𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶
【AFTERFALL】
Kastil luas itu tampak amat suram. Tidak sedikitpun cahaya fajar dapat masuk melewati gorden-gorden tebal yang terpasang di setiap jendela. Seorang pria dengan jubah hitam yang tak pernah lepas dari tubuh jakungnya itu berdiri tegak menatap betapa kosongnya kastil itu. Udara dingin melilit kulit pucat yang tak pernah mengusik ketenangan pria itu.
“Sudah pulang, Pangeran?”
Pangeran Cliftone berbalik, mendapati seorang pria jakung akhir 40-an itu menatapnya dengan manik merah menyala. Sudah lebih dari satu dekade Cliftone mengenal pemimpin Voalire itu, namun tak sedikitpun dari wajahnya berubah menua.
Pangeran Cliftone menunduk. “Baru saja, Yang Mulia.”
Entah apa yang membuat pemimpin Voalire itu melangkahkan kakinya di kamar pribadi Pangeran Cliftone. Biasanya ia hanya akan menghabiskan hari dengan duduk di atas singgasana sembari mendengarkan para penasehat kerajaan berbicara soal politik negeri dan saat matahari sudah terbenam seluruhnya, ia akan menghilang menyamar sebagai rakyat biasa dan bergabung bersama padatnya kota.
“Bagaimana, kau tidak membuat masalah, bukan?” tanyanya.
Pangeran Cliftone menghela napasnya. Ia tahu apa yang ada di pikiran rajanya itu sekarang. Lupakan semua sifat alamiah vampir dan bersikap seramah mungkin. “Saya sudah berusaha sebaik mungkin,” jawabnya terus terang.
Pangeran Voalire itu sama sekali tak berbohong padanya. Sangat sulit untuk mengabaikan sifat alamiahnya. Pangeran Voalire tak seperti Raja yang terbiasa berkerumun dengan makhluk lain, ia jelas jauh lebih berpengalaman dan dapat mempelajari sifat-sifat makhluk lain dan dengan mudah beradaptasi. Tidak sepertinya yang lebih sering terjebak dengan segerombolan vampir abadi yang tampak sudah muak dengan hidup.
“Dengarkan, Pangeran. Kau tahu seberapa seriusnya masalah pangan dan wilayah di negeri kita, bukan? Jika tidak segera diatasi, kita bisa masuk masa krisis dan sangat sulit mengendalikan vampir kelaparan untuk tidak melukai makhluk dari negeri lain. Sayembara ini sangat penting. Jika kau bisa menang, kita tidak perlu mengkhawatirkan ketersediaan darah selama puluhan tahun ke depan.” Untuk yang kesekian kalinya, Raja memperjelas tujuan utama mereka mengikuti sayembara.
Pangeran Cliftone mengangguk. “Tentu saja, Yang Mulia.”
“Pastikan kau menarik perhatiannya, Pangeran. Ini perintah.”
***
Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya pada meja jati berwarna cokelat tua yang membuat cahaya remang-remang dari lilin di ujung meja menari-nari. Sudah hampir tengah malam, namun tidak ada tanda-tanda jika Pangeran Cliftone akan keluar dari kastil dan melihat kota terbesar di negerinya itu yang selalu hidup di malam hari.
Bayangan Putri Kaline yang mengendap-endap di kastilnya sendiri hanya untuk bertemu dengannya kembali merasuki pikiran Pangeran Voalire itu. Ia masih hafal bagaimana raut kesal yang tampak begitu kentara di wajah kecil itu membuat perut nya tergelitik sesaat. Bagaimana bisa seorang putri begitu bodoh? Seorang tamu kerajaan tidak akan berbicara pada anggota kerajaan lain jika tidak ada perjanjian sebelumnya.
Ritme indah dari ketukan jari telunjuknya rusak tatkala sesuatu yang mengetuk kaca kastilnya dengan tergesa-gesa, membuat Pangeran Cliftone kesal.
Kaki jenjangnya melangkah mendekati jendela besar dengan kusen yang sudah lapuk. Seekor elang besar dengan mata tajam hinggap di baliknya. Kaki kirinya terikat benang berwarna merah sebagai tanda bahwa elang itu milik negeri Eargard. Sedangkan kaki kanannya mencengkram sebuah kertas yang tergulung kecil.
Mata merah menyalanya berkilat penuh semangat bersama senyuman yang menampilkan gigi taringnya. “Aku melakukan perintahmu dengan sangat baik, Yang Mulia.”
Jemari pucatnya membuka gulungan kertas berwarna cokelat muda itu. Bau tinta yang masih menyengat itu menyambutnya tatkala gulungan kertas terbuka sempurna. Elang milik Kerajaan Eargard memang terkenal dengan kecepatannya. Bahkan saat tinta belum benar-benar mengering, elang itu sudah tiba di tujuan.
Yang terhormat Pangeran Sirius Cliftone Alorine dari Voalie.
Saya ingin mengucapkan maaf yang terdalam karena dengan lancang bertemu dengan Anda dan mengganggu waktu istirahat Anda. Saya bersedia untuk menerima konsekuensi atas perilaku tidak terpuji saya.
Namun bukan itu tujuan utama saya mengirim surat ini. Saya memiliki hal yang teramat penting untuk dibicarakan dengan Anda. Saya tahu kita akan bertemu lagi dalam beberapa bulan kedepan namun sayangnya, saya rasa masalah ini tidak bisa menunggu lebih lama.
Oleh karena itu, saya memohon dengan sungguh-sungguh kepada Anda untuk kesediaannya bertemu dengan saya secara pribadi dalam waktu dekat. Saya bersedia memberi imbalan pada Anda tergantung bagaimana berlangsungnya pertemuan kita nanti.
Jika Anda menerima ini, saya harap Anda bersedia menjawab ajakan saya dan memberitahu tanggal serta tempat pertemuan kita. Jika Anda tidak membalas, saya akan menganggap Anda menolak.
Ralenia Kaline Gard,
Eargard
Pangeran Cliftone menyeringai. Ternyata gadis itu belum menyerah juga. Ia sebenarnya sangat tidak tertarik dengan ajakan Putri dari Eargard itu. Bahkan ia tidak sedikit pun penasaran dengan hal penting yang dibicarakan. Salah satu sifat alamiah vampir; tidak peduli.
Namun ini kesempatan emas baginya untuk mengambil hati Putri Kaline dan memenangkan sayembara. Ia tidak punya pilihan selain menerima ajakannya.
17-7
Danau Sane pukul 00.00
***
“Apa masih belum mendapatkan balasannya, Putri?” tanya Narin tampak amat khawatir. Majikannya itu terus mondar-mandir mengelilingi kamar. Kaline sudah menceritakan semuanya padanya, tentang Pangeran Cliftone yang sudah pergi dan meminjam elang penasehat Polin untuk mengirim surat.
“Bukankah seharusnya elang itu sudah sampai dari tadi pagi?” Kaline tampak sangat kacau sekarang. Ia menolak Narin mentah-mentah saat pelayannya itu hendak membenarkan tatanan rambutnya yang amat berantakan.
Narin hanya meringis. Jika ia menjawab dengan jujur seharusnya elang itu sudah tiba tepat sebelum fajar, ia yakin Putri Kaline akan semakin menggila. “Sebentar lagi musim dingin, Putri. Mungkin elangnya terjebak badai,” jawab Narin.
“Terjebak badai? Apa dia akan baik-baik saja? Bagaimana jika dia mati sebelum mengantarkan suratnya?” jawaban Narin jelas tidak tepat. Maksudnya hendak menenangkan Putri Kaline malah berbalik membuat gadis itu semakin panik.
“Tenanglah, Putri ....” Dengan susah payah, Narin menuntunnya untuk duduk. “Elang kerajaan sudah dilatih. Mereka jelas akan mencari jalan lain untuk menghindari badai.”
Tepat setelah ucapan Narin, jendela besar yang menghadap ke bagian luar kastil diketuk dengan terburu-buru, membuat dua sejoli yang sibuk dengan pikiran masing-masing itu berbalik pandangan.
“Biar saya saja, Putri.” Tolak Narin tatkala Kaline hendak mengikutinya berjalan menuju jendela.
Kaca bening yang sedikit berembun itu menampilkan seekor elang yang gagah dengan bulu yang basah kuyup tengah terbang sembari mematukkan paruhnya pada jendela. Narin dengan cekatan membuka jendela dan membiarkan elang itu masuk. Meski di Eargard belum memasuki musim dingin, ia sangat yakin jika di Voalire tengah badai salju sekarang. Negeri itu tak pernah bersahabat dengan matahari.
“Dari siapa?” tanya Kaline saat menyadari Narin hanya mematung di depan jendela.
“Tidak ada keterangan dari mana, Putri. Tapi kertasnya dingin sekali, kemungkinan besar dari Voalire,” jawab Narin dengan wajah skeptis. Tangannya perlahan-lahan mengulurkan surat yang tergulung kecil itu pada Kaline yang amat bersemangat.
17-7
Danau Sane pukul 00.00
Kaline terpengangah tak percaya. Matanya berkaca-kaca tak kuasa menahan rasa gembira. “Kita berhasil! Aku akan bertemu dengan Pangeran Cliftone di Danau Sane tepat tengah malam,” ucapnya penuh semangat.
Tak seperti Kaline, Narin malah membulat tak percaya. Dari sorot matanya bahkan tak sedikit pun menunjukkan raut kebahagiaan. “Tapi, Putri ....” Narin tampak amat skeptis mengatakannya.
“Ada apa?”
“Danau Sane adalah danau di pusat ibu kota Voalire. Perjalanan kesana memakan waktu satu minggu lebih. Meskipun Anda bisa sampai sana, tempat itu amat berbahaya. Banyak vampir yang haus darah. Jika mereka mengetahui ada manusia ... sebaiknya saya tidak melanjutkan ini.” Narin meringis kecil. Dalam hatinya, ia merasa amat bersalah karena membuat putri jelita itu kembali merenung.
“Berani sekali dia mempermainkanku.”
»—————————–✄
𝙠𝙪𝙣𝙟𝙪𝙣𝙜𝙞 𝙄𝙣𝙨𝙩𝙖𝙜𝙧𝙖𝙢 @𝙙𝙪𝙨𝙠𝙤𝙛𝙚𝙮𝙚 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙞𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶【AFTERFALL】Tepat dua hari sebelum pertemuannya dengan Pangeran Cliftone, Kaline masih belum menemukan cara bagaimana ia bisa tiba di Danau Sane tepat waktu. Meski ia sadar maksud Pangeran dari Voalire itu membalas surat hanya untuk mempermainkan Kaline, tapi itu tetap kesempatan emas. Bagaimanapun, ia harus tetap hadir meski melukai harga dirinya sekalipun.“Apa kau sungguh yakin cara ini tidak akan berhasil?” tanya Kaline untuk kesekian kalinya.Narin menghela napasnya. Sudah berjam-jam mereka berdebat soal ini. “Anda adalah seorang penerus tahta Kerajaan Eargard, Putri. Tentu tidak mudah menghilang begitu saja meski hanya dalam satu jam,” jelas Narin dengan sabar.Sejujurnya, ia merasa kas
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Kaline menatap Pangeran Cliftone tajam. Ia tak peduli manik merah menyala milik lawannya itu membalas tak kalah tajam. Setelah pertemuan mereka, Pangeran Cliftone langsung membawa Kaline menuju gubuk kecil yang tampak tua. “Beraninya kau membangun tempat persembunyian di wilayahku,” ucap Kaline penuh penekanan. Bagaimana bisa gubuk ini lolos dari pengawasan para penjaga perbatasan? Jika terus dibiarkan, vampir ini bisa saja masuk ke istana tanpa ketahuan. Pangeran Cliftone tersenyum sinis, tampak sama sekali tak merasa bersalah atas tindakannya. “Andai kau tahu hal kotor yang orang kalian lakukan di wilayahku, Putri. Kau harus berkunjung ke penjara Voalire lain kali.” Kaline terdiam. Ia telah mende
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Rumor hubungan spesial antara Putri Kaline dan Pangeran Cliftone menyebar dengan cepat. Seluruh penjuru negeri sudah mengetahui rumor tersebut hanya dalam satu malam. Banyak rakyat yang tidak setuju dan meminta penjelasan dari pihak kerajaan. Beberapa bahkan setia menunggu di depan istana sedari malam. “Jawab aku, Putri. Apa kau benar berhubungan dengan Pangeran Cliftone?” tanya Raja El sekali lagi dengan suara datar yang terdengar amat dalam. Kaline menundukkan kepalanya gelisah. Ruangan raja yang dikelilingi dengan rak buku itu tak ia sangka dapat menjadi amat menakutkan. Ratu Faline yang berdiri di samping kursi raja itu mengelus pundak suaminya perlahan, berusaha membuatnya tenang. “Kau tahu ap
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Udara dingin yang menusuk kulit tak mengurangi antusiasme rakyat dari empat kerajaan besar terutama Eargard. Lampion serta obor di jalan dinyalakan dengan terang, menghiasi jalanan Eargard yang sudah mulai gelap. Gerbang istana yang biasanya ditutup dengan rapat kini terbuka dengan lebar, mempersilakan semua kalangan masuk tanpa memandang kasta. Para bangsawan dengan kereta kuda serta setelan yang tampak anggun membentuk kelompok-kelompok kecil berdasarkan kasta sosial. Berbincang-bincang sekaligus mencari celah untuk merendahkan satu sama lain. Beberapa dari mereka turut memperhatikan rakyat biasa yang tampak histeris melihat keindahan bangunan istana dengan tatapan risih. “Aku tak percaya pihak istana turut mengundang rakyat bawahan itu,” bisik salah satuny
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Beberapa jam sebelumnya .... Aula utama istana terasa amat sesak. Ratusan bangasawan dengan gaun-gaun mengembang menari bersama mengikuti irama lagu yang dibawakan sekelompok musikan ternama di atas panggung kecil. Para pelayan sibuk mondar-mandir membawa gelas-gelas anggur yang sudah habis. Sebagian lain yang sudah terlalu mabuk untuk menari memilih berbincang ringan membentuk kelompok-kelompok kecil. Kaline yang masih terjebak di atas balkon itu terus menatap balkon yang ada di seberangnya. Wajah familiar yang fokus memperhatikan tamu undangan yang menari itu tak sekalipun menoleh pada gadis itu. Membuat manik abu-abunya terlihat suram. “Kau menyukai vampir itu, bukan?” Ratu Faline yang duduk di sampingnya tiba-tiba b
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 “Putri ....” Sudah satu jam terakhir Kaline terus menangis sembari menatap ke luar jendela yang gelap tanpa cahaya selain bintang dan bulan yang bersinar tak terlalu terang. Narin hanya bisa memandangi Kaline yang sudah ia dampingi saat ia menginjak usia 18 tahun itu dengan nanar. Seingatnya, Kaline hanya pernah menangis dua kali. Pertama saat ia terjatuh dari kuda lima tahun yang lalu, dan sekarang yang entah disebabkan karena apa. “Apa Pangeran dari Elavrine menyampaikan sesuatu yang buruk pada Anda, Putri?” Narin kembali menebak dengan suara rendah. Ia sempat mendengar desas-desus dari pelayan yang mengurus pesta dari malam jika Putri Kaline dan Pangeran dari Elavrine terlihat sangat akrab. Bahkan mereka sempat berdansa bersama.
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Hari pertama sayembara telah dimulai. 4 buah kereta kuda dengan corak emas dengan bendera yang berbeda warna di depannya sebagai penanda setiap kerajaan telah tersusun rapi di depan pintu utama istana. Para prajurit dari setiap kerajaan telah bersiap mengelilingi setiap kereta dengan kuda gagah mereka. Burung-burung yang berkicau setiap pagi hari masih terdengar, namun ketiga pangeran dan seorang putri telah duduk dengan manis di dalam kereta masing-masing. Kaline memperhatikan kereta dari Kerajaan Lyvora yang berada tepat di samping miliknya. Kereta itu paling unik karena tidak ada kuda yang mendorongnya, melainkan kilauan emas yang terlihat seperti percikan api yang membuatnya dapat melayang meski tanpa roda dan berjalan tanpa bantuan k
𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶 【AFTERFALL】 Hutan Hidni tampak lebih terawat dari dugaannya. Kuda dengan salah satu kaki terikat kain coklat yang menandakan milik Kerajaan Elavrine itu terus memacu dengan kecepatan sedang, menyusuri semak belukar yang tak terlalu banyak. Cahaya matahari yang tak berhasil menembus ranting serta dedaunan pohon-pohon yang berdiri dengan tegak, membuat penerangan hutan terlihat remang-remang. Aknan, tanaman langka yang hanya ditemukan di hutan terdalam Hidni. Tanaman itu amat terkenal bahkan sangat sering disebut oleh salah satu profesor di akademi kesehatan. Menurut rumor yang beredar, Aknan adalah rahasia stamina prajurit Eargard yang amat baik meski notabenya mereka hanya manusia biasa. Bentuknya seperti ilalang liar. Sangat sulit menemukan tanaman itu karena Aknan sering berkamuflase bersama tumpukan