"Mama," jawab Rudi sambil menoleh ke arah suara."Apa yang sedang kalian lakukan di kamar Ini!" bentak Ningrum kepada Rudi dan Syifa."Ini tidak seperti yang Mama pikirkan, aku bisa jelaskan semuanya Ma," ucap Rudi sambil berjalan ke arah sang mama. "Diam kamu," jawab sang mama sambil berjalan ke arah Syifa."Dasar kamu perempuan gatel, bisa-bisanya kamu menggoda Putra ku," ucap Ningrum sambil menampar Syifa."Tidak Nyonya ini tidak seperti yang Nyonya lihat," jawab Syifa sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan Ningrum. "Kamu pikir aku tolol, aku sudah melihat semuanya, sekarang kamu tinggalkan rumah ku sebelum kamu mengotori rumah ini dengan dosa yang kamu lakukan!" bentak Ningrum sambil menjambak rambut Syifa dan menyeretnya menuju ke pintu utama. Kondisi yang tadinya sepi karena semua orang sudah terlelap dari tidurnya kini berubah menjadi kehebohan. Seluruh anggota keluarga Rudi termasuk Mbok Inah langsung berlari ke arah suara Ningrum. Rudi yang ada di sana berusaha
Ningrum dan kedua putrinya tahu benar apa yang dimaksud dari ucapan Andre. Setelah beberapa saat terdiam saling pandang, Ningrum dan kedua putrinya langsung berlari mengejar Andre yang hampir saja masuk ke dalam mobil. Mereka akhirnya melanjutkan perjalanan menuju ke rumah sakit terdekat. "Bagaimana kondisi Syifa dan bayinya," tanya Andre kepada Rudi. "Ini semua gara-gara kamu!" bentak Ningrum kepada Rudi hingga membuat semua orang menoleh ke arah mereka."Apa jangan-jangan Mama sudah mengetahui siapa Syifa," batin Rudi sambil menoleh ke arah Ningrum yang baru saja masuk ke rumah sakit. "Apa maksud Mama," tanya Rudi penasaran. "Semua ini kesalahan kamu, coba saja kamu tidak membawa perempuan itu ke rumah, kita tidak akan susah seperti sekarang," jawab Ningrum sambil menunjuk Rudi. "Iya, malam-malam begini 'kan lebih baik tidur di rumah, ini malah di rumah sakit," gerutu Sherin sambil melipat tangannya ke perut. "Diam kalian! Ini rumah sakit jangan sampai kalian but malu disini,
"Kenapa Mbok bisa tahu tentang hubungan saya dan Syifa," tanya Rudi sambil menoleh ke arah Mbok Inah. "Maaf Mas, saya tahu dari Non Syifa dia sudah cerita banyak tentang saya, bahkan tentang apapun yang dilakukan Nyonya besar dan kedua adik Mas Rudi," jawab Mbok Inah sambil mulai menangis."Memangnya apa yang dilakukan mereka Mbok," tanya Rudi penasaran. "Saat Non Syifa pergi ke pusat perbelanjaan mereka meminta Non Syifa membawa semua belanjaan dan mereka juga tidak memberikan makanan untuk Non Syifa hingga dia kelaparan, serta mereka juga mengolok-olok Non Syifa bahkan dengan kasar Non Sherin menjambak rambut Non Syifa dengan sangat keras,"jawab Mbok Inah. "Mama," ucap Rudi sambil terlihat menahan amarahnya. "Saya mohon Mas Rudi jangan bilang ke Nyonya kalau saya dan Non Syifa yang memberitahu masalah ini," ucap Mbok Inah sambil menangis. Rudi tidak menjawab ucapan Mbok Inah, dia langsung berj
"Non Syifa mau memberi nama anak ini siapa," tanya Mbok Inah penasaran."Aku akan memberi nama anak ini Akbar, agar dia bisa menjadi orang besar seperti ayahnya," jawab Syifa sambil tersenyum melihat sang putra."Wah nama yang bagus Non, semoga Den Akbar bisa menjadi orang hebat seperti Mas Rudi," ucap Mbok Inah sambil tersenyum."Hai Babu!" teriak Sherin sambil masuk ke ruangan Syifa bersama Ningrum dan Shania."Mbok sekarang cepat belikan saya air mineral, karena saya sangat haus," perintah Ningrum sambil menyerahkan sejumlah uang kepada Mbok Inah."Tapi Nyonya," belum selesai Mbok Inah berbicara Shania langsung menyeret Mbok Inah keluar kamar."Dasar Pembantu tua kalau disuruh pergi ya pergi," ucap Shania sambil menyeret tubuh Mbok Inah."Enak ya bisa melahirkan di rumah sakit mewah, fasilitas lengkap bahkan gratis lagi tanpa biaya apapun," ucap Ningrum sambil berjalan mendekati Syifa yang sedang berbaring bersama sang putra."Nama anakmu siapa," tanya Shania sambil melihat Akbar.
"Pernikahan, apa maksudmu," tanya Rudi sambil menoleh ke arah Syifa."Tadi Mama dan kedua adikmu bilang jika dalam waktu dekat kamu akan melangsungkan pernikahan dengan Anita," jelas Syifa kepada Rudi."Aku justru baru tahu masalah ini darimu, kalau begitu aku pulang dulu besok pagi aku kesini untuk jemput kamu dan Akbar," ucap Rudi sambil pamit dan berjalan keluar kamar.***"Mama, Ma!" teriak Rudi sambil masuk ke dalam rumah."Kamu kenapa, baru pulang sudah teriak-teriak!" bentak Ningrum yang saat itu sedang menikmati makan malam bersama keluarga yang lain."Itu pasti karena kebanyakan bergaul dengan orang-orang kampung, makanya nggak tahu sopan santun," jawab Sherin dengan muka ketus."Tutup mulutmu, justru kalianlah orang yang tidak tahu sopan santun!" bentak Rudi sambil menunjuk Sherin."Rudi, duduk!" bentak Andre sambil menyuruh Rudi duduk."Sekarang jelaskan apa yang sebenarnya terjadi sebenarnya," ucap Andre saat Rudi sudah duduk di sampingnya.Rudi pun menjelaskan semua yang
Keesokan harinya setelah Andre dan Rudi berangkat ke kantor. Ningrum dan kedua putrinya mulai menyusun rencana untuk menyakiti Syifa dan sang putra. Syifa yang saat itu baru saja masuk ke dalam kamar tidak melihat sang putra di dalam box bayi."Mbok!" teriak Syifa hingga membuat Mbok Inah terkejut dan berlari ke arah paviliun."Ada apa, kenapa kamu teriak-teriak seperti itu Nak," tanya Mbok Inah penasaran."Akbar Mbok, Akbar hilang," jawab Syifa sambil menangis dan terduduk di lantai."Akbar hilang, kok bisa memang tadi kamu taruh dimana," jawab Mbok Inah penasaran."Tadi aku letakkan di box ini karena dia tidur setelah aku berikan asi tapi saat aku kembali akbar tidak ada Mbok," jelas Syifa sambil terus menangis."Sudah, sudah lebih baik kita cari dulu, siapa tahu penculiknya masih ada di sekitar sini," ucap Mbok Inah sambil membantu Syifa berdiri.Saat Syifa dan Mbok Inah sibuk mencari keberadaan Akbar di rumah itu. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara tangis bayi. Syifa yang sang
"Apa yang sudah Mama lakukan kepada Syifa dan Akbar!" teriak Rudi saat berdiri di hadapan Ningrum. "Kamu benar-benar tidak tahu sopan santun, apa yang perempuan itu katakan sampai kamu berani berteriak di hadapan Mama kandungmu sendiri!" bentak Ningrum sambil berdiri."Syifa tidak mengatakan apapun kepadaku, sekarang Mama jujur apa yang sudah kalian lakukan kepada Akbar," jawab Rudi dengan pandangan penuh emosi."Gawat, apa jangan-jangan Rudi sudah memasang cctv di rumah ini," batin Ningrum sambil mengamati seisi ruang keluarga."Baik jika Mama tidak mau jujur aku akan bawa kasus ini ke kantor polisi biar kalian bertiga mendekam di tahanan," ucap Rudi sambil menatap wajah ketakutan Ningrum dan kedua putrinya."Rudi! Jaga ucapanmu dia itu Mama kandungmu," bentak Andre yang tiba-tiba ada di belakang Rudi.“Sekarang kalian cepat jujur atau aku akan benar-benar menyeret kalian ke kantor Polisi," ucap Rudi sambil mulai memegang tangan sherin."Mama! Tolong Sherin Ma," rengek Sherin kepada
Keesokan harinya setelah menikmati sarapan pagi itu Ningrum mengajak Rudi untuk berbicara ke ruang kerja sang ayah. Setelah selesai menikmati makanannya Rudi bergegas menemui sang Mama di ruang kerja sang ayah. Ningrum yang sudah duduk di meja kerja sang suami langsung mempersilahkan Rudi duduk di sofa yang ada di ruangan itu. "Ada apa Mama menyuruhku kesini," tanya Rudi penasaran. "Mama hanya ingin menawarkan kerjasama yang dimana kerjasama itu sangat menguntungkan buatmu, Mama dan Syifa," jawab Ningrum sambil berjalan ke arah sang putra."Kerjasama apa maksud Mama," tanya Rudi sambil menoleh ke arah sang mama."Begini Mama akan melepaskan Syifa dan Putra haramnya itu tapi kamu harus ikuti kemauan Mama," jawab sang mama sambil tersenyum. "Cepat katakan apa yang harus Rudi lakukan," jawab Rudi penasaran. "Kamu harus bersedia menikah dengan Anita dalam waktu dekat dan menjauhi Syifa serta anaknya," ucap sang mama sambil berjalan ke depan Rudi. "Tidak, Rudi belum mau menikah lagi p