Part 25Rambut Arin terlihat acak-acakan, dan bajunya sudah tidak karuan lagi."Arin, kamu keluar dengan baju mini seperti ini?" tanya mbak Ayu lagi dengan nada tinggi. Ia begitu shock melihat penampilan Arin yang begitu terbuka.Sungguh sangat disayangkan, Arin, adik bungsuku memang memakai pakaian yang kurang layak bagi seorang perempuan, tanktop dan mini hotpants, hanya dibagian atas tertutup karena dia memakai jaket mas Aris. Ada apa sebenarnya? Aku yakin pertanyaan kami semua sama."Tunggu mbak, sebentar. Tolong jangan marah-marah. Arin masih syok..." ucap mas Aris menengahi. Sedangkan Arin dia masih terus menangis sesenggukan. Ia menundukkan kepala, tak berani menatap ke arah kami."Mas, ini ada apa? Arin kenapa? Apa yang terjadi dengannya?" tanyaku penasaran."Emmh... begini dek, tadi di tengah jalan Mas lihat Arin mengalami pelecehan seksual...""Apaa...?!" Shock, tentu saja. Kami saling berpandangan dengan mata yang terbuka lebar. Rasa kantuk lenyap seketika seiring berita y
Part 26"Apa maksudnya, Bu?" tanyaku. Tapi ibu masih enggan menjawab."Gadis bodoh! Kenapa kau ulangi kesalahan seperti ibu dulu? Kenapa??" teriak ibu. Air matanya sudah berlinang dan membasahi pipinya yang sudah keriput."Bu, tenang bu. Ini sebenarnya ada apa, bu?" tanya mbak Ayu menengahi. Arin masih menangis.Ibu makin terisak, membuat kami saling berpandangan. "Kalian mau tahu? Kalian mau tahu semuanya? Termasuk kamu, Dewi?" tanya ibu kemudian. Pasti ini ada sangkut pautnya denganku. Tapi ada apa dengan masa lalu ibu?Kami mengangguk, begitu pula denganku. Aku benar benar dibuat penasaran oleh ibu. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dulu?"Apa yang akan ibu katakan adalah sebuah fakta yang pahit, apa kau akan menerimanya, Dewi?" tanya ibu lagi.Aku mengangguk ragu. Kenapa ibu terus menyebut namaku? Ada apa ini?"Apa kalian tahu, kenapa ibu selalu membeda-bedakan Dewi? Kenapa ibu selalu memarahinya? Kalian tahu?" Obu kembali bersuara dengan nada gemetar.Aku menggeleng dan semuanya
Part 27Aku berlari ke kamarku, seakan tak menerima semua kenyataan ini. Aku menangis sesenggukan didalam kamar. Dasar bodoh! Harusnya aku meminta maaf sama ibu, tapi kenapa aku malah lari? Harusnya aku bersyukur, ibu dan bapak membesarkanku sampai sekarang ini. Beliau mau menerimaku. Aku yang hanya benih dari seorang pemabuk kenapa tumbuh dan besar di rahim ibu. Pantas saja ibu selalu membedakanku karena ini alasannya.Terlalu pahit, terlalu pahit menerima kenyataan ini. Hatiku hancur, apalagi ibu yang mengalami itu semua? Benar kan? Ibu pasti tidak baik-baik saja. Ibu.... "Dek...." sebuah panggilan suara mengagetkanku. Aku menoleh dan langsung menghambur ke arahnya. Aku memeluknya dengan erat, dan membenamkan wajahku ke dadanya. Mas, biarkan aku menangis dengan puas. Aku ingin menangis sepuasnya. Kenyataan ini terlalu menyakitkan. Jangan paksa aku untuk berhenti. Air mata ini tak bisa kutahan lagi. Terlalu sakit, rasanya terlalu sakit.Mas Aris mengusap kepalaku dengan lembut dan m
Part 28Di rumah hanya ada Dani dan Arin. Gadis itu masih termenung, banyak sekali yang mampir dipikirannya."Kak, menurut kakak, mas Aris gimana?" tanya Arin membuka percakapan.Dani mengerutkan keningnya. "Ada apa kamu nanya-nanya mas Aris?" Dani balik bertanya dengan nada heran."Yaa... Aku mau tahu aja. Mas Aris kan udah nyelametin aku..." sahut Arin dengan nada manja. Ia terbayang akan malam sebelumnya tentang sang kakak ipar yang datang bak pahlawan. Menghajar Zaky sampai dia kabur ketakutan. Lalu sikapnya yang manis dan perhatian membuatnya merasa nyaman.Dani menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda heran sekaligus tak mengerti apa isi otak sang adik. "Biarpun udah nyelametin kamu, tapi dia tuh kakak iparmu. Suami mbak Dewi. Gak usah neko-neko deh..."Arin hanya cemberut mendengar pernyataan kakaknya itu. Entah sejak malam itu, ia melihat Mas Aris dengan sosok yang berbeda. Sosok lelaki yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya."Eh dek, sebenarnya kamu beneran sudah diperkosa?"
Part 29Dani, dia datang bersama Arin. Gadis itu, terlihat lebih segar dari sebelumnya."Bagaimana keadaan ibu, mbak?" tanyanya dengan nada cemas."Ibu sudah lebih baik," jawabku. Dani mendekati ibu, dia menangis memeluk ibu."Bu, disini sudah ada Dani, Arin dan Dewi juga. Ayu pamit pulang ya, kasihan anak-anak biar istirahat dulu..." ucap mbak Ayu. Ia berpamitan pulang."Tunggu, nak. Ibu mau bicara sesuatu pada kalian semua.""Iya, Bu. Mau bicara masalah apa?" tanya Mbak Ayu."Arin, coba ceritakan dengan jujur siapa laki-laki itu?" tanya ibu.Arin menunduk, dia takut dan malu."Ayo jawab dek! Kenapa diam saja?" tanya mbak Ayu dengan nada penuh penekanan."Emmh... Itu, dia... Namanya Zaky, Bu," jawab Arin gugup."Siapa dia? Dimana kamu mengenalnya? Alamatnya dimana?" mbak Ayu kembali memberondongnya dengan pertanyaan. "Aku.... Aku kenal dia lewat Facebook, Bu. Alamatnya aku gak tahu Bu, tapi dia bilang, katanya dari kecamatan sebelah....""Arin... Arin... Kamu bodoh kok dipiara sih!
Part 30Dua hari berlalu, ibu sudah diperbolehkan pulang. Tapi Dokter berpesan agar ibu tidak boleh banyak pikiran dan harus istirahat yang cukup, tidak boleh kelelahan. Selain itu kulihat kedekatan ibu dan Arin. Arin yang biasanya acuh, dia berubah lebih baik. Tidak biasanya dia seperti itu. Bahkan sampai Arin mau menyuapi ibu makan. Gadis manja itupun mau mengerjakan pekerjaan rumah walaupun hanya sebagian. 'Alhamdulillah kalau Arin sudah berubah...' ucapku membatin. Aku senang melihatnya ada perubahan ke arah yang lebih baik.Selentingan omongan tetangga begitu santer terdengar. Ya, mereka menggosipkan Arin sebagai gadis yang tak baik, sering pulang malam dan sebagainya. Dan entahlah mereka dapat kabar dari mana, mereka tahu kalau Arin dilecehkan oleh pacarnya. Gosip tentang Arin yang sudah tak perawan menyebar begitu cepat di kompleks lingkungan. Mereka menjelek-jelekkan Arin dan sikap sang ibu yang tak bisa menjaga anak gadisnya. Hal itu membuat tubuh ibu drop kembali. "Hei Bu
Part 31Arin terdiam. Raut wajahnya mengatakan seakan dia tak setuju dengan ucapan Dani."Coba sini, mana handphone kamu?" pinta Dani sambil mengambil handphone dari tangan sang adik."Arin kan sudah bilang kak, kalau akun Arin diblokir," tutur gadis itu lagi."Ya sudah, siapa nama facebook laki-laki itu? Biar kakak cek," tanya Dani. Kakaknya itu tak mau menyerah. Ia ingin lelaki yang sudah memperdaya Arin bertanggung jawab atas sikapnya."Zaky Aditia, kak," jawab Arin lagi. Kulihat Dani langsung menyalakan handphonenya untuk mencari tahu siapa laki-laki itu."Ya sudah bu, kami pamit dulu ya..." ucapku berpamitan."Mbak, mbak gak nginep disini aja?" tanya Arin."Tidak dek, kami harus pulang. Besok mas Aris harus berangkat kerja pagi-pagi," jelasku lagi."Ya sudah, kalian hati-hati ya nak...""Iya, Bu..."Kami saling bersalaman. Dari sini aku melihat tatapan Arin sangat berbeda pada mas Aris. Apakah hanya perasaanku saja?Tatapannya seolah kagum, tak seperti biasanya. Gadis itu selalu
Part 32Setelah kepergian Aris dan Dewi.Di rumah hanya ada Arin dan Ibu. Dani juga pergi lagi setelah mendapatkan alamat laki-laki yang bernama Zaky."Bu, bolehkah Arin bertanya sesuatu pada ibu?" tanya Arin dengan hati-hati."Dulu, waktu ibu dilecehkan siapa yang tetap menyayangi ibu?" tanya Arin lagi."Nenekmu, nak. Dia membantu merawat ibu dan selalu menenangkan ibu agar tak bersikap bodoh. Nenek sangat sayang pada ibu," jawab ibu penuh keharuan."Berarti ibu juga tetap sayang kan sama Arin, walau keadaan Arin seperti ini?" tanya gadis itu hati-hati."Ya, tentu saja nak... Ibu sayang sekali padamu..."Arin memeluk tubuh ibu. Dan ibu mendekapnya dengan erat, menciumi keningnya dan mengelus rambutnya yang dibiarkan tergerai."Arin sedih bu, apa yang harus Arin lakukan?" Kali ini Arin terisak.Ibu masih diam. Dia paham betul apa yang dirasakan anaknya, tidak jauh berbeda dengannya dulu. kenapa ia merasa dejavu.'Ibu akan selalu menyayangimu, nak. Seperti dulu nenekmu menyayangi ibu'