa-apa jika dia tidak mau membantu” ucap Alana Tanpa berpikir panjang lagi, Alana segera mengetik dan mengirim pesan kepada Arga Kling... [Satu pesan dari Alana belum dibaca] “Gha, kamu lagi sibuk nggak?” tanya Alana “Nggak, kenapa?” tanya Arga pada Alana “Aku mau minta tolong” lanjut Alana “Apa?” tanya Arga
“Apabila ingin mengetahui rasanya menyembunyikan rasa sakit, tanyakan pada orang yang terlihat bahagia” X Iblis Kejam X Bolehkah aku bertanya? Mengapa kau mengalir pergi Kala ucap terpatri di hati Akankah kau buktikan kau benci dirimu sendiri Kau tolak empat mata Namun, kau suka main mata Nan, bolak balikkan kata Laksana bunga tidur yang terasa Pijar yang ku cari Bukan kata manis yang kau beri Nostalgia yang ku rasa Apa kau merasa hal yang sama? Iblis kejam... Lihat tanda tanya ini Bisakah kita menjadi sahabat? Atau Berteman hingga akhir hayat? Nan, maaf kutelusupkan kau dalam puisi ini 26-04-2018 Arka membaca kembali puisi tersebut dan mengamati tulisan tangan di kertas yang sedang dipegangnya. Lalu, tiba-tiba dia teringat bahwa satu-satunya yang memanggilny
“Sudah banyak singgah yang aku datangi dan aku cukup bahagia disana, tetapi sayangnya di tiap sepi, tetap namamu yang aku cari” “Kenapa semuanya seperti tidak masuk akal?” tanya Alana dalam benaknya “Feelingku berkata ada sesuatu yang sedang disembunyikan. Tapi apa?” Alana mendengus kesal sambil menghentakkan kaki “Angga kenapa kamu lakukan semua ini padaku?” tanya Alana sambil menatap angkasa Di dalam kamarnya, Alana menulis sebuah surat untuk Angga, akan tetapi dia pun tidak mengerti kepada siapa surat tersebut harus diberikan dan pada alamat tujuan yang manakah surat tersebut harus dikirim. Semuanya sungguh membingungkan “Apa aku kirim saja ke rumah Angga, walaupun rumahnya terlihat sepi tidak berpenghuni, siapa tahu suatu saat orang tua atau Angga, mungkin juga kalau seandainya rumah itu dijual, pendatang baru rumah itu bisa membacanya dan dapat membantu mengirimkannya kepada pemilik rumah pertama” ucap Alana
“Aku sedang tidak baik, hatiku masih patah, pikiranku masih gelisah. Bahkan dalam diriku ada resah yang tengah menggundah. Jadi, tolong jangan menanyakan apa kabar padaku, sebab aku takkan baik-baik saja, tanpa dia” Satu windu telah berlalu, semakin sulit langkah Alana dalam menemukan Angga. Alana merasa setiap perjalanan yang di laluinya saat ini begitu berat. Hidupnya terasa suram. Jangankan untuk menjadi ceria seperti biasanya, untuk tersenyum saja, susah sekali rasanya “Misteri apa yang sedang terjadi?” ucap Alana “Mengapa aku seringkali menjadi pihak yang ditinggalkan, dikecewakan, diingkari, dikhianati?” kata Alana dengan lirih “Rasanya lelah dan ingin menyerah” lanjut Alana Alana menghiasi setiap malam dengan air mata. Hampir setiap hari dia diam-diam menangis di kamarnya. Seolah mengurung dan menjauhkan diri dari keramaian. Hingga orang tua Alana turut merasa gelisah “Ayah, lihat anak kita, dia menjadi sedih dan