Share

3. Lamaran di Kereta Kuda

Putri Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.

Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.

Jika diperhatikan, tentulah Putri Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.

Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.

Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Putri Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.

Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.

Hakim mengetuk dua kali palu kecil di meja kayunya.

"Karena pihak penggugat dan tergugat telah hadir, kita mulai persidangan hari ini. Pihak penggugat, Her Highness Putri Sofia Romanov, menggugat His Grace Lord Alexey Korzakov, dalam kasus penganiayaan dan kekerasan rumah tangga."

Jantungku berdentum-dentum. Aku melirik Igor. Jemarinya berkait kencang.

"Berdasarkan bukti-bukti dan para saksi, juga penilaian hakim dan juri, maka Lord Alexey Korzakov dinyatakan bersalah dan terbukti atas penganiayaan dan kekerasan pada Putri Sofia Romanov."

Putri Sofia, wanita lembut itu tumpah ruah, menangis dan memeluk rekan di sebelahnya. Ia menangis pahit tapi terlihat bahagia. Kubu mereka bertepuk rius seketika. Sementara dari belakang sini, aku tak bisa melihat respon sang Duke. Pria itu masih duduk dengan punggung kakunya di samping Vadim.

Wajah seperti apa yang ia buat sekarang ini?

'Apa ... pria itu akan dipenjara? Apa orang sekuat Lord Korzakov akan dihukum dengan berat?'

Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras dalam kepalaku.

"Dengan ini ... Lord Alexey Korzakov menerima hukuman berupa denda sebesar seratus ribu keping Lyrac yang akan diberikan pada pihak penggugat, Putri Sofia Romanov."

Aku tertegun. Seratus ribu keping Lyrac?! Kau pasti bercanda. Uang sebanyak itu bagaimana mendapatkannya?!

"Hukuman kurungan selama tujuh tahun diperingan menjadi sebulan dan ditangguhkan. Mengingat jasa Lord Alexey Korzakov pada kekaisaran dan karena peperangan yang sedang berlangsung," lanjut hakim. "Dengan ini ... kasus telah ditutup."

Aku menggeleng-geleng setengah kagum. Hukuman tujuh tahun menjadi satu bulan. Beginikah kemewahan darah bangsawan kaya? Kalau orang-orang sepertiku atau rakyat jelata yang lain, pasti sudah dipenggal atau dibakar hidup-hidup setelah mencelakai seorang putri.

Lalu semua orang bangkit dari kursinya. Kubu Putri Sofia nampak gembira dan bersuka cita. Sementara Lord Korzakov ... ia bangkit dari kursinya dengan wajah penuh amarah, lebih dari hari kemarin. Ia melangkah jengkel dengan Vadim yang berusaha lari supaya bisa mengimbanginya.

"Keadilan bagi sang putri!" seru seseorang.

Aku dan Igor mengikuti mereka dari belakang.

Ketika kami menuruni tangga gedung pengadilan, dua kereta kuda keluarga Korzakov telah menunggu.

Vadim, pria dengan rambut klimis, muka culun serta kacamata tebal dan pakaian hitam-hitam membuka pintu kereta kuda untuk Lord Korzakov. Aku dan Igor masuk ke kereta kuda di belakangnya.

Saat duduk, Igor menghela berat dengan wajah kecewa.

"Hhhh. Pada akhirnya kita kalah juga. Siapa yang bisa melawan keluarga kekaisaran di pengadilan?" gumamnya sambil menekan jemari di dahi.

Ia terlihat lelah, bukan fisiknya, tapi mungkin mental dan pikirannya. Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lalui sampai ke titik ini.

Sebuah ketukan terdengar di pintu kereta yang telah kami tutup rapat. Igor membukanya.

"Ada apa Vadim?"

Pria culun itu memandang kami. "Lady Levitski diminta untuk menemani Tuan. Beliau ingin bicara," singkatnya.

Tulang belakangku terasa menggigil saat Vadim mengatakannya. Perutku dikocok-kocok oleh sesuatu hingga aku tak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menolak.

"Mari, lady," ucap Igor sopan. Pria itu sudah turun menengadahkan tangannya untuk membantuku keluar dari kereta kuda.

Suasana hatinya pasti sedang kacau. Aku harus apa?! Aku lihat mukanya tadi! Seperti iblis yang meronta-ronta di kekang besi neraka.

Tanpa sadar, tanganku gemetar saat meraih genggaman Igor. Mungkin pria tua itu juga bisa merasakan ujung-ujung jariku yang membeku.

Langkahku berat meski hanya beberapa meter ke kereta kuda di depan. Begitu mudahnya Igor membuka pintu kereta kuda itu. Aku melihat mata biru Lord Korzakov melirikku tajam. Wajahnya masih terlihat sangat jengkel.

"Masuk," ketusnya.

Hanya dengan perintah singkat itu, kakiku secepat kilat telah naik dan sedetik kemudian tubuhku masuk ke sarang singa. Aku takut jika menundanya lebih lama, dia bisa mengoyak daging kurusku.

Tak butuh waktu lama bagi kusir memacu kuda-kudanya. Roda mulai bergulir meninggalkan gedung pengadilan.

Yang tidak meninggalkan tempatnya adalah tatapan menyelidik Lord Korzakov padaku. Dia menyapukan pandangannya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Aku memilih untuk melihat keluar jendela dibandingkan membalas pria itu.

"Levitski," panggilnya. Aku menelan ludah dan terpaksa memandang pria itu.

"I-Iya my lord?"

Wajah pria itu memperlihatkan sebuah siluet apik, ditimpa cahaya emas sore yang mengintip dari jendela. Rambut pirangnya masih tertata rapi.

"Gaun itu masih muat padamu?"

Mata birunya menunjuk pada bajuku. Aku pun ikut menunduk dan meraba pandangan pada gaunku sendiri. Gaun hijau zamrud sederhana. Satu-satunya yang tak kujual untuk membayar utang. Modelnya pasti sudah ketinggalan jaman. Tapi ya ... ini gaun terbaikku.

Meskipun begitu, aku tidak paham maksud pria ini.

"M-Maksud Anda?"

Wajah Lord Korzakov begitu dingin.

"Kenapa kau memilih untuk memenuhi undanganku? Padahal kau pasti sudah dengar rumor di jalanan. Kau sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri soal putusan pengadilan."

Alisku mengerut. Bukankah sudah jelas? Mengapa ia harus bertanya.

"Saya ... hanya ingin menjual pabrik dan gudang saja, my lord. Tuduhan itu bukan urusan saya. Yang saya tahu, Anda adalah pebisnis ulung. Maka saya mengirimkan penawaran pada Anda."

Entah bagaimana, tapi air muka Lord Korzakov berubah. Alisnya terangkat menggurat sedikit rasa takjub. Ia tak setegang dan segalak tadi, meski masih getir dan dingin.

"Kau tahu aku ini pebisnis ulung, tapi kau mengirim penawaran itu padaku? Pabrik kaca dan gudangmu, tidak akan berarti apa-apa untukku."

"Ya ... tentu," lirihku. Mungkin nyaris tak terdengar karena suara roda kereta kuda yang menimpa kerikil jalanan. "Semenjak perang, Tsar Nikolai memutus hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan. Sedangkan ... bisnis kami adalah mengekspor produk olahan kaca ke negara-negara itu. Kami kesulitan mencari pembeli."

Aku menarik nafas dalam. Bersiap memuntahkan segala keluhanku delapan tahun belakangan ini.

"Yang paling mendapatkan keuntungan dari perang ini adalah Anda. Bukan begitu, Your Grace?"

Pertama kalinya aku melihat alis pria itu mengerut.

"Anda punya tambang permata, pabrik senjata, dan pasukan militer. Tentu Anda bisa menjadi kaya raya karena perang ini," kataku dengan nada iri.

"Kau benar," ucapnya sambil bersedekap. "Kau lihat hasil keputusan pengadilan kan? Vadim sudah bekerja sangat baik untukku. Aku hanya perlu membayar seratus ribu keping Lyrac pada Sofia dan hukuman penjaraku diperingan dan ditangguhkan."

'Hanya?!' batinku jengkel. Lima keping Lyrac saja aku harus menabung berbulan-bulan tahu! Itu sebabnya aku baru bisa ke ibukota untuk menemuimu.

"Tapi ... meski semua hukuman menjadi ringan. Aku kalah. Semua orang akan memakan bulat-bulat hal-hal buruk tentangku. Apa kau percaya bahwa aku telah memukuli Sofia?"

Aku belum menjawab. Kami memandang satu sama lain. Selama beberapa saat hanya hentakan kereta kuda saja yang terdengar.

"Lord Korzakov ... Anda adalah Dewa Perang Kekaisaran. Anda ... telah membunuh ribuan orang dalam perang. Kalau pun kenyataannya memang begitu, apa itu urusan saya?" tanyaku balik.

"Aku mempertaruhkan semua yang kumiliki untuk mendapat keadilan, Levitski. Turun temurun keluargaku dibesarkan oleh ksatria. Bahkan gelar bangsawan yang didapat oleh kakek buyutku juga karena dia telah menjadi ksatria yang diakui kekaisaran. Tuduhan itu telah melukai martabatku dan nama keluargaku. Bagaimana jika seorang pemimpin ksatria dan militer melakukan hal tercela seperti itu?"

"Anda sangat peduli dengan omong kosong di pergaulan kelas atas?"

Seketika Lord Korzakov mendelik padaku. Aku sudah memasang badan kalau-kalau aku menjadi Sofia kedua yang ia aniaya di kereta kuda ini.

"Omong kosong pergaulan kelas atas katamu? Cih!" tiba-tiba sebuah seringai terlihat mencemoohku. "Kau bilang begitu karena kau sudah tak punya apa-apa lagi, Levitski. Yang tersisa padamu hanya gelar semata."

Aku meremas rok. Sebuah rasa jengkel berkecamuk dalam dadaku. Nafasku mulai cepat.

"Anya Levitski, perawan tua yang tidak laku-laku. Anya Levitski, punya banyak utang. Anya Levitski, menjual adiknya pada bangsawan tua. Kau pikir aku tidak tahu cibiran orang-orang desa padamu? Apa kau yakin itu tidak mengganggumu?" Pria itu mengabsen.

Kepalaku telah jatuh tertunduk. Air mataku nyaris tumpah. Sekuat tenaga kutahan ucapan pedas itu, kini aku harus mendengarnya lagi. Meski sangat jengkel, aku tak bisa melawan ucapan Lord Korzakov. Yang kurasa hanya penyesalan setiap kali aku mengingat Seva.

Pria itu menghela nafas.

"Aku mempertaruhkan segalanya. Sedang kau ... tak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Oleh karena itu, aku ingin memberimu sebuah penawaran."

Batinku masih belum kering dari cemoohan yang ia ucapkan barusan. Perlahan ... aku mendongak. Aku sadar betul saat mata kami bertemu, dia menatapku begitu dalam dan kaku.

"Menikahlah denganku."

"Apa?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status