Di malam yang berbintang, Intan berhasil menyelinap ke perpustakaan Departemen Militer.Tidak perlu mencari terlalu keras, semua laporan dari pertempuran Kota Uldi ditempatkan di sisi kiri atas rak. Dia mengeluarkan mutiara cahaya yang dibawanya dan menutupinya dengan kain kasa untuk menghalangi sebagian cahaya, lalu bersembunyi di sudut dan mengambil laporan.Setelah membacanya, seluruh tubuhnya terasa dingin dan air matanya terus menetes.Rudi dan Linda pergi sebagai bala bantuan. Setelah mereka tiba di Kota Uldi, mereka berpartisipasi dalam pertempuran. Akan tetapi, mereka tidak terlalu berpengalaman di medan perang, jadi pada pertempuran pertama, paman ketiga kehilangan tangan kanannya demi menyelamatkan Rudi.Paman ketujuhnya yang dalam ingatannya masih seorang pemuda yang bersemangat tewas dalam pertempuran sebelum bala bantuan tiba.Kakeknya juga terluka oleh panah sebelum bala bantuan tiba, jadi pada dasarnya Rudi memimpin pertempuran terakhir.Memang benar pada akhirnya Rudi d
Ruang kerja Kaisar.Kaisar Roni menatap Intan yang sedang berlutut di atas lantai marmer putih.Dia mengenakan pakaian berwarna putih polos dengan jubah biru. Rambutnya tidak disanggul seperti para wanita yang sudah menikah seperti terakhir kali saat datang ke istana untuk memohon bertemu dengannya. Melainkan rambutnya diikat menjadi ekor kuda tinggi dengan pita sutra berwarna putih polos.Raut wajah Intan terlihat pucat, rongga matanya sedikit memerah dan juga samar-samar terdapat bayangan berwarna hitam di bawah matanya, seperti orang yang tidak tidur semalaman dan juga terdapat air mata di bulu mata Intan yang sedikit melengkung.Intan memiliki penampilan yang menakjubkan, dia terlihat berlinangan air mata, tapi sama sekali tidak terlihat seperti seorang wanita lemah, melainkan terdapat semacam kekuatan dan ketegasan di dalam matanya."Hormat pada Yang mulia!" Suara Intan sangat serak, dia menangis di balik selimut untuk waktu yang lama setelah Mutiara pergi."Kamu habis menangis?"
Kaisar Roni sedikit terkejut saat mendengar itu adalah surat dari Andi dan segera memerintah Bimo untuk mengambil surat itu.Kaisar Roni melihat tulisan di dalam surat dan yakin bahwa itu memang merupakan tulisan tangan Tuan Andi. Dia cukup beruntung mendapatkan buku tulisan Tuan Andi saat masih menjadi putra mahkota, jadi dia bisa mengenali tulisan tangan Tuan Andi.Sebagian besar yang tertulis di dalam surat itu adalah apa yang dia lihat selama perjalanannya, tapi di paragraf terakhir tertulis, "Aku mendaki Gunung Mera dan melihat ratusan ribu tentara Biromo yang semuanya mengenakan seragam militer Negara Lonis, selain itu mereka juga memiliki makanan yang cukup. Pangeran Ketiga Negara Lonis secara pribadi menyambut mereka yang membuatku merasa bingung, apakah ada aliansi antara Biromo dan Negara Lonis, tapi kenapa harus terima hampir 300 ribu tentara kalau mereka aliansi? Aku diam-diam mengikuti mereka dan melihat bahwa mereka sedang pergi ke medan perang di Manuel, aku khawatir mer
Tidak mungkin bagi Intan untuk menyerang pengawal istana, kalau tidak Kaisar akan mengira bahwa dia sedang membuat masalah karena pernikahan Rudi dan Linda.Intan menatap kepergian Kaisar Roni dan segera berteriak, "Kaisar, ayahku adalah seorang jenderal yang terkenal di Negara Runa, para kakakku juga merupakan jenderal muda yang sangat ditakuti di medan perang. Meski aku tidak sebaik mereka, aku tidak akan terlibat dalam hubungan percintaan antara pria dan wanita. Aku sudah memutuskan hubungan dengan Rudi sejak kami berpisah dan tidak akan menggabungkan urusan militer serta negara dengan hubungan percintaan. Tolong percaya padaku sekali saja, Kaisar."Langkah Kaisar Roni berhenti, dia tidak menoleh ke belakang dan hanya berkata dengan dingin, "Karena kamu tahu kalau Tuan Marko dan para jenderal muda yang lain adalah pahlawan yang terkenal, maka kamu jangan lakukan hal memalukan yang merusak reputasi mereka. Aku bisa kasih kehormatan dan juga bisa ambil kembali. Kembalilah, aku akan an
Toni pergi sambil menunggang kuda dengan membawa beberapa kotak brokat, pengawal istana sama sekali tidak menanyakan kepergian Toni, yang terpenting adalah Nona Besar Keluarga Belima sama sekali tidak keluar, Kaisar melarangnya keluar dan tidak ada hubungannya dengan orang lain di dalam kediaman. Sangat wajar jika Kediaman Adipati yang besar ini melakukan pembelian setiap hari.Toni tiba di Kediaman Raja Linuta dan mengatakan bahwa Nona Intan dari Kediaman Adipati telah mengantarkan hadiah.Petugas masuk untuk melapor dan tak lama kemudian Pak Handi berjalan keluar dan berkata, "Halo, Pak Toni. Nyonya mengatakan bahwa Nona Keluarga Adipati Belima baru saja berpisah dan kembali ke kediamannya, serta pasti sangat membutuhkan uang saat ini, jadi tidak perlu untuk memberi hadiah padanya. Tapi Nyonya telah menerima kebaikannya. Pak Toni, silakan kembali dan tidak perlu datang lagi kalau tidak ada masalah."Toni tertegun sejenak dan langsung mengerti setelah melihat ekspresi datar Pak Handi.
Pintu Kediaman Jenderal tertutup dan membiarkan Nyonya Selen berada di luar.Dayang Ita sama sekali tidak ingin membicarakan masalah di Kediaman Jenderal.Hanya saja, dia bertanya saat melihat ekspresi khawatir Toni, "Pak Toni, ada apa denganmu?"Toni menyerahkan cambuk kuda pada kusir dan menggerakkan kaki kirinya. Dia pergi ke banyak tempat dengan menunggang kuda hari ini dan kakinya yang terluka terasa sedikit bengkak dan nyeri."Nyonya Tina tidak menerima hadiah yang diberikan Nona untuk Putri," ujar Toni dengan perlahan karena takut didengar oleh orang lain.Dayang Ita terkejut, "Nyonya Tina dan Nyonya Marisa adalah kakak beradik, hubungan mereka bahkan .... Oh, aku mengerti."Meskipun Kaisar memberi gelar adipati, Nona kembali ke kediaman setelah berpisah, rumor yang beredar di luar sangat buruk dan ditambah dengan Nyonya sudah meninggal, jadi hubungan antara bibi dan keponakan juga sudah menghilang.Semua orang di dalam keluarga besar percaya bahwa Nona mendapat perlindungan dar
Latihan ini berlangsung selama setengah jam, kedua kaki Intan direntangkan di udara, tubuhnya yang kuat dan ringan berputar beberapa kali dengan cepat, Intan menggunakan kekuatan internal di dalam tubuhnya untuk menyerang dengan tombak dan terlihat sebuah batu tiba-tiba berubah menjadi debu.Toni melangkah maju dengan merasa kagum dan melihat bahwa semua daun yang berserakan di tanah telah dilubangi tanpa terkecuali.Toni merasa sangat terkejut, "Teknik menyerang Nona lebih baik daripada para jenderal muda, bahkan lebih baik daripada Tuan Adipati."Intan memegang tombak di tangannya, terdapat butiran keringat di dahi dan wajahnya semerah kurma. Akhirnya kemampuan Intan kembali ke saat dia baru saja turun dari gunung setelah berlatih selama sebulan, "Kalau begitu aku akan bawa Tombak Bunga Persik kali ini."Bala bantuan pasti akan datang, tapi mungkin akan datang terlambat. Jadi dia harus memanggil beberapa orang dari Taliani untuk pergi ke medan perang dan berperang bersama Raja Aldiso
Salju pertama berhenti setelah dua jam berlalu.Intan masih mengenakan pakaian berwarna putih dengan bunga putih di kepalanya. Intan terus mengenakan pakaian berwarna putih di kediaman karena dia berbakti pada ayah dan ibunya selama tiga tahun dan tidak pernah mengenakan pakaian warna lain.Perilaku Intan masih sama seperti di Kediaman Jenderal, sama sekali tidak terburu-buru dan memberi salam setelah memasuki ruangan, "Aku beri salam pada Nyonya Besar Brina."Kemudian membungkuk pada Nyonya Selen dan sedikit menundukkan kepalanya.Nyonya Besar Brina bangkit dan melangkah maju untuk menggenggam tangannya, kemudian melihat bahwa wajah Intan masih seputih salju dan terlihat bersemangat, dia bahkan terlihat lebih baik daripada saat berada di Kediaman Jenderal.Nyonya Besar Brina merasa tenang, tapi rongga matanya kembali memerah saat mengingat apa yang dia alami di Kediaman Jenderal, "Intan, apakah kamu baik-baik saja?""Nyonya Besar Brina tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja," ujar I