Liora membasuh wajahnya dengan air dingin. Amarah memenuhi dadanya meski seharusnya ia sudah melenyapkan semua jenis emosi itu dari hatinya. Semua antara dirinya dan Daniel tak perlu melibatkan perasaan. Butuh beberapa kali mengembuskan napas untuk mengembalikan ketenangan hatinya. Sebelum melangkah keluar dari kamar mandi dan bergabung bersama Jerome dan Jenna. Axel, Alexa, dan Xiu waktunya istirahat dan makan siang. Jerome jelas berperan aktif mengurus kebutuhan ketiga bayi mereka, sementara Jenna mulai terlihat kelelahan. Wajah adiknya tampak pucat. "Ada apa?" tanya Liora ketika melihat adiknya yang baru keluar dari kamar mandi di samping area dapur. Menyusap bibir yang masih basah. Jenna hanya menggeleng. Menghela napas kemudian membanting tubuhnya di sofa. "Akhir-akhir ini badanku lebih cepat lemas. Sepertinya terlalu banyak pikiran." "Kau sudah melewatkan haidmu?" Jenna seketika terdiam, tampak menghitung dan matanya melebar. "M-mungkinkah?" "Ck, kau bahkan tidak memakai k
Wajah Liora memias. Ya, bayangan ketika Carissa dan Daniel berbagi tempat tidur yang sama, sebelum kemudian pria itu naik ke tempat tidurnya tentu saja membuat perasaannya terganggu. Lebih dari itu, semua itu mengingatkannya akan pengkhianat Daniel yang berdampak lebih besar di hatinya lebih besar dari yang ia perkirakan. "Tidurlah. Atau aku yang akan menidurimu di tempat tidur ini. Dengan atau tanpa kerelaanmu, kau tahu aku bisa mendapatkannya darimu, kan? Jangan menguji kesabaranku lebih banyak dari ini." Genggaman tangan Liora yang hendak memutar gagang pintu tertahan. Ia bisa merasakan kemarahan yang teredam di balik suara dingin Daniel. Tahu bukan pilihan yang tepat untuk menyinggung ego pria itu lebih banyak lagi meski dorongan itu terasa lebih kuat. Liora pun melepaskan gagang pintu dan mendekati tempat tidur. Berbaring miring memunggungi posisi Daniel yang di sisi lain ranjang. Sedangkan Daniel berbaring telentang setelah mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur, m
'Kau tidak merindukanku?' Liora tersenyum membaca pesan singkat yang dikirim oleh Samuel. Jemarinya sudah akan bergerak mengetikkan balasan ketika pesan berikutnya masuk. 'Makan siang? Aku sudah mendapatkan tempat di Hilton's Restaurant.' 'Oke.' 'Aku akan menjemputmu jam 12.' 'Oke. Tapi …' 'Tapi apa?' 'Bagaimana dengan tunanganmu? Kau tak ingin mengajaknya?' 'Hmm, dia sedang sibuk berbelanja.' Menyusul sebuah foto Alicia yang tengah berdiri antara rak-rak dengan berbagai model tas dengan brand ternama. 'Aku sudah mendapatkan satu yang bagus untukmu. Alicia sangat kesal, tapi … dia mengabaikannya karena bisa mendapatkan yang lebih banyak darimu.' 'Kenapa aku merasa menjadi simpananmu?' 'Kau tidak.' "Siapkan berkas untuk tuan Lucky." Suara Daniel yang melempar sebuah map tipis berwarna merah ke meja Liora. Liora bergegas membalik ponsel dan mengangkat wajahnya. Kemudian mengangguk patuh. Daniel terlihat kesal, sejak ia keluar dari lift dan berjalan dari ujung lobi, senyum di
"Ck, kau tak suka aku menyebutnya simpanan dan sekarang kau masih kesal aku mengakuinya sebagai istrimu juga," decak Carissa meski tahu bukan itu alasan Daniel terlihat kesal. "Kau ingin aku menggunakan Liora untuk …" "Kau tak mau?" penggal Carissa. "Kecuali kau pun tak berminat menidurinya juga, sehingga ide ini cukup buruk. Kalau begitu kita bisa menggunakan ibu pengganti. Kau lebih suka pilihan yang mana? Aku sama sekali tak keberatan dan dirugikan dengan kedua-duanya." Daniel terdiam meski tak mengurangi kemarahan yang tersorot di kedua matanya. Bukan itu masalahnya dan pilihan kedua jelas sebuah ide tolol lainnya. Sudah cukup dua pernikahan ini membuat kepalanya pusing. Ia bisa gila jika harus melakukan pilihan kedua sialan itu. "Bahkan tak ada yang dirugikan di sini, Daniel. Tak ada yang dirugikan di antara kita bertiga. Aku bisa bersenang-senang dengan pernikahan kita, sebagai istri sempurna untukmu, juga denganmu dan Liora. Xiu pun diakui statusnya, begitu pun dengan anak
Liora terkejut menemukan Samuel yang berdiri menunggunya di lobi kantor. Membuat wanita itu geleng-geleng karena pria itu sama sekali tak risih menjadi pusat perhatian para karyawan yang pernah menjadi bawahan pria itu. “Kenapa kau di sini? Aku sudah bilang tak perlu menjemputku,” desis Liora ketika pria itu melebarkan lengan untuknya dan mendaratkan kecupan di pipi kanan dan kiri seperti biasa. Tatapan sinis yang menghujani keduanya pun sudah menjadi reaksi yang familiar dan keduanya sudah tak peduli lagi. Desas desus affair di antara keduanya juga sudah menjadi makanan sehari-hari, pun dengan pertunangan Daniel dan Alicia yang masih bertahan. Biarkan mereka semua kelelahan dengan gosip tersebut dan menghentikan diri mereka sendiri. “Untuk membuat suasana hatimu menjadi lebih baik,” jawab Samuel dengan senyum yang melengkung tinggi. Dan seperti biasa, Liora dibuat tertawa dengan ekspresi humor di wajah Samuel. “Aku akan mengantarmu.” “Sebelum langsung ke apartemen Alicia.” Samue
Setelah bertahun-tahun, Liora belum pernah terbangun dengan tubuh remuk redam seperti ini. Mengerang pelan, ia merasakan ketelanjangan tubuhnya di balik selimut. Ingatannya berputar bagaimana ia berakhir seperti ini sebelum tertidur. Gairah seks Daniel benar-benar tak berkurang sedikit pun, bahkan semakin menjadi terhadapnya. Liora segera menggelengkan kepalanya mengingat semua itu. Dulu ia akan selalu terbangun dengan pelukan hangat pria itu yang membuat perasaannya nyaman. Sekarang jelas semua itu tak akan ia dapatkan. Ia menoleh ke samping, sisi tempat tidur sudah kosong dan suara gemericik air terdengar dari balik pintu kamar mandi. Ia meraih jubah tidurnya dan bergegas mengenakannya ketika suara dari kamar mandi mulai berhenti. Tapi kemudian digantikan oleh dering ponsel milik Daniel yang tergeletak di nakas. Liora melirik dan nama Carissa muncul di layar tersebut. Ia mengabaikannya dan bangkit berdiri. Sama sekali bukan urusanya, kan? Setelah melihat Xiu yang masih terlelap d
28. Merasa Lebih Baik"Mulai besok kau harus berhenti bekerja." Daniel menatap Liora yang berdiri di depan mejanya. Setelah kakeknya dan Carissa pergi, ia langsung memanggil Liora ke ruangannya. Sebelum kakeknya yang turun tangan dan mengendis sesuatu yang tak beres antara hubungannya dan Liora. Sebagai bos dan sekretaris, juga sebagai kedua orang tua Xiu.Setidaknya hanya ini yang bisa dilakukannya untuk membantu Liora dari ikut campur kakeknya.Liora tersentak dan tatapannya melebar. "Apa?"Daniel menatap raut kecewa wanita itu sejenak dan melanjutkan. "Kau tahu kakek tak menyukaimu, kan. Dia menyuruhku memecatmu.""Atas permintaan Carissa?" sengit Liora mulai emosi. Bukan karena ia menginginkan pekerjaan ini, tetapi kesal jika Carissa benar-benar ikut campur dalam rencana ini. Seringai wanita itu sebelum masuk ke dalam ruangan Daniel memperjelas kelicikan wanita itu."Ini tidak ada hubungannya dengan Carissa, Liora. Kakekku …"Liora semakin kesal dengan kalimat Daniel yang terkesan
Daniel mengerang jengkel membaca pesn singkat yang lagi-lagi dikirim oleh Carissa mengenai pertemuan mereka dengan sang kakek. Selah wanita itu memang sengaja membuat acara-acara semacam ini hanya untuk membuang waktunya. Dan memang ya.Ia melangkah dengan kesal menyeberangi teras dan masuk ke dalam rumah. Carissa menyambutnya dengan senyum terlalu lebar yang membuatnya jengah.“Kau mengganggu kesenanganku, Carissa. Apa tujuanmu kali ini?” desis Daniel tanpa basa-basi ketika berhenti di depan wanita itu.“Kali ini ukan aku. Asisten kakekmu yang tiba-tiba menghubungiku. Dan … ada sesuatu yang lebih menarik. Sejak pagi aku melihat mobil anak buah kakekmu di ujung jalan perumahan. Apa kau tidak melihatnya?”Wajah Daniel seketika membeku. Ya, sebelum mendekati gerbangn rumahnya, ia sempat curiga dengan mobil hitam yang familiar tersebut, tetapi segera mengabaikannya dan berpikir mungkin hanya suatu kebetulan.Carissa menyilangkan kedua tangan di depan dadadan mendekatkan wajah ke arah Dan