Secara mengejutkan, dia mengiyakan.
Rhea tidak tahu apa dia telah membuat langkah yang salah atau tidak, karena setelah dia menjawab pertanyaan dadakan mengenai kencan dengan anggukan singkat, Hansa langsung memeluknya. Benar-benar memeluknya dengan erat sampai Rhea yang memutuskan untuk bergeliat dibawah dekapannya, mencoba melepaskan diri.
"Ada apa denganmu?"
Hansa sedikit aneh dari hari-hari biasanya dan itu membuat Rhea menjadi curiga. Ketika orang menyembunyikan sesuatu dari pasangan, orang itu akan sedikit banyak bertingkah berbeda dari kebiasaannya.
"Apa tadi? Kenapa kantormu banyak bunga?" Hansa bertanya, meski dia tahu sendiri jawabannya, dia ingin Rhea menjawabnya.
"Oh itu karena pemimpin baru kita datang. Namanya Reihan." Balas Rhea santai.
Rhea memutuskan untuk tidak meremehkan Reihan karena penampilannya. Dia terlihat profesional dalam diskusi tadi, dan bahkan berani membuatnya kembali berpikir mengenai peran utama.
Sebal
Hal pertama yang mereka lakukan setelah pulang ke rumah adalah langsung pergi ke kamar. Mereka menaiki tangga bersama, saling tertawa meskipun tidak ada hal-hal lucu di antara mereka. Peristiwa di puncak terakhir biang lala secara mengejutkan membuat hubungan mereka menjadi lebih kuat. Hansa menyukai hari ini. Rencananya sukses besar, Rhea mengaku mencintainya, Hansa tidak mengakui kata 'mungkin' yang terselip di kalimatnya. Rhea menciumnya, mereka saling berciuman sampai diinterupsi oleh pekerja biang lala. Mengingat kejadian itu membuat Hansa ingin tertawa bersorak layaknya remaja puber yang baru kenal namanya pacaran. "Kamu mandi lebih dulu." Suruh Rhea. Dia sendiri telah duduk di meja rias dan sedang menghapus make up-nya. Hansa mengangguk dan masuk ke dalam kamar mandi. Rhea melihatnya lewat kaca cerminnya. Setelah melihat Hansa masuk ke dalam kamar mandi. Dia segera berjalan menuju kamar pakaiannya, mengambil gaun malam satinnya yang berwarna bu
"Aku punya berita untukmu." Ucap Rhea dan Kay secara bersamaan.Mata Rhea membulat terkejut karena ini kejadian ketidaksengajaan yang langka. Rhea kemudian melihat Kay yang juga terkejut ditempat. Pasalnya, mereka secara tidak sengaja berbicara dalam kalimat yang sama secara berbarengan."Siapa duluan?" Tanyanya. Dia hanya punya waktu sekitar lima belas menit sebelum kembali syuting adegan ke 256."Kamu mungkin terkejut mendengar ini, tetapi aku akhirnya mengetahui alasan kenapa Shelly tidak berani menggarong lagi." Kay menyeringai. Ia senang tertawa diatas penderitaan musuh-musuhnya."Sebenarnya itu karena suamimu." Tambahnya.Kesukaan Kay kepada Hansa bertambah karena rumor yang beredar kuat. Siapa sangka, dari terkena kemalangan ditinggal tunangan selingkuh hingga pernikahannya terancam gagal, nyatanya Rhea malah mendapat pengganti yang berkali-kali lipat. Dia punya Hansa Adiwinata yang memiliki aspek-aspek kualitas seorang pria. Pria itu punya
Rhea telah memilih hari ini sebagai pertemuan perdananya dengan teman penanya. Seperti yang dia tuliskan, ia yang memilih tanggal sedangkan dia yang memilih tempatnya. Dan sepertinya dia lupa untuk memberitahu temannya itu bahwa dia adalah seorang publik figure sensasional satu negara yang tidak bisa berada di tempat-tempat tertentu yang penuh dengan keramaian. Sudah terlambat untuk memberitahunya, sehingga Rhea dengan terpaksa harus melakukan perlindungan ekstra untuk dirinya sebelum duduk menanti di sudut kursi kafe yang tengah hits di kalangan anak muda akhir-akhir ini.Waktu perjanjian mereka adalah di pukul tujuh pagi, dan sekarang kurang sepuluh menit lagi sebelum pria itu datang jika dia orang yang tepat waktu. Siapa tahu teman penanya ternyata salah satu pengikut jam karet.Rhea melihat suasana sekelilingnya. Untungnya, ini masih pagi sehingga tempat tidak terlalu ramai tetapi tidak bisa dikatakan lengang juga. Rhea mengetatkan maskernya, dia mencoba berpakaian
Inilah hidup, pikirnya.Dua kata itu lah yang pertama kali terbesit di pikirannya ketika dia berdiri di atas marmer putih ruang tamu rumahnya, menatap ke arah sofa biru dimana Hansa tengah duduk dan tampak serius dengan tabletnya hingga tidak menyadari dia sudah pulang.Rhea pernah bilang dia tidak akan menyukai Hansa. Tidak akan menganggapnya suaminya. Tidak akan ada cinta, yang mana bagian itu ia masih ragu. Tapi disinilah ia, merasa sedikit kecewa hanya karena Hansa tidak menyapanya.Ia melangkahkan kakinya dalam langkah pelan, berhati-hati agar sepatu ketsnya tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Dia berniat untuk pergi ke lantai atas tanpa di ketahui Hansa."Oh aku tahu kau pulang."Suara itu membuat Rhea berhenti melangkah dan berbalik untuk melihat Hansa yang menyilangkan kakinya dengan santai dan telah menurunkan tabletnya ke pangkuannya.Rhea menyibakkan rambutnya dengan angkuh. "Aku tidak ingin mengganggu kegiatanmu."
Apa yang Sekar paling malas untuk dia lakukan adalah ia disuruh keluar dari kediamannya untuk bertemu dengan selir-selir ayahnya sekaligus saudara-saudara tirinya yang tidak pernah dia anggap saudara. Tetapi disinilah dia sekarang, duduk di pendopo utama rumah dengan wajah tertekuk, mendengarkan dengan setengah hati kepada selir Mantraya yang naik pangkat jadi ibu rumah setelah kematian ibunya. Selir Mantraya bukan selir tercantik atau yang paling disukai oleh ayahnya, dia hanya mengangkatnya karea Mantraya berhasil melahirkan putra pertama yang akan menjadi pewaris keluarga ini dan bla bla bla...Selir Mantraya tampaknya sangat bersemangat dengan status barunya dan memberi wejangan lama mengenai pernikahan kepada saudara tirinya Ambara yang akan menikah dengan anak seorang saudagar."Sekar...," Panggilnya dalam nada lemah lembut."Apa?" Balas putri itu kesal. Selir Mantraya ini sepanjang hidupnya mencoba menggulingkan ibunya dari posisinya, sudah pasti dia juga
"Cut!"Rhea dan Malik menatap kearah Toni yang berteriak lalu bertepuk tangan bahagia. Mereka kemudian merasa lega karena telah berhasil melakoni adegan paling sulit sekaligus paling akhir. Dibutuhkan tiga kali retake ulang, dan itu termasuk bagus karena ada banyak emosi yang terlibat dan semua itu harus dimunculkan dengan seksama karena adegan ini jelas harus bisa membuat penonton termenung dan menginterpretasi gambar.Berakhirnya adegan ini juga menjadi akhir Rhea dalam proses syuting indoor dan tinggal menunggu syuting out door yang tempatnya telah ditentukan yaitu di suatu tempat di Kalimantan yang masih memiliki hutan-hutan alami yang bisa digunakan. Setelah itu, mereka melakukan promosi drama selama sekitar satu bulan sebelum benar-benar dikatakan selesai."Senang bekerja denganmu Malik." Ucapnya."Aku juga, Rhea." Balas Malik.Mereka berdua kemudian pergi ke tempat tunggu masing-masing. Di perjalanan, Toni mendekatinya dan menepuk-nepuk pung
Dia tidak menghabiskan waktu di rumah.Maksudnya, Rhea memang telah kembali pulang ke rumah setelah mengantar Hansa ke Bandara dengan Dion yang menyupirinya. Dia awalnya hanya ingin ber swafoto dengan tamannya untuk dia kirimkan kepada Reihan tetapi kemudian dia berinisiatif untuk mengunjungi pria itu sendiri setelah memandang Ares bermain-main sendirian mengejar kupu-kupu.Jadi disinilah ia, berjalan santai di kompleks apartemen dengan anjingnya mengikuti disampingnya. Mencari kamar bernomor 27 di lantai sepuluh."Disini Ares." Ia bergumam setelah melihat pintu yang dituju.Rhea memencet bel pintu. Butuh beberapa detik yang singkat sebelum pintu dibuka."Hai," Sapanya riang.Reihan sedikit terperanjat melihat siapa tamunya. Dia tidak pernah membayangkan Rhea akan mendatangi apartemennya."Hai," Balasnya, perasaan senang menjalari hatinya dan dia tersenyum lebar kepadanya."Aku datang untuk bertemu bersama Ares." Ucap akt
Syuting telah berjalan selama lima belas hari, dan Rhea sudah rindu dengan kenyamanan kasurnya di rumah. Disini, mereka semua tinggal dalam hotel bintang tiga yang meskipun nyaman, rumahnya tetap lebih nyaman. Untungnya, karena dia pemain utama, dia mendapat satu kamar untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk Kay, dia harus berbagi kamar dengan kru lain.Rhea merasakan dirinya sangat lelah hari ini. Di hari ke tujuh ini, dia memiliki adegan kejar-kejaran menggunakan kuda, dia juga harus berguling-guling di tanah. Itu semua menguras tenaganya dan di penghujung hari, dia telah kehilangan semangatnya dan terduduk lesu di kursinya."Kemarilah kemarilah!" Toni berseru. Menyadari bahwa sebagian krunya kelelahan dan tidak memiliki antusiasnya kembali, dia mencoba menghidupkan suasana dengan semarak baru."Hari ini kita akan mengadakan makan malam!" Serunya.Hanya ada sedikit yang menanggapi. Toni tak pikir panjang langsung menambahkan, "Aku yang mentraktir!"