"Jadi Arya sebenarnya nggak buta lagi dan sudah bisa berjalan kembali?"
Wisnu bertanya sambil menatap wajah Sri, berusaha memastikan.
Sri menganggukkan kepalanya dengan yakin.
"Benar, Pak. Saya melihat dengan mata kepala sendiri kok kalau Pak Arya sebenarnya sudah bisa berjalan kembali. Dan sepertinya itu alasannya kenapa Pak Arya menolak dengan keras saat saya ajak latihan berjalan kemarin," ucap Sri lagi menjelaskan.
Mendengar itu, Wisnu pun manggut-manggut.
"Jadi dia nggak mau diajak latihan jalan? Hmm ... kalau begitu nggak salah lagi. Saya juga lihat melalui kamera CCTV yang saya pasang diam-diam di rumah Arya kalau Arya sebenarnya sudah bisa berjalan kembali. Tapi, sayang dia belum mau mengakuinya. Entah kenapa alasannya.
Tapi selain itu saya memang benar-benar mau memastikan dulu dia bisa berjalan kembali dengan normal supaya tugas kami merawat dia pun bisa selesai, makanya saya minta kamu merawatnya, karena kemarin saya lihat j
Pak Baskoro yang mendengar perkataan wanita itu, semakin tersenyum kecut.Cantik, kaya dan punya pekerjaan bagus? Apa iya mau sama laki-laki buta dan cacat seperti Arya? Apa yang didapat olehnya dengan menikahi laki-laki seperti itu? Di mana bisa dicari perempuannya seperti itu yang punya ketulusan dan kesabaran luar biasa hingga mau menikahi Arya?"Iya, Pak. Saya ingin punya istri yang bekerja dan bisa membantu ekonomi keluarga, seperti mantan istri saya dulu," ujar Arya lirih."Oh ya? Kenapa kalian bercerai? Dan di mana mantan istri kamu itu sekarang berada? Pernah kamu ajak balikan nggak? Siapa tahu dia masih ingin kembali sama kamu lagi, apalagi kalau melihat kondisi kamu seperti ini sekarang, mana tahu dia kasihan dan mau diajak rujuk?" jawab Pak Baskoro pula yang memang belum mengetahui jika mantan istri Arya sebenarnya adalah calon menantunya sendiri, Ana, sambil menatap Arya lekat.Wisnu memang belum cerita terus terang kalau Arya sebenarnya
"Pa? Papa di sini? Kebetulan sekali kalau begitu. Wisnu mau ...." Wisnu menghentikan ucapannya karena Pak Baskoro tiba-tiba mengibaskan tangannya saat melihat kedatangannya lalu menghardiknya dengan nada keras."Wisnu! Dicekoki apa kamu sama perempuan itu sampai mau-maunya kamu hendak menikahinya?" Pak Baskoro menatapnya dengan mata melotot lebar."Maksud Papa?""Tinggalkan Ana sekarang juga! Papa nggak sudi punya calon menantu seperti dia!"Wisnu mengernyitkan keningnya mendengar bentakan sang papa. Ada gerangan apa sehingga papanya yang selama ini welcome terhadap hubungannya dengan Ana, sekarang tiba-tiba marah dan tidak merestui hubungan mereka seperti ini?Apa jangan-jangan si licik Arya sudah berkata yang tidak-tidak, memfitnah dirinya dan calon istrinya itu?"Tapi kenapa, Pa? Apa salah Ana?" tanya Wisnu tidak mengerti sambil menatap heran pada Pak Baskoro, lalu beralih pada sosok Arya yang pura-pura menundukkan wajahnya dengan raut mu
"Kamu bahkan sudah bisa berjalan kembali dengan normal, tapi pura-pura belum bisa. Apa maksud kamu sebenarnya, Arya? Apa? Bukannya jujur, sekarang kamu malah mengarang cerita soal Ana dan mempengaruhi papa supaya membatalkan rencana perkawinan kami. Kamu yang nggak punya hati, Ya! Apa sih maksud kamu sebenarnya!" sergah Wisnu dengan nada tidak terima pada Arya, bukan hanya atas tuduhan laki-laki itu pada Ana tapi juga atas kedok kebohongan laki-laki itu pada kebutaan dan kelumpuhannya.Pak Baskoro yang mendengar penjelasan Wisnu tersebut menjadi kaget dan tak menyangka."Apa kata kamu tadi, Nu? Arya sudah nggak buta lagi dan bisa berjalan? Yang benar saja?"Wisnu mengangguk, tetapi di lain pihak, Arya justru terlihat meradang."Bohong, Pak! Dokter Wisnu sudah berbohong besar! Kapan saya bisa melihat dan bisa berjalan lagi? Dokter, tolong jangan mengarang cerita seperti ini! Apa-apaan ini, hanya gara-gara dokter menginginkan mantan istri saya, dokter
"Bu Hasnah, maafkan saya. Tapi rasanya sudah cukup saya membalas kebaikan anak ibu pada saya. Saya akan berikan uang untuk modal usaha Arya. Tapi setelah itu tolong ibu dan anak ibu pergi dari rumah ini," ucap Pak Baskoro dengan nada tegas.Mendengar perkataan lelaki di depannya itu, Bu Hasnah makin dalam tangisnya."Pak Baskoro, maafkan anak saya,.Pak. Tolong maafkan Arya. Mungkin dia bukan sengaja hendak berbohong, tapi hanya belum sempat saja bercerita tentang kesembuhannya, soalnya dengan saya, Arya juga tidak mengakui kalau dirinya sudah sembuh. Jadi, tolonglah, Pak. Maafkan anak saya, tolong ...," iba Bu Hasnah sambil berusaha memeluk kaki lelaki di depannya, tetapi Pak Baskoro menghindar."Sudah, Bu. Cukup. Saya sudah beberapa kali bertanya pada Arya mengenai kondisi kesehatannya tapi anak ibu ini selalu mengatakan kalau dirinya belum sembuh.Padahal saya tidak hendak mengusir kalian dari rumah ini kalau Arya sembuh, justru sebaliknya saya be
Siang itu, sopir dan satpam Pak Baskoro mengantarkan Bu Hasnah dan Arya pulang kembali ke rumah lama mereka. Mira tak ikut sebab gadis itu selama ini lebih sering tinggal di rumah sendiri timbang ikut ibu dan kakaknya tinggal di rumah mewah pemberian Pak Baskoro itu.Sepertinya Mira menyadari bahwa tak baik memanfaatkan kebaikan orang sehingga gadis itu lebih sering berada di rumah asli milik mereka sendiri, timbang di rumah baru. Selain lebih nyaman tinggal di rumah sendiri juga bisa beberes rumah supaya kebersihannya tetap terjaga.Meski Bu Hasnah dan Arya telah mengiba dan merayu begitu rupa tetapi pendirian Pak Baskoro ternyata begitu keras. Tak bisa diluluhkan begitu saja. Dan akhirnya mereka tetap harus keluar dari rumah itu."Jadi gimana, Ya selanjutnya? Uang yang diberikan Pas Baskoro ini mau diapakan? Cuma dua ratus juta rupiah, bisa bikin usaha apa dengan uang segitu?" tanya Bu Hasnah sambil memandang amplop besar berisikan uang kertas sebesar du
"Mira? Apa yang barusan video call sama kamu itu Andre? Ada hubungan apa kamu sama dia?" tanya Arya dengan kening mengernyit dan mata melotot saat tiba-tiba Mira memutuskan panggilan ketika melihat ia masuk.Melihat sosoknya yang nyelonong tanpa permisi, Mira menjadi sedikit kesal."Mas Arya, Mas itu kebiasaan ya, masuk kamar orang nggak pernah ngetok pintu dulu. Ganggu privasi orang aja!" sahut Mira dengan bibir ditekuk.Tanpa menghiraukan gerutuan Mira, Arya mengulang kembali pertanyaannya."Jawab dulu, apa yang barusan kamu telpon itu Andre? Ada hubungan apa kamu sama bocah tengil itu? Jangan bilang kamu pacaran sama dia ya! Mau ditaruh di mana muka mas kalau kamu punya hubungan spesial sama adik dari wanita yang sudah bikin mas menderita seperti ini?Kamu mau mas diketawain Ana kalau tahu kamu pacaran sama adiknya! Pake otak dong, Mir. Kayak nggak ada cowok lain aja yang bisa kamu jadikan gebetan sampai adik musuh sendiri aja kamu pacarin
Bertepatan dengan itu Bu Hasnah datang dengan langkah tergopoh-gopoh dari pintu depan."Kalian ada apa sih? Pagi-pagi kok sudah ribut begini? Apa sih yang kalian pertengkarkan?" tanya wanita itu sambil menyapu wajah kedua anaknya dengan tanya.Mira mengangkat bahu, sementara Arya langsung menyahut sinis."Ini, Bu. Ada pengkhianat rupanya di rumah kita. Diam-diam dia punya hubungan dekat sama keluarga musuh. Ibu tahu nggak kalau selama ini ternyata Mira ini punya hubungan asmara sama Andre, adiknya Ana? Gila nggak, Bu? Siapa yang nggak marah coba, melihat adik sendiri punya hubungan spesial dengan adik mantan istri yang sok-sokan nggak mau diajak balikan? Apa nggak ada laki-laki lain yang bisa Mira jadikan teman spesial, sampai si Andre yang dipacari?" sahut Arya sambil melotot tajam pada MIra.Mendengar itu, Bu Hasnah tampak terkejut dan berpaling menatap putrinya."Benar itu, Mira?" Bu Hasnah menatap Mira lama, hingga akhirnya anak gadisnya itu me
Arya mengedarkan pandangannya menyusuri gedung kampus yang terhampar di hadapannya, lalu mengarahkan roda duanya menuju gedung fakultas ekonomi yang berada nun di depannya.Barusan ia stalking akun media sosial dua putri Pak Baskoro itu dan mendapatkan informasi bahwa duo gadis jelita itu sedang masuk kuliah. Dan di sinilah ia sekarang. Di sudut gedung fakultas di mana dua gadis itu menempuh studi tingkat akhir dan pertengahan bangku kuliah, untuk membuntuti mereka saat pulang nanti.Ia sudah memiliki foto-foto Lisa dan Linda, dua putri konglomerat incarannya itu dan merasa sangat tertarik untuk berkenalan lebih dekat dengan mereka.Pak Baskoro boleh saja membatalkan perjodohan antara dirinya dengan salah satu dari dua gadis cantik itu, tapi ia tak patah semangat.Ia boleh saja berbuat kesalahan dan kekhilafan kemarin, tetapi saat ini ia telah bersiap-siap untuk menebusnya.Arya meraba saku celananya saat benda pipih dalam kantong pakaiannya itu bergetar keras lalu mengeluarkannya da