Langit memandangi nisan bertuliskan nama yang begitu akrab di telinganya. Area pemakamaan kosong menjadii saksi bisu, ketika satu per satu orang yang di kenal, dihormati dan disayangi oleh Langit pergi satu demi satu. Ayah angkatnya meninggal beberapa jam lalu, dan Langit hanya bisa menemuinya di sini. Itupun ketika pemakaman sudah kosong, karena sejak dari rumah sakit sampai prosesi pemulasaraan jenazah, Langit tidak diizinkan untuk menengok, apa lagi sampai mengurusi jenazah Pa Rakuti. Anak-anak Pa Rakuti secara keras melarangnya. Mereka menganggap Langit bukan bagian dari keluarga, mereka memganggap Langit tak ubahnya seperti sebuah benalu, yang selalu merongrong keluarga. Dan hal itu berlaku sejak dulu, sejak Pak Rakuti mengangkatnya menjadi seorang anak! Namun Langit tidak pernah sakit hati dan mengaanggap hal tersebut adallah hal yang bisa dimaklumi. Mungkin mereka merasa marah dan cemburu dengan kehadiran Langit yang begitu mendapat perhatian dan kasih sayang Pak Rakuti.
Di hadapan Langit berdiri empat orang dengan tampang-tampang yang tidak bersahabat. Mereka adalah Manajer Utama, Pemilik Cafe, seorang pengawal, sekaligus seorang wanita cantik yang menjadi asisten pribadinya. Satu jam sebelumnya terjadi keributan di halaman Hotel Royal Dragon, beberapa security berusaha menahan rombongan dari pihak Bronze Shine Cafe yang ingin melabrak masuk untuk menemui Manajer Utama Hotel, dan melakukan somasi dengan Pasal Pencurian Asset berharga milik Perusahaan. Dan gadis bernama Lintang lah yang di maksud dalam delik aduan tersebut! Sempat terjadi keributan, dikarenakan mereka tetap memaksa masuk, hingga akhirnya salah seorang security menghubungi Hanna selalu Manajer Hotel. Dan dengan persetujuan Langit, mereka diperbolehkan masuk, dengan catatan tidak lebih dari empat orang. "Dimana Topan? Apa dia masih bekerja di sini?" tanya Langit setengah berbisik. "Dia sedang izin sakit Tuan, besok dia baru bisa masuk," jawab Hanna. "Hmm, pantas mereka berani
"Tuan Langit, apakah gadis ini layak kta perjuangkan?" tanya Hanna, menggunakan telepati nya. "Kenapa kamu menanyakan itu?" "Sepertinya teman di depan kita ini tidak main-main. Untuk pengamanan dan antisipasi selanjutnya mau tidak mau saya harus gunakan 'Tombol Merah'," "Tombol Merah?" "Ya, Tuan mengerti kan maksudnya?" "Hm, aku belum begitu paham. Waktu itu Lilian pernah menitipkan padaku, dia memberiku Aplikasi yang bisa di gunakan saat posisiku sedang terdesak, namun sampai sekarang aku belum pernah satu kali pun menggunakannya," "Sebaiknya jangan digunakan, karena efeknya akan besar Tuan. Karena level kita jelas berbeda, maka impact yang dihasilkan juga pasti jelas berbeda. Cukup saya saja yang menggunakan itu. Karena setiap Manajer Utama diberikan sebuah kewenangan untuk menggunakan Tombol Merah, maksimal dua kali seumur hidupnya. Aku pikir aku akan mencoba menggunakannya hari ini, jika masalah ini tidak kunjung selesai!" "Tidak perlu, biar aku saja yang akan membereskan
Nico dan Hanna jelas-jelas terkejut! Langit adalah Penguasa Tertinggi di Roman Emperor. Bahkan Roman sendiri sudah mendeklarasikannya secara jelas ketika pertemuan perdana mereka. Segala fasilitas Super Elit sudah melekat dengan seutuhnya, yang secara otomatis disandang dan diberikan langsung kepada Langit. Salah satunya adalah fasilitas Hak Istimewa Tombol Merah alias Urgent Call! Walau tidak banyak diketahui apa yang di maksud dengan Urgent Call, tapi para Anggota Eksekutuf Roman Emperor sudah mengetahui garis besarnya dengan sangat jelas. Sebagian besar dari mereka memahami bahwa Hak Istimewa yang di maksud adalah bantuan Sumber Daya dan Perlindungan yang bersifat taktis dan cepat, yang di fungsikan sebagai sarana untuk melindungi keselamatan Anggota Eksekutif setingkat Manajer Utama ke atas. Dan semuanya bisa bergerak dengan sangat cepat dalam hitungan menit saja! Urgent Call bersifat darurat, dan hanya bisa digunakan dalam keadaan yang benar-benar urgent dan berbahaya!
Seorang anak muda tengah tekun menatap kumpulan awan yang nampak berbaris di atas sana. Putih beriringan seperti ratusan kapas yang menggelayut di angkasa. Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkan mereka dengan perlahan. Mencari jejak Matahari yang telah pergi beberapa saat lalu. Meninggalkan kilau keemasan di cakrawala. Sungguh sore hari yang cerah. Di seberangnya seorang gadis cantik berambut merah panjang yang diikat ke belakang. Mengenakan pakaian merah casual dengan blazer hitam dan celana jeans. Dia tengah serius mengaduk-aduk segelas Boba Vanilla yang ada di depannya. Matanya yang biru sesekali menatap pemuda tampan yang ada di depannya. Dia adalah Audrey! Dan sosok yang berada tepat di seberangnya adalah Langit! Mereka berada di sebuah Roof Top Coffe Shop dekat kampus. Dengan atapnya yang sengaja dibuat terbuka. Dan hanya dipakai ketika hari sedang cerah saja. Jika hujan, Rooftop ini di tutup. Pemilik Cafe memilih konsep tersebut, karena sesuai dengan seleranya. Cafe ti
Apartemen Sky Garden adalah satu dari beberapa kawasan Elit di Kota Banda. Letaknya yang cukup strategis di pinggiran kota, tepatnya berjarak kurang lebih lima belas kilo meter di sebelah Selatan Kota Banda, menjadikan Sky Garden di ibaratkan sebagai Pintu Gerbang besar dan tiang penyangga di sebelah Selatan Kota Banda, yang mencerminkan sisi artistik dari sebuah kota yang Modern, mandiri, mewah, berkelas dan mapan secara ekonomi dan sosial. Dengan luas area sekitar lima puluh hektar, memiliki Delapan Gedung besar, dengan tinggi dua puluh lima lantai, berbentuk tower yang menjulang tinggi, menjadikan Sky Garden menjadi salah satu pilar mewah kebanggaan Kota. Membawa identitas Kota Banda menjadi lebih bersinar dengan cemerlang sebagai Ibu Kota Provinsi, dan terpilih sebagai salah satu dari Lima kota besar yang Modern, sukses, dan maju di negeri ini. Langit dan Audrey baru saja sampai di sana. Mereka harus berjalan memutar ke pintu sebelah Barat. Pintu Utama yang berada di wilayah Se
Drrrtt! Drrrtt! Drrrtt! Hape Langit kembali bergetar di saku bajunya. Membuat Langit menghentikan langkah nya sejenak. Di pelataran parkir yang penuh dengan debu, nampak puluhan orang berseragam hitam-hitam. Mereka memakai rompi anti peluru dan masker Bio hazard, tidak lupa senapan AK-47 dengan kondisi bersiaga penuh dalam posisi siaga tempur! Di depan mereka, beberapa mobil lapis baja jenis Barracuda nampak terparkir dengan posisi menyilang, membentuk setengah lingkaran. Diperkirakan berfungsi sebagian barikade dan benteng pertahanan para pasukan dalam mengcounter serangan di depan, juga untuk mengurung pintu lobby yang hanya berjarak dua puluh meter di depannya, sebagai bentuk antisipasi untuk mengawasi dan membuat lokasi steril, serta mendeteksi siapa saja yang keluar masuk di Lobby Barat tersebut! Langit segera mencari tempat yang yang agak jauh dan tersembunyi di balik tembok di sebelah kiri area Parkiran. "Halo, Paman. Bagaimana?" "Gawat Tuan, Tower barat sedang dalam m
Langit digiring ke sebuah mobil Bus tanpa Kaca samping berukuran sedang yang sudah dimodifikasi dengan canggih, dan langsung dimasukan ke sana. Dua orang Aparat bermasker itu membawanya dengan cepat tanpa mau mendengar penjelasannya sama sekali. Kini Langit berada di sebuah ruangan dalam mobil Van dengan peralatan berbau komputerisasi digital yang canggih. Hampir di seluruh dinding Van tersebut terpasang beberapa layar LED dengan berbagai fungsi. Dari mulai sebagai Receiver, Reuter, Kamera Pengintai yang telah bersinergi mentransmisikan kamera dari dalam Gedung Tower Emerald, Lobby Utama, Koridor, lift hingga beberapa lantai di atasnya. Mobil itu berfungsi sebagian Pusat Operasi para Pasukan Khusus yang mengemban tugas untuk menyelamatkan para sandera yang kini di sekap oleh Organisasi Sindikat Silent Hill! "Siapa kau sebenarnya? Apa kamu memang benar warga sipil, atau mata-mata dari Silent Hill?" sebuah pertanyaan datang dari seorang pria berumur, dengan paras tegas berwibawa