"Sabar ya, Mas," ucapku pada Mas Sony."Pusing, Nay. Digantung itu rasanya gak enak," jawab Mas Sony lirih dengan wajah sedih.Melihat wajah sedih Mas Sony, rasanya aku ingin sekali tertawa saat ini. Tapi, aku berusaha untuk menahan tawaku, takut jika Mas Sony tersinggung nantinya. Tapi Disisi lain, aku juga kasihan dengan Mas Sony yang pastinya sudah sangat berat di ujung itu. Hihihi ..."Mama, besok kalau kita liburan ke Paris, kita ke menara Eiffel ya, Ma?" ucap Zahra."Iya, Sayang. Memang Zahra udah pernah ke sana?" tanyaku."Belum, Ma. Zahra pernah lihat di tivi," kata Zahra."Cuma Mama aja yang diajak, Papa enggak?" tanya Mas Sony yang masih menunjukkan wajah sebalnya."Hmm ... kalau Papa mau ikut boleh deh," jawab Zahra tersenyum."Kayaknya, pas ke Paris nanti Zahra gak usah ikut deh. Zahra kan harus sekolah," kata Mas Sony menaikkan sebelah alisnya."Kan Zahra bisa minta izin sama Bu guru," jawab Zahra polos."Nanti kalau Zahra ketinggalan pelajaran gimana?""Tenang aja, Pa. Z
Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam, akhirnya kami tiba di rumah. Kami segera masuk ke dalam rumah untuk mengistirahatkan diri karena tubuh masih terasa lelah setelah acara pernikahan kami berakhir semalam.Sebelum istirahat, kami semua menyempatkan diri untuk sarapan pagi bersama."Mas, yang semalam datang ke pesta pernikahan kita itu, mantan mertua kamu ya?" tanyaku pada Mas Sony, saat kami sudah berada di dalam kamar."Iya, Nay. Hubungan kami memang sedikit rumit, apalagi setelah aku resmi bercerai, mereka seperti menjauh. Bukan menjauh karena benci, tapi, karena mereka merasa malu dan merasa bersalah sama aku. Aku sama Ibu sih biasa aja, karena menurut kami mereka gak bersalah," jelas Mas Sony sambil membaringkan kepalanya di atas kedua pahaku. Saat ini, kami sedang berada di atas ranjang tempat tidur."Tapi, sepertinya mereka bukan orang biasa ya, Mas?""Iya, Nay. Mereka itu pengusaha, punya beberapa bisnis juga. Maaf ya, Nay, aku dan Ibu kemarin memang sengaja undang
POV Anggun🌾Dengan tangan gemetar, aku menghidupkan mobilku. Dan dengan tegesa, aku mengemudikan mobil untuk secepatnya pergi dari hotel ini. Kepalaku mendadak pusing, masalah satu baru hilang, kini justru malah timbul satu masalah baru lagi. Kalau sudah begini, bagaimana dengan nasib hidupku nanti?Aku yakin, setelah ini, pasti Mas Rian akan menjauhiku. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang akan memberikan nafkah untukku? Lagi pula, kenapa Sesil tiba-tiba bisa mengetahui keberadaanku dengan Mas Rian? Sebelumnya, aku memang mewanti-wanti agar jangan sampai hubunganku dengan Mas Rian sampai terendus oleh istrinya itu. Apa mungkin, Mas Rian melakukan sebuah kebodohan hingga Sesil tahu hubungan kami?Selama lebih dari dua tahun aku menjalani hubungan dengan Mas Rian, kami selalu pandai menutupi hubungan ini dari Mas Kenzie dan juga Sesil. Sebelumnya, aku memang sudah mempersiapkan diri jika seandainya hubungan kami sampai terbongkar. Tapi, aku tak pernah membayangkan jika hubungan kami t
["Oh ya, malam ini biar Chaca sama Clara nginep di sini dulu ya? Biar Papa kamu lebih dekat dengan mereka. Siapa tahu, lama-lama Papa kamu bisa luluh dan mau menerima kamu kembali,"] kata Mama."Iya, Ma. Terserah Mama aja gimana baiknya. Semoga aja Papa benar-benar mau menerima aku kembali."["Iya, Mama sih maunya gitu. Pokoknya, kamu jangan bikin ulah aneh-aneh lagi. Inget pesan Mama ya?"] nasehat Mama."Baik, Ma. Aku inget kok," jawabku.["Ya sudah kalau gitu, Mama tutup dulu telponnya."]Setelah mengucap salam, Mama langsung menutup sambungan teleponnya. Setelahnya, aku langsung membaringkan tubuhku di atas tempat tidur. Mendengar nasehat dari Mama tadi, sepertinya ada benarnya juga. Apa salahnya jika aku memperbaiki diri? Mungkin, jika aku benar-benar bisa menjadi wanita yang baik, Papa bisa kembali menerimaku kembali. Dengan begitu, aku tak perlu lagi hidup susah seperti ini.Usaha butikku semakin hari semakin sepi. Tadi siang saja, hanya ada satu orang pembeli setelah aku buka s
Rista lah dulu yang pertama kali mengenalkan aku pada Mas Jodi, hingga akhirnya kami menjalin hubungan secara diam-diam di belakang mantan suamiku. Dan kini, kebenaran mulai terungkap, aku yakin, Rista dan Mas Jodi telah bersekongkol untuk menghancurkan hidupku dulu.Tapi, apa yang membuat Rista begitu tega mengkhianati persahabatan kami? Padahal dulu kami adalah teman dekat yang kemanapun selalu pergi bersama. Bahkan, aku tak pernah perhitungan soal uang dengan Rista. Seringkali Rista meminjam sejumlah uang padaku, dan aku selalu memberikan tanpa sekalipun menagihnya. Aku mengikhlaskan berapapun uang yang telah dipinjam oleh Rista padaku.Lagi pula, aku yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan tak pernah merasakan hidup kekurangan. Apalagi, dulu aku memiliki suami kaya raya, yang bisa memberikan apapun yang aku mau. Tapi kini, hidupku benar-benar hancur berantakan. Semua ini gara-gara aku tertipu oleh rayuan manis dari Mas Jodi. Andai saja, dulu aku tak pernah bertemu dengan Ma
Hanya satu yang tak aku dapatkan, perhatian. Mantan suamiku dulu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga jarang memiliki waktu untukku. Ia juga sedikit cuek, dan tak pernah bersikap romantis padaku. Itulah mengapa aku bisa berpaling darinya dan memilih kabur bersama Mas Jodi.Mas Jodi pria yang manis, penyayang dan juga romantis. Itulah mengapa aku dulu sangat mencintainya dan memilih untuk berpaling dari mantan suamiku.Ting!Satu pesan masuk di ponselku. Ternyata dari Andre, orang yang sengaja aku suruh untuk mencari tahu tentang Mas Jodi dan juga Rista.["Bu, saya sudah dapat informasi mengenai Jodi dan juga Rista,"] pesan dari Andre.["Bagus. Cepat juga kerja kamu, terus apa informasi yang kamu dapat?"] balasku.["Dari informasi yang saya dapat, mereka itu suami istri, tapi belum punya anak.]Aku tersenyum kecut, membaca pesan dari Andre. Ternyata, diam-diam mereka sudah menikah. Hingga membuat aku semakin yakin dengan perbuatan jahat mereka padaku di masa lalu.["Baiklah, itu s
Aku langsung terduduk lemah di samping Mama di kursi sofa depan televisi. Rasanya tubuh ini terasa sangat lemas. Aku tak menyangka, Naya lah yang akan menjadi istri Mas Sony mantan suamiku. Begitu sempitkah dunia ini?Sungguh rumitnya hidupku ini. Mas Sony mantan suamiku. Sedangkan Mas Kenzie adalah mantan suami Naya. Dan aku pernah menjadi istri simpanan Mas Kenzie, dan kini justru Naya menjadi istri mantan suamiku. Sungguh, ini adalah takdir yang tak bisa dimengerti secara logika. Kepalaku mendadak pusing. Memikirkannya saja sudah membuat kepala ini berdenyut sakit."Kamu kenapa? Kok mukanya pucet gitu baca undangan pernikahan Sony. Kamu nyesel ya?" tanya Mama seolah mengejekku lagi."Enggak, Ma. A ... aku cuma terharu aja. Akhirnya, Mas Sony bisa menemukan kebahagiaannya," jawabku berbohong.Aku tak mau menceritakan tentang Naya pada Mama. Aku tak mau Mama berpikir macam-macam lagi tentangku. Apalagi jika Mama sampai tahu aku pernah menyakiti hati calon istri Mas Sony itu, tentulah
"Insya Allah, semua penyakit pasti ada obatnya, Bu. Tergantung keyakinan dari Bu Anggun sendiri. Jangan lupa ikhtiar dan berdoa. Karena seberapa besar usaha kita, hanya Tuhan lah yang menentukan takdir manusia," jawab dokter Ana.Memang benar yang dikatakan oleh dokter Ana. Mungkin, ini adalah takdir yang diberikan Tuhan padaku. Tapi, aku benar-benar tak siap untuk menerima takdir seperti ini. Bukan hanya takdir, tapi lebih tepatnya adalah hukuman. Aku merasa Tuhan sedang menghukumku saat ini.Atau mungkin, Tuhan sudah sangat muak melihat dosa-dosaku yang selalu bertambah setiap harinya? Aku benar-benar takut untuk mati. Jika aku mati, bagaimana dengan nasib kedua anakku. Sudahlah mereka tak memiliki seorang Ayah, dan kini mereka harus kehilangan sosok Ibu jika sewaktu-waktu Tuhan mencabut nyawaku."Dok, saya mohon, berikan saya pengobatan yang terbaik. Saya ingin sembuh, Dok," kataku dengan suara parau menahan tangis."Pasti, Bu. Itu sudah tugas saya. Saya akan tuliskan resep obat, n