"Mama, Bella pulang!" Bella dengan semangat memanggil Kinara lalu memeluk kakinya. Ia senang melihat mamanya ada di rumah.Kinara membelai rambut putrinya dengan sayang. Dulu karena terlalu sibuk, ia jadi tidak memperhatikan putri kecilnya."Bella tadi makan bekal mama, enak sekaliiii-" kata Bella sambil melebarkan tangannya selebar mungkin. "Terima kasih, mama jadi semangat masak." Kinara mencubit gemas hidung mungil putrinya.Wajah Bella berubah cemberut. "Mama nanti kerja?"Kinara tersenyum sedih. "Iya, tapi nggak sekarang."Bella mengangguk senang.Kinara mengerutkan kening ketika merasakan sesuatu di kepala Bella, ada perban di kepala depan Bella yang ditutupi rambut. "Ini-""Bella tadi jatuh, ma." Kinara menatap Reiko.Reiko menggeleng miris. Saat pulang sekolah, Edward menyadari kasa ditutup plester di kepala Bella, ia segera menutupinya dengan rambut."Kita harus mengadukan ini ke mama kalian."Bella dan Edward sama-sama menggeleng."Kalau papa tahu, bisa marah ke mama," kata
Kinara membuka i*******m di handphonenya di atas tempat tidur dengan kedua anak di masing-masing sisi. Entah kenapa dia ingin mulai aktif di aplikasi ini lalu melihat foto-foto lama.Berbagai foto dengan sudut pandang mewah serta barang-barang mewah dipamerkan, waktu itu ia berpikir jika memasang hal-hal mewah, orang-orang tidak akan menghina dirinya dan juga bisa meningkat status Adit.Semua barang ini hasil kerja kerasnya, Adit tidak pernah membelikan barang-barang mewah karena memang dirinya tidak pernah minta. Sayangnya, hasil foto tidak seindah komentar.Dia pasti memakai uang Adit Sanjaya.Istri yang suka menghambur-hamburkan uang.Kasihan Cynthia.Kinara, setidaknya kamu harus tahu diri.Memang gampang kok merebut laki orang, karmanya ada.Kinara tersenyum sedih. Setiap foto yang dia tampilkan selalu diberi komen penuh kebencian. Padahal kejadian itu sudah lama tapi netizen selalu mengingatnya.Kinara, jejak digital selalu ada. Kasihan, anak-anak kamu yang akan mendapat karmanya
2 jam sebelumnya.Edward menggosok matanya begitu bangun sementara Bella masih tidur nyenyak, dia mengedarkan pandangan ke kamar Kinara. Tidak ada tanda-tanda Adit masuk ke dalam kamar."Cari siapa?" tanya Reiko yang membawakan sarapan untuk Edward dan Bella."Mama mana?""Di dapur."Entah kenapa hati Edward berat sekaligus malas mengucapkan ini. "Papa?""Masih di kamarnya Cynthia, berusaha menenangkan amarah istri tercinta. Heran, yang buat masalah siapa, malah play victim."Edward sudah tahu itu sejak lama.Reiko melihat reaksi Edward yang datar lalu berkacak pinggang. "Dilihat dari reaksi kamu, sepertinya hal itu sudah biasa."Edward merenung lalu mengangguk singkat. "Papa sering membawa wanita itu dan anak-anaknya saat mama tidak ada dengan alasan untuk menemani sekaligus mengurus kami tapi kebanyakan, wanita itu mengurus papa dan di dalam kamar ini sementara si kembar mencuri kamar kami. Kalau kami marah, papa akan lebih marah dan menghukum kami.""Tapi waktu itu Bella-"Edward me
Suasana menjadi kaku setelah Adit pergi dengan diiringi tangisan Bella dan rengekan si kembar, Kenzi masih belum berani bertanya.Reiko berjongkok di depan kursi roda Kenzi dan memperkenalkan dirinya. "Hallo, saya baby sitter baru disini. Nama kamu siapa?""Kenzi," jawab Kenzi.Reiko menatap takjub Kenzi. "Wah, nama yang bagus. Kamu tahu apa arti nama itu?"Kenzi menggeleng pelan."Artinya anak kedua yang sehat dan pintar, diambil dari nama Jepang." Kata Reiko sambil mengacak gemas rambut Kenzi. Untung saja anak ini wajahnya ikut Kinara jadi ganteng banget.Kenzi terpana lalu menatap takjub mamanya. Benarkah itu? Namaku sebagus itu?Kinara menghindari tatapan anak keduanya dan meminta tolong ke Reiko. "Tolong bawa Kenzi ke rumah kakakku."Reiko terkejut. "Pak Adit gimana?"Kinara tidak menyembunyikan kesedihannya. "Kamu lihat sendirikan bagaimana Adit mengabaikan Kenzi, melihatnya saja tidak mau."Kenzi sudah paham itu dari kecil, karena terlahir dengan kaki kiri bengkok, ia harus men
"Sudah dibawa pergi sama tantenya?" tanya Adelio ke suster."Benar, Kinara yang membawanya." Suster mendengus tidak suka begitu mengucapkan nama ini. Edward yang masih di gendong Adelio, menepuk pelan pipi ayah kandungnya. "Mama sudah bawa pulang Kenzi, cepat telepon tante Reiko. Tante teman papa, kan?"Hati Adelio sontak meleleh. Saat Edward bertanya soal Kenzi dan Bella, Adelio tidak mampu menjawab. Menyadari kebimbangan di hati Adelio, Edward menceritakan keseluruhan perbuatan Adit selama Kinara tidak di rumah sekaligus perilaku ke anak-anaknya sampai ke rumah sakit.Adelio tidak bisa menilai apakah Edward sedang berbohong atau tidak, toh suatu saat nanti sekretarisnya akan mencari bukti. Untuk saat ini ia tidak ingin mengecewakan hati putranya.Adelio mengucapkan terima kasih dengan dingin ke suster yang menatap kagum dirinya. Huh, tidak ada yang boleh menghina ibu dari anaknya! Segera dia menghubungi Reiko dan mendapat jawaban yang paling diinginkannya. Kenzi dan Bella sedang d
Setelah semua kekacauan tadi, akhirnya Dimas duduk di sofa yang berhadapan dengan Adelio lalu Kinara dan Fumiko duduk di sofa panjang tengah yang memisahkan sofa Adelio - Dimas berhadapan dengan tv ukuran besar.Di tengah-tengah mereka ada meja kaca panjang dan di atasnya berserakan camilan yang dibeli Kinara setelah Fumiko berhasil menyuap anak-anak untuk mengikuti Reiko dengan camilan, termasuk menyuap Reiko tentunya.Sekretaris berdiri tegang di belakang sofa Adelio. Setelah diperhatikan, ia mulai mengingat siapa Dimas dan Fumiko, mereka bukan pasangan sembarangan lalu nyonya Kinara yang memakai riasan tebal seperti biasa, yang tidak biasa adalah sorot matanya yang layu.Dimas mulai angkat bicara. "Kalian berdua selingkuh?""Tidak," jawab Kinara dan Adelio bersamaan."Terus bagaimana caranya Edward menjadi anak kandung Adelio?" tanya Fumiko ke Kinara.Adelio juga penasaran. "Kamu curi spermaku?"Dimas menggulung koran di atas meja dan dengan cepat mendekati Adelio lalu mengeplak bel
Adelio menggenggam kedua tangan Kinara dengan erat dan bersumpah. "Jika di masa depan aku melakukan hal yang sama dengan Adit, kamu bisa membunuhku.""Jangan seperti itu." Tolak Kinara."Ya, aku sendiri juga gak mati, Nara. Itu cuma umpama saja. Tapi aku juga gak tahu bagaimana caranya kamu bisa percaya sama aku."Kinara menggeleng. "Tidak perlu bukti, aku juga malas meminta apapun ke orang lain. Sekarang aku ingin mengurus ketiga anakku."Bahu Adelio menurun lesu. "Lalu bagaimana caranya kamu bisa percaya?""Aku-" Kinara menggigit bibir bawahnya. "Aku tidak tahu.""Kalau begitu tinggallah bersamaku."Kinara menatap ngeri Adelio. Nih orang gak dikasih jawaban malah semakin ngelunjak!"Anak-anak bisa ditemani ibuku sementara kamu bekerja, kalau disini tidak akan aman. Orang tua kamu pasti datang kesini, dan kamu juga belum siap menemui mereka, bukan?""Tapi, aku belum resmi bercerai dan kamu juga ada tunangan bukan? Kalau mereka semua tahu, pasti mereka akan melakukan sesuatu.""Gampan
Kinara terbangun dengan kepala pusing, sayangnya tebakan Adelio salah. Karena menangis tanpa henti, akhirnya Dimas dan Fumiko mengalah menemaninya minum setelah melapor tidak masuk kerja.Fumiko yang sudah punya firasat buruk, Kinara akan minum banyak akhirnya pasrah bersama Dimas memesan botol wine dan pesta sebagai penghiburan."Sudah bangun?"Kinara melihat gelas disodorkan dan segera meminumnya dengan cepat."Pelan-pelan minumnya."Kinara membuka matanya perlahan dan hendak mengatakan terima kasih lalu terdiam.Papa berdiri di samping tempat tidur dan mamanya duduk sambil melihat dirinya yang berantakan.Kinara yang terkejut, merasakan sesuatu yang melonjak di perutnya.Papa segera menggendong Kinara dan membawanya ke kamar mandi sambil mengomel. "Kamu kurus sekali."Kinara segera mengeluarkan semua isi perut di kloset.Papa menepuk punggung Kinara sambil mengomel. "Kamu masih berani mabuk, gak ingat punya anak tiga? Bahkan buat kakak dan kakak ipar kamu mabuk juga! Anak macam apa