AMBIL SAJA SUAMIKU 34"Celia, jadi gini, Om Arez semalam datang untuk melamar Bunda. Emm, kalau Bunda dan Om Arez menikah, boleh nggak?"Mata jernih dan bulat bak biji buah leci itu menatapku lama sekali. Dia tak jadi tidur, padahal malam telah sangat larut. Untung saja besok hari minggu. Sampai Arez pulang tadi, Celia menolak masuk. Dia bolak balik menghampiri dan menunjukkan hasil karyanya pada Arez, bangunan-bangunan dari Lego. Celia secara tidak langsung menunjukkan sisi lain Arez yang family man. Dari sudut mata dapat kulihat bagaimana Mama tersenyum samar melihatnya."Ayah gimana?"Hatiku mencelos mendengarnya. Celia belum melupakan sang Ayah."Ayah kan, nggak bisa kembali sama kita lagi. Karena Ayah, sudah ada di rumah Allah."Hati-hati sekali aku memilah kata. Celia sebentar lagi enam tahun. Meski cara berpikirnya lebih dewasa dari anak seusianya, tetap saja dia hanya anak kecil."Kalau Bunda menikah sama Om Arez, nanti Celia panggil apa? Ayah juga kayak Afika? Apa aku akan t
AMBIL SAJA SUAMIKU 35PoV MAYANG"Maya! Ada pelanggan nyariin lu!""Maya!"Pluk!Sepotong tangan menepuk bahuku dengan keras. Aku terkejut, gunting kuku yang kupakai untuk mengikir kuku jari kaki terjatuh ke lantai. Suara logam membentur lantai granit terdengar nyaring di ruangan yang sepi."Woy, Lu budeg apa gimana sih? Gue panggil dari tadi juga?""Gue?""Iyalah. Nama lu Maya kan?"Astaga. Aku merutuk dalam hati. Bagaimana bisa aku lupa kalau namaku di sini, saat ini, adalah Maya."Buruan, keburu disamber si Loly. Dia dari tadi misuh-misuh aja belum ada yang booking."Aku berlari ke depan sambil membetulkan letak rok span pendek yang naik hingga pangkal paha akibat duduk di sofa tadi. Membuka tirai, aku menangkap bayangan Loly, yang sedang duduk merayu pelangganku."Sama saya aja, Om. Hari ini saya masih virgin. Si Maya entah sudah dipake berapa kali hari ini."Heh!Aku mendorong tubuh Loly dengan keras, melotot padanya. Berani-beraninya dia merebut pelangganku."Kata siapa? Lu tahu
AMBIL SAJA SUAMIKU 36PoV KAYYISA(Kayyisa, apa kau yakin, pembunuh suamimu banya Bram?)Pesan itu masuk tepat ketika aku baru selesai membereskan pekerjaan. Celia sudah tidur karena memang hampir tengah malam. Tanpa pikir panjang, aku langsung menghubungi nomor yang baru saja mengirim pesan itu. Tidak aktif!Dasar pengecut!Aku sangat yakin bahwa ini adalah Mayang. Padahal baru tiga hari yang lalu aku menerima kedatangan Mas Hadi, kini, seseorang kembali menerorku. Aku menatap lagi pesan itu dengan geram.Kayyisa, apa kau yakin pembunuh suamimu hanya Bram?Apa maksudnya? Apa dia mau mengatakan kalau dia juga terlibat pembunuhan terhadap Mas Arkan? Bagaimana caraku melacak keberadaan Mayang melalui nomor yang baru saja menghubungi itu? Tak mungkin minta bantuan Rayyan. Dia sedang sibuk. Tante Astri melarang dia keluar rumah lagi jika tidak penting sementara Ajeng besok sudah mulai dipingit. Pernikahan mereka tinggal tiga hari lagi.Tak kehilangan akal, aku membuka google dan mencari c
AMBIL SAJA SUAMIKU 37"Meski sedikit saja, masihkah kau mencintaiku, Kay?"Aku menatap matanya yang kelam, mata yang selalu mampu membuatku seakan berenang di danau yang airnya kehijauan, sejuk, indah dan memberi rasa damai. Aku tak lagi ingin mengingat cinta lain yang pernah hadir dan menyakitiku. Cintanya, kehadirannya, dan senyumnya adalah obat luka paling sempurna.Bagaimana mungkin aku tak mencintainya? Bahkan, wajah Mas Arkan makin samar dari ingatan. Hanya kehadiran Celia yang membuatku menyadari bahwa dia pernah ada."Arez, maukah kamu mendengar pengakuan dariku?"Dia tersenyum, mengangguk. Kami masih berdiri di depan rumah dengan halaman berumput yang asri ini. Jauh dari jalan raya dan lalu lalang kendaraan, juga beraneka pepohonan yang menyaring polusi dan sinar ozon, suasana di sini terasa sangat sejuk, teduh. Aku telah jatuh cinta pada tempat ini, pada pemiliknya."Dulu, saat kita berpisah, bertahun-tahun lamanya aku hidup dalam penyesalan. Tapi, aku terlalu gengsi dan tin
AMBIL SAJA SUAMIKU 38PoV MAYANGAku memandang kepergian mobil mewah itu dengan hati kesal dari balik kaca mata hitam yang kupakai. Untung saja tadi aku menyamar, mengenakan hodie hitam dan kacamata yang juga hitam. Tak terbayang kalau Kayyisa memergokiku. Untunglah sepertinya mereka sedang tergesa-gesa hingga tak ada yang memperhatikan. Atau mungkin Kayyisa memperhatikan dari dalam mobil tapi tak berhasil mengenaliku.Sialan! Rupanya aku salah, yang menikah bukan Kayyisa. Aku lupa bahwa hubungan persaudaraan keluarga Kayyisa memang seerat itu. Dan seluruh keluarga besar mereka semuanya kaya raya dan selalu disangkut pautkan dengan Papanya Kayyisa, sehingga siapapun yang menikah akan selalu masuk berita meski berita lokal. Aku heran, bagaimana ada keluarga seberuntung itu, kaya tujuh turunan tujuh tanjakan, padahal kabarnya mereka juga rajin memberi donasi ke yayasan-yayasan sosial. Apa duitnya nggak habis-habis? Enak betul."Mbak, ini kita mau kemana?"Sopir taksi online menoleh meli
AMBIL SAJA SUAMIKU 39Aku gemetar. Hawk, siapakah dia?'Aku meninggalkan Arkan dalam posisi tidur di atas kasur, May. Tidak tergantung seperti itu. Dia sudah mati, atau belum. Tidak. Aku yakin dia sudah mati dan tak mungkin bangun untuk menggantung dirinya sendiri. Jadi, setelah aku pergi, ada orang lain yang melakukannya.'Seperti itulah kira-kira cerita Bram waktu itu. Si tol*l yang tak pernah becus melakukan apa-apa. Dia memberi masalah baru untukku. Jika benar Mas Arkan digantung orang, dan Si Hawk, lelaki yang mengirimkan pesan ini adalah orangnya, kenapa dia menerorku? Apa maksudnya?Kepalaku rasanya mau pecah memikirkannya. Siapa sih dia? Apa hubungannya dengan semua ini?Nanar, aku menatap pesan itu dan tanpa pikir panjang membalasnya.(Siapa kamu?)Pesan balasanku langsung dibacanya. Jantungku berdebar kencang menunggu balasan.(Seseorang yang amat dekat denganmu.)Tiba-tiba saja aku merinding dibuatnya. Siapa memangnya yang pernah dekat denganku? Mas Arkan, Bram, Mas Hadi!M
AMBIL SAJA SUAMIKU 40"Aku kenapa?""Maagh akut. Dasar bodoh, siapa suruh kau minum kopi saat perutmu kosong!"Aku terbangun di ranjang rumah sakit, ruangan IGD. Mami Niki mengomel panjang pendek karena itu artinya aku tak bisa mencari uang malam ini."Kita pulang saja, tak perlu dirawat. Kau tahu biaya rumah sakit itu selangit," ujar Mami sambil berlalu meninggalkanku."Tapi perutku masih sakit, Mami." Bagian bawahku juga. Tapi, aku tak berani mengatakannya pada Mami. Bagian bawah tubuhku adalah aset paling penting. Kalau aku sakit itu … oh, bisa-bisa Mami mengusirku dari rumahnya. Mau kemana aku? Ibu dan Bapak tak akan pernah menerimaku lagi. Dan Mimi… bagaimana dengan Mimi?"Maya … "Mami muncul lagi, bersama seorang perawat yang menatapku iba."Mami sudah tanda tangan, kita pulang sekarang. Kamu cuma maagh. Nanti Mami minta tukang jamu membuat ramuan kunyit."Aku tak bisa berkata apa-apa. Mami lalu pergi lagi, menungguku di luar karena tak ada tempat di sini. Perawat itu lalu men
AMBIL SAJA SUAMIKU 41PoV KAYYISAAku menatap bangunan yang kini tinggal puing-puing menghitam. Berdiri agak jauh dari rumah para tetangga dan juga diketahui sebagai rumah tanpa penghuni, membuat pertolongan datang terlambat. Padahal nanti malam, keluarga Arez akan datang untuk melamarku secara resmi, tapi, musibah memang datang tanpa pernah permisi.Apa aku salah karena mengambil rumah ini dari Mayang? Perempuan itu, yang dulu pernah menjadi sahabat lalu berubah menjadi seteru, yang dengan sengaja mengincar Mas Arkan karena iri dengki padaku. Apakah dia ada hubungan dengan kebakaran ini?"Papa akan suruh orang membersihkan puing-puingnya, Kay. Kau bisa membangun lagi dari awal."Aku menggelengkan kepala."Tidak, Pa. Untuk apa? Aku sudah punya rumah, Arez juga telah menyedihkan rumah untuk kami nanti. Biarkan seperti ini dulu. Atau mungkin, jika ada yang mau mengelolanya, aku lebih suka kalau tanah ini nanti ditanami saja. Aku lihat tanahnya subur. Hanya sayang sedang kemarau."Papa m