AMBIL SAJA SUAMIKU 38PoV MAYANGAku memandang kepergian mobil mewah itu dengan hati kesal dari balik kaca mata hitam yang kupakai. Untung saja tadi aku menyamar, mengenakan hodie hitam dan kacamata yang juga hitam. Tak terbayang kalau Kayyisa memergokiku. Untunglah sepertinya mereka sedang tergesa-gesa hingga tak ada yang memperhatikan. Atau mungkin Kayyisa memperhatikan dari dalam mobil tapi tak berhasil mengenaliku.Sialan! Rupanya aku salah, yang menikah bukan Kayyisa. Aku lupa bahwa hubungan persaudaraan keluarga Kayyisa memang seerat itu. Dan seluruh keluarga besar mereka semuanya kaya raya dan selalu disangkut pautkan dengan Papanya Kayyisa, sehingga siapapun yang menikah akan selalu masuk berita meski berita lokal. Aku heran, bagaimana ada keluarga seberuntung itu, kaya tujuh turunan tujuh tanjakan, padahal kabarnya mereka juga rajin memberi donasi ke yayasan-yayasan sosial. Apa duitnya nggak habis-habis? Enak betul."Mbak, ini kita mau kemana?"Sopir taksi online menoleh meli
AMBIL SAJA SUAMIKU 39Aku gemetar. Hawk, siapakah dia?'Aku meninggalkan Arkan dalam posisi tidur di atas kasur, May. Tidak tergantung seperti itu. Dia sudah mati, atau belum. Tidak. Aku yakin dia sudah mati dan tak mungkin bangun untuk menggantung dirinya sendiri. Jadi, setelah aku pergi, ada orang lain yang melakukannya.'Seperti itulah kira-kira cerita Bram waktu itu. Si tol*l yang tak pernah becus melakukan apa-apa. Dia memberi masalah baru untukku. Jika benar Mas Arkan digantung orang, dan Si Hawk, lelaki yang mengirimkan pesan ini adalah orangnya, kenapa dia menerorku? Apa maksudnya?Kepalaku rasanya mau pecah memikirkannya. Siapa sih dia? Apa hubungannya dengan semua ini?Nanar, aku menatap pesan itu dan tanpa pikir panjang membalasnya.(Siapa kamu?)Pesan balasanku langsung dibacanya. Jantungku berdebar kencang menunggu balasan.(Seseorang yang amat dekat denganmu.)Tiba-tiba saja aku merinding dibuatnya. Siapa memangnya yang pernah dekat denganku? Mas Arkan, Bram, Mas Hadi!M
AMBIL SAJA SUAMIKU 40"Aku kenapa?""Maagh akut. Dasar bodoh, siapa suruh kau minum kopi saat perutmu kosong!"Aku terbangun di ranjang rumah sakit, ruangan IGD. Mami Niki mengomel panjang pendek karena itu artinya aku tak bisa mencari uang malam ini."Kita pulang saja, tak perlu dirawat. Kau tahu biaya rumah sakit itu selangit," ujar Mami sambil berlalu meninggalkanku."Tapi perutku masih sakit, Mami." Bagian bawahku juga. Tapi, aku tak berani mengatakannya pada Mami. Bagian bawah tubuhku adalah aset paling penting. Kalau aku sakit itu … oh, bisa-bisa Mami mengusirku dari rumahnya. Mau kemana aku? Ibu dan Bapak tak akan pernah menerimaku lagi. Dan Mimi… bagaimana dengan Mimi?"Maya … "Mami muncul lagi, bersama seorang perawat yang menatapku iba."Mami sudah tanda tangan, kita pulang sekarang. Kamu cuma maagh. Nanti Mami minta tukang jamu membuat ramuan kunyit."Aku tak bisa berkata apa-apa. Mami lalu pergi lagi, menungguku di luar karena tak ada tempat di sini. Perawat itu lalu men
AMBIL SAJA SUAMIKU 41PoV KAYYISAAku menatap bangunan yang kini tinggal puing-puing menghitam. Berdiri agak jauh dari rumah para tetangga dan juga diketahui sebagai rumah tanpa penghuni, membuat pertolongan datang terlambat. Padahal nanti malam, keluarga Arez akan datang untuk melamarku secara resmi, tapi, musibah memang datang tanpa pernah permisi.Apa aku salah karena mengambil rumah ini dari Mayang? Perempuan itu, yang dulu pernah menjadi sahabat lalu berubah menjadi seteru, yang dengan sengaja mengincar Mas Arkan karena iri dengki padaku. Apakah dia ada hubungan dengan kebakaran ini?"Papa akan suruh orang membersihkan puing-puingnya, Kay. Kau bisa membangun lagi dari awal."Aku menggelengkan kepala."Tidak, Pa. Untuk apa? Aku sudah punya rumah, Arez juga telah menyedihkan rumah untuk kami nanti. Biarkan seperti ini dulu. Atau mungkin, jika ada yang mau mengelolanya, aku lebih suka kalau tanah ini nanti ditanami saja. Aku lihat tanahnya subur. Hanya sayang sedang kemarau."Papa m
AMBIL SAJA SUAMIKU 42Pernikahanku akan dilangsungkan satu bulan dari acara lamaran. Cincin berlian dari Arez, yang pernah dia titipkan waktu itu kuberikan kembali pada Mamanya, yang tersenyum melihat lagi benda yang dia beli jauh di Malaysia sana."Saya membeli ini untuk anak lelaki saya satu-satunya. Ah, dia kini bahkan anak saya satu-satunya setelah Ibunya Afika, anak perempuan saya meninggal dunia bersama suaminya. Saya meminta Arez untuk memberikan cincin ini pada perempuan yang dia cintai. Jujur saja, saya khawatir karena dia sudah sangat lama sendiri, seperti tak pernah tertarik pada wanita. Waktunya habis untuk mengurus Afika. Ternyata, Arez menunggu kamu, Kay."Suasana hening ketika Mama Arez bicara. Di dalam sini, hatiku bergetar mendengarnya. Aku pernah memutuskan hubungan tanpa alasan jelas padanya. Dan dia masih tetap mencintaiku."Kay, Mama hanya minta satu hal. Jika kalian menikah nanti, tolong biarkan Afika tetap memanggilnya Ayah. Kasihan cucu Mama yang malang itu. Di
AMBIL SAJA SUAMIKU 43"Elang. Hawk. Burung yang gagah."Dia mengulangi ujung kalimatku, lalu tersenyum."Saya tidak tahu kalau nama saya bisa jadi bagus seperti itu. Mama saya bilang, dia memberi saya nama Erlangga, agar saya tetap ingat dari mana saya berasal. Erlangga nama yang sangat Indonesia. Tapi, karena ada tiga suku kata, sementara kebiasaan orang Indonesia memberi nama adalah dua suku kata, maka lebih banyak yang memanggil saya Erlang. Begitulah.""Kenapa tidak Angga saja? Angga panggilan yang umum di Indonesia.""Itu saya tidak tahu, Miss. Mungkin karena masyarakat kebanyakan memanggil nama bagian depan saja.""Ah, anda benar, Sir. Maafkan pertanyaan remeh saya."Aku menangkupkan dua tangan di depan dada. Mr. Erlangga tertawa renyah. "It's ok, Miss. Tapi, ide Miss Kayyisa bagus juga. Erlang. Elang. Hawk. Cool. Saya permisi."Dia kemudian membalikkan badan setelah membungkuk sedikit sebagai tanda pamit padaku. Tubuhnya kemudian lenyap ditelan anak tangga."Itu tadi keren, Ka
AMBIL SAJA SUAMIKU 44Tiba di rumah, aku langsung mencari nomor Mas Hadi yang kemarin dia tinggalkan. Kucari di daftar kontak ponsel, tak ada. Lalu aku ingat bahwa aku menulisnya di notes kecil yang ada di laci meja front office.(Jeng, coba cari nomor Hadi, suaminya Mayang di laci meja front office.)Pesanku langsung dibalas Ajeng, sepertinya dia memang sedang memegang ponsel.(Hah? Ngapain Hadi kesini? Mayang udah ketemu?)(Belum. Besok aku ceritain. Capek ngetik. Yang penting nomornya dulu.)(Oke, wait.)Tak lama pesannya masuk lagi, berisi serangkaian nomor ponsel. Kemudian ada pesan lainnya.(Kay, sebetulnya, aku lebih suka kau berhenti berhubungan dengan Mayang, Hadi, keluarganya, bahkan anaknya. Kita nggak tahu kapan mereka akan mulai memasang perangkap seperti dulu lagi.)Aku tercenung sejenak. Nasehat Ajeng memang benar. Aku sudah pernah dikhianati satu kali. Mayang dan keluarganya adalah orang yang sangat manipulatif. Tapi, bagaimana dengan Mimi? Dia hanya anak kecil yang ta
AMBIL SAJA SUAMIKU 45Sungguh menyedihkan rasanya jadi aku. Tak punya hak untuk menolak atau memilih. Apalagi ketika lelaki itu mengeluarkan segepok uang dan memberikannya pada Mami Niki, yang menerima dengan mata berbinar."Bawalah, pulangkan dia besok pagi. Dengan uang sebanyak ini, kau boleh memilikinya semalaman," ujar Mami Niki sambil mengibas-ngibas uang itu di depan wajahnya.Lelaki itu tersenyum, lalu memberikan lengannya padaku. Sikapnya sopan tapi senyumnya sungguh misterius. Dia juga tak bicara sedikitpun. Mami Niki memberi isyarat dengan lirikan mata agar aku segera menyambut lengan itu. Pasrah, aku mengulurkan tangan dan dia membawaku keluar rumah, menaiki mobil yang parkir di halaman rumah."Kita mau kemana?"Dia memutar kunci mobil, lalu menyilangkan tangan di depan bibir, Lagi-lagi tak bicara. Apa lelaki ini bisu? Dia juga tak mau menatapku. Kontak mata kami hanya terjadi sekali dan itu selintas saja. Aneh sekali bagaimana dia bisa memilihku, atau mungkin, Mami yang me