"Sudah puas kau?"
"Sayangnya aku melakukan ini bukan untuk kepuasan."
Rania tak tahu harus berkomentar apa tapi satu tangannya meremas sprei sangat kencang sekali.
Ingin rasanya dia mencakar orang di hadapannya tapi tangannya terikat jadi bisa apa dia?
"Apa alasanmu ingin sekali menghamiliku, Za? Kau bisa meminta anak pada istrimu. Kenapa harus aku? Apa dosaku sampai kau memperlakukanku seperti ini? Enam belas hari sudah. Maumu apa?"
Rania tak tahan. Sudah dua minggu lebih berlalu, Reza selalu datang ke kamarnya untuk melakukan hajatnya. Tapi memang tidak p
"Kenapa tegang begitu Za? Kan aku enggak nyodorin bom sih."Rania juga tidak tahu apa yang membuat dirinya seberani ini pada orang di hadapannya."Ah, aku lupa. Dari dulu kau tidak suka kalau makan dari alat makan orang lain dan dari piring orang lain karena menurutmu itu tidak sehat dan sama saja seperti berbagi penyakit, kan?" sindir Rania lagi."Tapi sayangnya kalau kau tidak mau makan ini maka aku pun tak harus memenuhi janjiku padamu untuk tetap waras dan menghindari stres selama aku mengandung janinmu ini."Dan aku tidak menyangka kalau dia akan memakan ini setelah dia dengar apa yang kukatakan. Jadi
"Mama, ayo cepetan!""Iya Marsha sebentar saja."Rania sudah gemas dan dia tidak bisa menunggu lagi buat yang satu ini."Bisa kau jelaskan padaku?"Menjawab iya atau tidak saja itu pasti tidak sulit bukan? Tidak akan memakan waktu berjam-jam.“Ayo, kita lihat apa yang sudah kamu buat untuk surprise-nya.”Pandai dia lagi-lagi mengalihkannya pada Marsha. Eh tapi apa yang dia janjikan pada putriku? Kenapa dia menyuruh Marsha untuk minta a
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan dengan project di Selatan Hongkong. Itu cocok untuk menggoyahkan keputusannya.""Baik Tuan Clarke, saya akan melakukan sesuai yang Anda perintahkan."Sesaat mendengar percakapan itu Rania memang belum mengatakan apapun dan tubuhnya membeku seakan-akan gamang perasaannya.Apakah dirinya salah mendengar?"Reza--""Ini untukmu. Tadi pagi kau makan sudah terlalu banyak kalori dan siang ini light seperti ini lebih bagus. Habiskan sekarang."
"Kenapa diam? Kenapa tidak menjawabku?" Rania makin gemas."Aku bukan lagi anak umur tujuh belas tahun yang mudah terpedaya dan malu-malu untuk bertanya. Aku sekarang lebih berani dan aku tidak bisa dipermainkan begini terus." seru Rania dan dia sudah menggebu-gebu ingin sedikit saja pertanyaannya direspon."Reza Flatcer Clarke, jawab aku."Reza memang tidak mengatakan apapun justru merapikan bantal dan menepuknya seakan dia mau tidur di sana.Lalu apakah Rania akan menyerah? Membiarkan dirinya kembali ngedumel sendiri dan mencari jawaban berdasarkan instingnya sendiri tanpa pernah mendapatkan penjelasan dari Reza?
"Eeeh- Reza!"Rania ingin mendorong tapi memang tenaganya tidak sekuat seseorang yang bersamanya."Ini yang kau inginkan, kan?”"Aakh, Reza, jangan begini! Apa dari tadi kau tidak tidur? Re-rezaaaa, jawab aku!"Tapi apakah Rania dipedulikan oleh Reza dan pria itu mau menjawabnya?"Aaakh, Rezaaaaa, hentikan! Za!"Meski Rania memekik dan berusaha agar dirinya dilepaskan tapi pria yang bersama dengannya tidak sama sekali terpengaruh dan melakukan sesuai yang diinginkan olehnya."Apa sekarang kau sudah mulai menyukaiku kembali sampai kau sengaja memberikan kenikmatan itu?"Reza menggerakkan jari-jari tangannya memegang bagian puncak Rania. Bagian yang seharusnya tidak terjamah olehnya karena dia hanya memasukkan benih selama ini.Tapi hari ini adalah pengecualian. Dia membuat wanita itu bergelinjang dan merasakan sensasi yang tidak pernah dilupakan oleh Rania selama ini.Sebuah rasa yang membuat dirinya semakin tergerus kesadaran pikirannya karena reaksi tubuhnya yang sudah dipenuhi oleh
"Gaji seorang sekretaris untuk perusahaan sekelas Light Up, dengan semua tunjangan lainnya bersih itu tidak lebih dari dua puluh lima juta."Rania belum melanjutkan ucapannya karena hatinya yang tak sanggup bicara dan di sini David menjelaskan lebih dulu sambil dia menunduk sebentar."Pak bagus, Tuan Clarke tidak suka kalau Nyonya Rania bicara terlalu banyak dengan orang lain dan mari ikut saya kita bisa menunggunya di ruang kerja. Tuan Clarke akan ikut bergabung mungkin beberapa jam ke depan.""Ah, Baiklah! Daripada gajiku nanti jadi disuspens selama tiga atau empat bulan."Tak mau mengundang masalah lebih banyak Bagus sudah berdiri da
"Za, tapi--"Rania tahu pekerjaan pria itu sangat banyak dan dia sudah tidak pergi kemana-mana berbulan-bulan. Seharusnya Rania memang membiarkannya pergi.Tapi melihat Reza yang sudah berdiri dan tadi bicara sambil berjalan menuju pintu membuat dirinya cepat-cepat keluar dari tempat tidur."Jangan berlari. Aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan yang ada di perutmu!"Makanya membuat pria itu panik dan sudah kembali menatap Rania yang akhirnya berhenti berlari."Kau mau apa?"Wajah itu masih terlihat dingin sama seperti kemarin-kemarin.Tidak ada satupun ekspresi yang berubah dari Reza tapi entah kenapa Rania menganggap itu sebagai sesuatu yang lain."Mungkin aku bodoh Za."Rania mengutarakan itu sambil menghempaskan napas pelan dan mendekat padanya."Dan mungkin aku bodoh jika memintamu untuk kembali dalam waktu seminggu." Rania bicara begitu di bibirnya.Karena selama beberapa bulan ini aku sudah terbiasa tinggal bersama denganmu. Kau mengurusku walaupun kau menyebalkan dan kau juga
"Ayo turun, Paman Bagus!"Reza tidak mau menanggapi dulu yang tadi diutarakan oleh Bagus.Dia memilih turun dan menuju ke pesawat jetnya."Bocah itu! Kurasa Rania tak membencinya juga sudah bagus.""Paman ayo kita turun daripada nanti kena marah sama Tuan Clarke yang agung.""Hah, bisa saja kau David! Ayolah!"Keduanya sudah menyusul Reza menuju pesawat yang siap membawa mereka."Kau tetap akan menaruh Rania di pulau ini Reza?"Selepas pesawat take off, bagus kembali lagi membahas masalah ini yang dijawab dengan anggukan kepala Reza."Ini kurasa yang terbaik untuknya. Aku tidak ingin Febry mengetahui sesuatu tentangnya dan Putriku Marsha.""Hmm. Dia tidak akan terima Reza. Dan ayahmu Michael juga kurasa tidak akan pernah setuju.""Dia bukan ayahku!"Tapi membahas nama itu, mata Reza terlihat menahan sesuatu yang tak nyaman di hatinya. Ada perasaan yang tak bisa diutarakan. Ini membuatnya membuang wajahnya ke jendela."Reza, aku minta maaf. Tapi dia masih keluarga ayahmu. Dia adik dari