Satu sosok Pria setengah baya berperawakan tinggi dengan kepala plontos,mengenakan pakaian dinas lapangan loreng khas militer, tiga gurat luka terlihat di pipi kanan dan kirinya, sekilas nampak seperti tatto, yang makin menambah seram penampilannya. "Berani sekali kamu datang ke tempatku berbuat mengacau disini! Punya kekuatan dari mana kamu sampai berani menantang ku, Wolfgang?""Jangan sok kau Leon, kamu akan segera mati hari ini!" "Oh ya? Apa dengan mengajak mereka semua, kamu fikir akan bisa mengalahkanku? Hehehe, kamu sedang mimpi di siang bolong, Wolfgang!" Leon tertawa mengekeh. "Kamu mungkin hebat, tapi mereka adalah para Pembunuh Profesional Tingkat Atas yang sengaja di sewa Tuanku untuk melenyapkan satu persatu hama pengganggu, alias orang-orang tolol yang sok baik dan sok bijaksana, padahal dia sendiri tidak lebih seperti seekor tikus comberan yang selalu mengais kotoran di gorong-gorong yang kotor dan bau!""Seekor Serigala Tua, tiba-tiba saja merasa memiliki sayap dan b
"Siapa pemuda ini? Suaranya keras sekali! Jantungku hampir copot!" seru seseorang di Pasukan Wolfgang. "Iya, Getarannya sangat kuat, aku fikir barusan itu adalah gempa!""Apa betul teriakan itu punya dia?" Bisik-bisik itu lama kelamaan berubah menjadi suara yang riuh rendah dari hampir seluruh pasukan. "Diam semuanya! Jangan berisik!" Wolfgang menengahi. Walau hatinya ikut terkejut dengan teriakan berbau intimidasi tersebut. "Siapa pemuda asing ini? Tekanan suaranya sungguh kuat sekali! Apa dia teman Singa Emas?" fikir Wolfgang sedikit khawatir. "Siapa orang ini? Kenapa aku merasakan dia bakal jadi batu sandungan yang serius buat kita?" tanya Jacky. "Mana kutahu? Biar ku penggal saja dia, sebelum menjadi hama pengganggu nantinya!" Awei berusaha tegar, walau hatinya ikut merasa was-was. "Jangan ceroboh! Dialah pemuda yang aku maksud! Dengarkan apa yang dikatakannya, aku fikir dia berkata dengan serius! Sebaiknya kita tunggu instruksi dari kedua Kakak Besar kita!" cegah Morgan. "
Langit bergerak dengan cepat. Bersama dengan Leon dan Dewi Bulan, dia langsung menyatroni kediaman Sang Taipan Bima Sena. Dengan membawa Wolfgang sebagai jaminan dan Lima Dewa Senjata yang sudah beralih kiblat menjadi pengikutnya. Tentu saja kedatangan Langit dan 'pasukannya' membuat Bima Sena terkejut. Langit dengan lugas memberikan penawaran pada Bima Sena untuk membuka rekonsiliasi damai dan bersedia memberitahu siapa penggagas utama yang berniat menghancurkan Leon dan Darren Chow. Pada awalnya Bima Sena tidak menunjukan sikap persahabatan dan kooperatif dengan kehadiran Langit, hingga akhirnya Langit harus kembali menunjukan eksistensi dan otiritasnya sebagai seorang manusia pilihan dengan melumpuhkan beberapa Pengawal terbaik Sang Taipan secara cepat, dan sekaligus tanpa perlawanan berarti. Hal itu membuat Bima Sena terpaksa dibuat tunduk menyerah dan membuka matanya, dia akhirnya bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh Langit saat ini. "Kami hanya mengikuti kehen
Langit akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan dan merekonsiliasi para pihak yang bertikai, dari mulai Tiga Taipan dan para Penguasa Bawah Tanah. Dia sengaja melakukan itu agar bisa menjernihkan suasana di Ibu Kota yang selama ini tidak begitu kondusif. Terutama untuk urusan persaingan dan perseteruan antara Penguasa Bawah Tanah, Lima Raja Besar, para Pemilik Bisnis Hitam, dan para Taipan yang sudah lama hubungan mereka tidak begitu harmonis. Hingga berimbas pada imflikasi di real bisnis yang cenderung menjadi tidak lancar dan tersendat. Awalnya semua pihak meragukan apa yang sedang di sounding kan oleh Langit, dan untuk sekali lagi, Langit harus menunjukan kekuatan serta otoritasnya sebagai seorang manusia pilihan yang mewarisi Trah Raja Besar, dengan menantang mereka atas dua hal, pertama unjuk Kekuatan fisik, yang kedua adalah menunjukan hal yang selama ini tidak pernah ingin diperlihatkan olehnya sama sekali, karena menurutnya sangat tabu dan tidak elok diketahui oleh orang lain.
Ada dua peristiwa yang membuat Langit tidak bisa memejamkan matanya malam ini. Kejadian tadi siang yang tidak pernah diduga nya, masih membekas di benaknya hingga saat ini. Bahkan cukup mengganggu hati dan fikirannya. Pertama pertengkarannya dengan Roman Archilles. Sosok penolong yang selama ini sudah dianggap sebagai orang tuanya sendiri. Sang Taipan terkaya negeri ini, yang sejatinya merupakan seorang penjaga dari asset-asset yang selama ini dimiliki oleh Leluhur Langit. Yang jika waktunya sudah tepat, maka semua gudang kekayaan dan asset-asset tersebut akan kembali dan dimiliki kembali oleh pewaris yang sah. Yakni Langit. Perbedaan faham dan visi yang cukup tajam, menyebabkan perdebatan yang berkepanjangan, hingga akhirnya tanpa di diduganya sama sekali, memantik kehadiran sosok lain yang selama ini ternyata masih ada dan selalu mengiringi setiap langkahnya hingga saat ini. "Sudah kubilang, kamu belumlah siap untuk mengikrarkan dirimu sendiri menjadi penantang tunggal dari semu
Akhirnya Roman Archilles tersungkur di hadapan Langit. Dia segera menyadari segala kekhilafan nya. Dia mengakui segala kesalahannya. Dia meminta maaf kepada Langit, disaksikan oleh Wangsa, Sang Kucing Kesayangan Raja. Roman berjanji bahwa dia tidak akan berbuat kurang ajar dan menganggap remeh Langit sebagai Keturunan Raja Besar. Dia juga berikrar akan selalu setia mendukung, membela dan mendampingi Langit dalam memenuhi jalan takdirnya, mengemban amanat besar untuk membangun kembali Imperium Raja Besar yang pernah berjaya dengan hebat di masa lalu! Kini, ketika semuanya telah selesai, dan Roman Archilles kembali mengikat Perjanjian darah langsung dengan Langit, masalah kedua kembali muncul, dan ini lebih tidak di duganya sama sekali! Lilian tiba-tiba saja bertengkar dengan Suci alias Dewi Bulan. Keduanya terlibat percekcokan sengit yang berujung pada pertengkaran satu sama lain, sampai akhirnya melibatkan Leon dan Master Shin Wu untuk bisa meredam dan menenangkan mereka! Dan itu ha
"Kamu!? Kamu berani bicara seperti itu!? Kamu benar-benar tidak menghargaiku, Suci!" Lilian berdiri dengan marah. Dewi Bulan hanya mengangkat bahunya dengan santai. Sementara Langit yang berada di tengah-tengah kembali di buat bingung dengan ulah dan kelakuan dua gadis cantik ini. "Aku bicara apa adanya. Aku bicara tentang apa yang aku rasakan saat ini. Memang salah kalau aku suka dan berharap pada pria hebat seperti Tuan Langit?""Kamu... Kamu... Dasar wanita munafik!""Hei, yang munafik itu sebenarnya siapa? Aku atau kamu? Kamu yang selalu memendam perasaan sejak lama dan tidak berani mengungkapkannya, atau aku yang bicara terus terang, karena aku tidak mau tersiksa oleh perasaanku sendiri!""Tapi kamu kan tahu kalau aku, ...""Dengarkan aku Lili, urusan hati adalah murni, tidak bisa dihalangi oleh apapun juga. Aku bebas berekspresi mengungkapkan apapun yang aku rasakan!""Kamu benar-benar tidak...""Aku tidak sepertimu, yang antipati terhadap laki-laki. Aku menganggap laki-laki it
"Aku akan pamit untuk menyelesaikan segala urusanku. Aku minta kamu dan juga Leon bisa menjaga diri dengan baik. Mungkin ketika Kaisar kembali kemari, aku sudah akan berada di sana. Sampaikan salamku untuk ayahmu, semoga kalian semua selalu dalam keadaan sehat selalu, Dewi Bu..." Langit tidak bisa meneruskan ucapannya, karena Gadis cantik ini sudah keburu memeluknya dengan erat. Suci langsung menangis di bahunya. Leon beserta pengikutnya hanya bisa terdiam dengan berbagai perasaan berkecamuk di benak masing-masing. Jika harus jujur, semuanya merasa sedih melihat pemandangan tersebut. Itu terlihat jelas dari mata para pengawal Leon yang hampir semuanya adalah laki-laki, mereka nampak berkaca-kaca. Namun, mereka bukan sedih karena merasa terharu, melainkan mereka sedih karena merasa iri dan kesal sekaligus dongkol dengan sosok Langit. Seorang Pemuda asing yang baru saja di kenal oleh mereka, tetapi berhasil menaklukan hati Sang Ratu Primadona Cantik Jelita, Bidadari nomor satu di Duni