Share

TIKAMAN MASA LALU (3) ~Depresi

Apa tak cukup jelas rasa kutunjukkan?

Hingga kuteguk kecewa yang teramat sangat.

Padahal....

Cinta kutanam seperti sibuta 

Ingininya tak sebatas delusif

Canduinya melebihi Rahwana pada Sinta

___________________________

"Sabar, Nak. Tuhan sedang menaikkan derajat kita. Derajatmu," lirih mamak memelukku yang memandang hamparan sawah kosong pasca musim panen di balik jendela dengan tatapan kosong.

Satu lagi kenyataan kudapati. Tamparan fakta yang menyadarkan bahwa aku telah selesai di dunia ini.

"Dia sangat kecil, rambutnya hitam, hidungnya mancung. Aku tak tahu bagaimana matanya, karena sejak lahir telah tertutup. Aku bisa mengatakan dia benar-benar duplikat Yusuf." Itu yang Ramlah katakan saat pertama kali kutanyakan sakit jahitan di bawah perut.

Waktu itu hanya ada kami berdua dan aku tak tahu Ramlah sedang membicarakan apa. "Kamu per

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status