Share

Bahagia

DISCLAIMER! Mungkin ada bahasa atau kata-kata kasar, jangan ditiru dikehidupan nyata yah, ini hanya sekedar cerita aja. Thanks!

_____

Keenam remaja tengah menikmati sarapan pagi mereka yang sudah dibelikan oleh, Galen tercinta. Tentunya ditambah dengan sekantong snack tempe, milik Galen.

Pagi-pagi makan bubur ayam, tim aduk apa gak diaduk???

"Hmmm enakkk" pekik Leara tertahan begitu selesai mengunyah bubur ayamnya yang masih hangat itu. Hal itu membuat para cowok itu menahan senyum.

Kehangatan ini, seperti sudah pernah terjadi, namun mereka tidak tahu kapan.

"Tapi enakan gak diaduk, Ra" ucap Farel yang masih setia dengan pendiriannya. "Bubur gak diaduk, is the best"

"Mana ada! Enakkan diaduk" balas Leara dengan pendiriannya. Mereka yang melihat perdebatan itu hanya tersenyum kecil.

Suasana mereka semakin bertambah hangat, berkat kehadiran Leara di tengah mereka. Namun yang menjadi pertanyaannya.

Apakah benar, jika Leara adalah sahabat mereka dulu? Tapi mengapa mereka tidak mengingat itu semua. Mereka tidak ingat akan semua itu, sebenarnya ada apa?

"Hari ini gue mau pulang" celetuk Leara, membuat 5 cowok itu langsung memandang ke arah Leara yang santai memakan buburnya.

"GAK!" ucap mereka berlima serempak dengan suara tegas, membuat Leara terkejut bahkan sampai tersedak makanannya.

"Uhukk..uhuk" Leara mengambil air mineral di sampingnya, dan meminumnya dengan cepat.

"Gausah teriak, kesedakkan" cemberut Leara

"Sorry.." ujar Allaric dengan perasaan bersalah

"Lo belum boleh pulang, Ra. Belum sembuh total" ucap Aksa dengan perhatian, membuat Leara menatap cowok itu dengan mata berkaca-kaca.

"Disini bosen, Sa" rengek Leara. Satu hal yang mereka ketahui setelah semalam mereka banyak bercerita.

Leara akan menjadi manja serta sensitif ketika Ia sedang sakit. Namun mereka tidak mempermasalahkan hal itu, karena kehadiran Leara membawa momen tersendiri bagi mereka.

"Jadi, gak boleh pulang nih?" tanya Leara dengan penuh harapan, berharap agar Ia bisa secepatnya pulang dan tidur di atas tempat tidurnya yang sangat nyaman.

Gelengan dari kelima cowok disana membuat Leara cemberut, namun tak urung Ia segera mamasukan sendok berisi bubur itu kedalam mulutnya.

"Al! Senyum dong, datar kek tembok aja" ucap Leara dengan polos, membuat mereka ingin tertawa.

Belum pernah mereka bertemu dengan seorang cewek yang dapat mengatakan hal itu kepada Allaric, karena mau dilihat dari manapun wajah datar dari seorang Allaric Raletair itu yang menjadi daya tarik.

"Kalian jangan datar-datar, senyum. Gue pengen liat kalian semua bahagia" ucapnya dengan berbinar-binar, entah mengapa Ia mengatakan itu semua

"Lo, udah jadi kebahagiaan kita semua, Ra" ucap Aksa dengan nada yang lembut. Para sahabat Aksa terkikik geli kecuali Allaric. Seorang Aksara, bisa berbicara dengan lembut, terlebih pada seorang perempuan.

Ucapan itu membuat hati Leara menjadi menghangat. Ia tidak tahu harus apa, yang terpenting Ia akan memberikan yang terbaik sebagai sahabat.

Ceklek

Pintu ruangan itu terbuka, membuat semua orang dalam situ langsung mengalihkan pandangan kearah pintu.

Terlihat seorang cowok tampan, dengan wajah yang terlihat kalem itu masuk ke dalam ruangan. Cowok itu memusatkan perhatiannya pada Leara seorang, tanpa menghiraukan tatapan kelima cowok itu.

"Jason!" pekik Leara sembari merentangkan tangannya.

"Sayangnya aku, kok bisa masuk rumah sakit?" tanya cowok itu sembari mendekat ke tempat tidur Leara.

Kelima cowok itu melotot kala mendengar penuturan dari cowok yang dipanggil Jason itu.

Grep

Jason memeluk Leara dengan erat, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

"Ekhem.." dehem Allaric membuat kedua orang yang tengah berpelukan langsung terlepas begitu saja.

"Lo siapa?" kini giliran Aksara yang bertanya dengan nada dinginnya.

"Gue Jason Alendra Williams" ucap Jason memperkenalkan diri. Kelima cowok itu mengangguk mengerti.

Oh siapa yang tidak kenal dengan keluarga Williams? Alaska Cairo Williams cowok itu terlalu kenal, dan sekarang sudah menjadi seorang pemilik perusahaan terbesar. Ditambah dengan fakta akan keluarga mereka yang terlalu sempurna.

"Jadi, mama lo. Viona Audie Andara?" tanya Farel memastikan, bahwa sekarang Ia tengah berhadapan dengan anak dari kedua orang yang berpengaruh itu.

"Bener. Kenapa lo bisa tahu?" tanya Jason heran

"Siapa coba yang gak kenal, sama mama lo itu" balas Damian

"Terus lo ada hubungan apa sama Leara?" tanya Aksara to the point, tidak ingin membahas hal yang lain dulu.

"Gue pacarnya"

"Sahabatan kita"

Dua jawaban yang keluar secara bersamaan namun sangat berbeda, sudah bisa dipastikan yang mengklaim Leara sebagai pacar itu Jason.

Leara melirik Jason sekilas, "Mana ada, nanti yang ada cewek lo dateng ngamuk sama gue" ucap Leara memutar matanya dengan malas.

"Heh mana bisa gitu, kita udah sahabatan dari kecil. Cewek gue, bisa ditinggalin" memang jiwa playboy seorang Jason belum benar-benar hilang.

"Nyenyenye" ejek Leara.

"Kalian kok bisa sama Leara?" tanya Jason sengaja mengalihkan pembicaraan, sebelum Leara makin menjadi-jadi.

"Bisalah, secara gue ganteng" ucap Galen dengan sombongnya.

"Kalau lo lupa, ada dua sahabat lo yang ngalahin lo!" ucap Damian mengingatkan.

"Dih, emang pada dasarnya itu gue ganteng tiada tara."

"Gue masih ganteng lo, asal lo tahu" tambah Jason

"Malu woe, lawannya anak bapak Alaska" ejek Farel

"Halah, pada dasarnya. Semua orang tahu gue paling ganteng" narsis Galen. Memang selain penyuka segala macam tempe, Ia juga narsis...ckck.

"Udah, emang gue paling cantik disini!" ujar Leara dengan suara sedikit, Ia merasa jengah akan perdebatan tidak faedah.

______

Hari sudah mulai sore, Aksara dan para sahabatnya sedang berada dimarkas. Tenang saja, Leara sedang bersama Jason di rumah sakit.

Awalnya ada sedikit perdebatan, karena meninggalkan Leara bersama dengan cowok macam Jason. Tapi dengan yakin, Leara menyakinkan mereka, dan akhirnya mereka pergi ke markas.

Begitu memasuki markas, lebih tepatnya ruangan khusus para anggota inti. Mata mereka langsung menangkap objek yang ada diatas meja, kotak itu terlalu besar sehingga tidak mudah untuk tidak terlihat.

"Paan tuh?" tanya Damian yang sudah penasaran, lalu mendekat ke arah kotak itu.

Mereka mengerubungi kotak tersebut, perlahan tapi pasti kotak itu mulai terbuka. Galen yang sudah tidak sabar, akibat gerakan lama dari Damian, langsung menyambar tutup kotak tersebut.

"Lama lo, kambing!" kesal Galen menatap Damian, sedangkan cowok itu hanya mengeluarkan senyum tak berdosa.

Kotak itu berisi sebuah boneka, dan sebuah surat.

Boneka, yang sudah dicongkel matanya, tangan yang sudah putus, dan kotor.

Aksara mengambil surat itu, kemudian membukanya dan membaca dengan perlahan guna mengerti maksud dari surat tersebut.

"Kebahagiaan telah datang, maka mau mendekat! Berbahagialah selagi bisa, sebelum suara tangisan menghiasi hari kalian! - A

"Menurut kalian, ini dari siapa?" tanya Aksara begitu selesai membaca surat itu.

"A?" gumam Allaric

"Apa, dia orang jahat yah?" tanya Farel, isi surat seperti menginginkan mereka untuk tidak bahagia.

"Dia..orang yang sangat misterius" ucap Allaric, setelah berdebat dengan pikirannya sendiri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bbi
mampir juga ka ke karya ku
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status