AMBIL SAJA SUAMIKU 42Pernikahanku akan dilangsungkan satu bulan dari acara lamaran. Cincin berlian dari Arez, yang pernah dia titipkan waktu itu kuberikan kembali pada Mamanya, yang tersenyum melihat lagi benda yang dia beli jauh di Malaysia sana."Saya membeli ini untuk anak lelaki saya satu-satunya. Ah, dia kini bahkan anak saya satu-satunya setelah Ibunya Afika, anak perempuan saya meninggal dunia bersama suaminya. Saya meminta Arez untuk memberikan cincin ini pada perempuan yang dia cintai. Jujur saja, saya khawatir karena dia sudah sangat lama sendiri, seperti tak pernah tertarik pada wanita. Waktunya habis untuk mengurus Afika. Ternyata, Arez menunggu kamu, Kay."Suasana hening ketika Mama Arez bicara. Di dalam sini, hatiku bergetar mendengarnya. Aku pernah memutuskan hubungan tanpa alasan jelas padanya. Dan dia masih tetap mencintaiku."Kay, Mama hanya minta satu hal. Jika kalian menikah nanti, tolong biarkan Afika tetap memanggilnya Ayah. Kasihan cucu Mama yang malang itu. Di
AMBIL SAJA SUAMIKU 43"Elang. Hawk. Burung yang gagah."Dia mengulangi ujung kalimatku, lalu tersenyum."Saya tidak tahu kalau nama saya bisa jadi bagus seperti itu. Mama saya bilang, dia memberi saya nama Erlangga, agar saya tetap ingat dari mana saya berasal. Erlangga nama yang sangat Indonesia. Tapi, karena ada tiga suku kata, sementara kebiasaan orang Indonesia memberi nama adalah dua suku kata, maka lebih banyak yang memanggil saya Erlang. Begitulah.""Kenapa tidak Angga saja? Angga panggilan yang umum di Indonesia.""Itu saya tidak tahu, Miss. Mungkin karena masyarakat kebanyakan memanggil nama bagian depan saja.""Ah, anda benar, Sir. Maafkan pertanyaan remeh saya."Aku menangkupkan dua tangan di depan dada. Mr. Erlangga tertawa renyah. "It's ok, Miss. Tapi, ide Miss Kayyisa bagus juga. Erlang. Elang. Hawk. Cool. Saya permisi."Dia kemudian membalikkan badan setelah membungkuk sedikit sebagai tanda pamit padaku. Tubuhnya kemudian lenyap ditelan anak tangga."Itu tadi keren, Ka
AMBIL SAJA SUAMIKU 44Tiba di rumah, aku langsung mencari nomor Mas Hadi yang kemarin dia tinggalkan. Kucari di daftar kontak ponsel, tak ada. Lalu aku ingat bahwa aku menulisnya di notes kecil yang ada di laci meja front office.(Jeng, coba cari nomor Hadi, suaminya Mayang di laci meja front office.)Pesanku langsung dibalas Ajeng, sepertinya dia memang sedang memegang ponsel.(Hah? Ngapain Hadi kesini? Mayang udah ketemu?)(Belum. Besok aku ceritain. Capek ngetik. Yang penting nomornya dulu.)(Oke, wait.)Tak lama pesannya masuk lagi, berisi serangkaian nomor ponsel. Kemudian ada pesan lainnya.(Kay, sebetulnya, aku lebih suka kau berhenti berhubungan dengan Mayang, Hadi, keluarganya, bahkan anaknya. Kita nggak tahu kapan mereka akan mulai memasang perangkap seperti dulu lagi.)Aku tercenung sejenak. Nasehat Ajeng memang benar. Aku sudah pernah dikhianati satu kali. Mayang dan keluarganya adalah orang yang sangat manipulatif. Tapi, bagaimana dengan Mimi? Dia hanya anak kecil yang ta
AMBIL SAJA SUAMIKU 45Sungguh menyedihkan rasanya jadi aku. Tak punya hak untuk menolak atau memilih. Apalagi ketika lelaki itu mengeluarkan segepok uang dan memberikannya pada Mami Niki, yang menerima dengan mata berbinar."Bawalah, pulangkan dia besok pagi. Dengan uang sebanyak ini, kau boleh memilikinya semalaman," ujar Mami Niki sambil mengibas-ngibas uang itu di depan wajahnya.Lelaki itu tersenyum, lalu memberikan lengannya padaku. Sikapnya sopan tapi senyumnya sungguh misterius. Dia juga tak bicara sedikitpun. Mami Niki memberi isyarat dengan lirikan mata agar aku segera menyambut lengan itu. Pasrah, aku mengulurkan tangan dan dia membawaku keluar rumah, menaiki mobil yang parkir di halaman rumah."Kita mau kemana?"Dia memutar kunci mobil, lalu menyilangkan tangan di depan bibir, Lagi-lagi tak bicara. Apa lelaki ini bisu? Dia juga tak mau menatapku. Kontak mata kami hanya terjadi sekali dan itu selintas saja. Aneh sekali bagaimana dia bisa memilihku, atau mungkin, Mami yang me
AMBIL SAJA SUAMIKU 46"Kau mau tahu, Mayang? Kau penasaran kan siapa orangnya? ITU AKU."Rasanya kali ini aku benar-benar akan pingsan. Tubuhku lemas tanpa daya, sehingga ketika Mas Hadi meraih dan membanting tubuhku ke atas kasur, aku hanya bisa diam. Setengah hatiku merasa ngeri saat ingat bahwa di atas kasur ini jugalah Mas Arkan dihabisi oleh Bram. Mataku nanar menatap lubang ventilasi. Lalu tanpa kuminta, ilusi membuatku seakan bisa melihat mayat Mas Arkan yang tergantung-gantung disana."Tidaaaakkk!"Aku menjerit-jerit sekuat tenaga, tapi suaraku serak, hilang tertelan isak ketakutanku sendiri. Yang keluar hanya suara tercekik.Di hadapanku, Mas Hadi menatapku lekat. Tak ada lagi sinar cinta di matanya yang dulu membuatku muak. Ya, aku muak. Bagiku cinta tak lebih penting dari uang dan harta yang banyak. Dengan uang yang banyak, kau bisa melakukan apa saja, membeli apa saja. Tapi saat ini, di sini, aku sungguh berharap melihat lagi cinta di matanya itu. Sayang sekali, yang terli
AMBIL SAJA SUAMIKU 47Tentu saja itu cuma mimpi, atau lebih tepatnya adalah halusinasi akibat rasa takut yang berlebihan. Aku terbangun ketika sinar matahari menelusup dari sela-sela ventilasi. Sesaat merasa heran dengan keadaanku yang terikat di atas kasur. Lalu, saat mataku menatap ventilasi di atas pintu kamar yang tertutup, aku menjerit. Bayangan tubuh Mas Arkan tergantung di sana terasa tampak jelas. Aneh, padahal aku tak melihat mayat Mas Arkan, tapi bayangan itu tampak jelas.Lalu, sosoknya yang datang semalam juga kembali terbayang. Aku bersyukur bahwa semalam aku langsung jatuh pingsan sehingga tak perlu lama-lama melihatnya. Kemudian, aku menyadari bahwa semua itu hanya mimpi.Rupanya Mas Hadi benar, sia-sia saja aku berteriak sampai suaraku serak, tak ada satupun yang datang. Aku merinding membayangkan sendirian di gedung sebesar ini. Apakah Mas Hadi akan datang nanti, membawakan aku makanan dan minuman mungkin? Atau justru dia sadar bahwa apa yang dia lakukan ini melangga
AMBIL SAJA SUAMIKU 48PoV KAYYISAHari-hari menjelang pernikahanku terasa syahdu dan tenteram. Tak ada gangguan berarti, juga tak ada teror. Kuabaikan saja kemungkinan orang-orang yang mungkin mencibir mengingat betapa cepatnya aku move on dari Mas Arkan. Pesan-pesan mesra Arez mulai bermunculan hampir setiap malam menjelang tidur. Jarak yang pernah membentang di hadapan kami ternyata tak lantas mengikis keromantisannya. Arez dan segala tentang dia adalah semesta keindahan paling sempurna.Hingga pagi itu, aku yang sedang minum teh di depan televisi sambil menceklis apa saja persiapan yang sudah dan belum, dikejutkan oleh sebuah berita. Televisi yang menyala sejak subuh, menampilkan murottal, lalu lagu anak-anak dan entah sejak kapan berubah kembali ke setelan televisi, bukan lagi channel youtube seperti sebelumnya. Mungkin Bik Asih yang mengganti.…Seorang wanita ditemukan pingsan dalam keadaan dehidrasi dan kelaparan di gedung apartemen, dimana pernah terjadi kasus pembunuhan. Belu
AMBIL SAJA SUAMIKU 49'Jauhkan monster itu dariku!'Kata-kata Mayang terngiang. Kenapa dia mengatakan Mas Hadi monster? Apa yang terjadi? Kata dokter, Mayang sama sekali tak bisa ditanyai. Fisiknya memang mulai baik-baik saja, tapi jiwanya terguncang. Berulang kali dia menjerit, menyebut kata monster dan hantu. Polisi hanya bisa menerka-nerka apa yang terjadi karena di tempat itu, sama sekali tak ada jejak tertinggal. Apartemen itu milik seorang wanita yang sudah lama tinggal di luar negeri dan kosong. Selama ini, satpamlah yang memegang kuncinya. Sungguh aneh bagaimana Mayang bisa ada di sana.Saat ini, Mayang sudah dipindahkan ke ruang rawat dalam pengawasan polisi. Dia terpaksa diberi obat penenang ketika histerianya sudah diluar batas. Dokter bahkan mengatakan, ada kemungkinan dia akan dipindahkan ke rumah sakit jiwa jika tak juga membaik. Ya Tuhan, sebesar apa teror mental yang didapat Mayang di apartemen itu?"Sayang. Tolong berhenti mengurusi semua itu. Itu sama sekali bukan ur