Share

bab 29. Musyawarah

Flash back On

Bis yang kutumpangi terguncang-

guncang di jalan. Namun yang lebih terguncang adalah hatiku. Sepanjang jalan tak dapat kutahan air mata ini.

Kubiarkan tumpah membasahi masker yang kupakai. Aku menangis tanpa suara. Berbagai macam rasa berkecamuk di hati. Aku hanya ingin keluarga yang bahagia. Sulitkah ?

Suami yang bertanggungjawab, rumah yang terpisah dari mertua, suami yang mau menafkahi secara layak, suami yang mau membantu pekerjaan rumah ,bisa sholat berjama'ah dengan suami dan anak, mungkinkah?

Sesederhana itu keinginanku. Tapi yang kudapat malah suami yang suka molor, boros, tidak peka, ibadahnya gak jelas, dan mertua yang suka komentar dan membicarakanku di belakang.

Aku benar-benar gak kuat dan ingin menyerah saja. Pulang ke rumah tanpa Surya, entahlah apa yang akan terjadi padanya. Sekarang waktunya dia minum ASI. Dadaku terasa kencang dan berat, pertanda sebenarnya harus mengASIhi.

Kuraih ponsel di tas tentengku. Membuka layar ponsel dan mulai mengirim whatsapp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status