Bagaimana reaksi Arif?
*** Arif menatapku penuh arti, reaksi wajahnya sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Sekarang dia terlihat murung dan diam. Aku juga merasa serba salah karena telah membuka dan membaca pesan dari mantan suami. Aku tidak mengerti, ketika sedang berduaan dengan sang pujaan hati, tiba-tiba Mas Arif menghubungiku. Dia telah merusak suasana pertemuan dua insan yang saling melepas rindu karena tidak bertemu sudah hampir tiga bulan lamanya. Sebaiknya aku membuka pembicaraan terlebih dahulu untuk mencairkan keadaan kami yang tiba-tiba terdiam. Aku sangat mengerti bagaimana perasaan Arif setelah mengetahui bahwa mantan suami masih berusaha menghubungiku. “Kok, diam?” tanyaku pada laki-laki yang berada di sampingku. “Nggak apa-apa.” Jawaban Arif begitu singkat menurutku. “Kamu marah?” tanyaku kembali. “Apa aku punya hak untuk marah, Sayang?” Dia justru balik bertanya dan membuatku merasa serba salah. “Aku juga nggak ngerti kenapa dia tiba-tiba hubungin aku. Semenjak kami resmi bercerai, b
*** “Jangan panggil kami dengan sebutan itu, kamu bukan siapa-siapa lagi di rumah ini. Pergi kamu dari rumah ini! Saya sudah tidak sudi lagi melihat wajahmu. Sudah cukup penderitaan yang kamu berikan untuk anak saya!” Papa terlihat sangat marah. “Tolong berikan saya kesempatan sekali lagi, Pah. Saya akan berusaha untuk lebih baik lagi, saya janji.” “Kamu benar-benar tidak tahu diri! Bawa dia pergi dari sini Pak Yono!” Akhirnya Papa juga melakukan hal yang sama denganku. Pak Yono berusaha membawa pergi Mas Arif dari hadapan kami. Sungguh aku tiba-tiba merasa sangat kesal hari ini. Dia telah berhasil mengobrak-abrik hati dan perasaanku. Laki-laki itu benar-benar tidak tahu diri hingga nekat memasuki lingkungan rumah Papa dan Mama. Mungkin dia berpikir bahwa aku adalah wanita yang dulu mencintainya. Selalu menurut dan menghormati apa yang menjadi keputusannya sebelum wanita pengganggu memasuki rumah tangga kami. Namun, sekarang sudah tidak dapat lagi disamakan dengan yang dulu. Kini
***Tiga bulan telah berlalu, akhirnya masa iddah itu telah berakhir. Hari ini Minggu, keluarga Arif sudah berada di rumahku. Laki-laki tersebut telah memberitahukan sebelumnya bahwa dia dan orang tuanya akan datang melamarku. Hati ini berdebar tidak beraturan.Sebelum kedatangan mereka, aku sudah meminta pada Papa sebagai wali dan juga orang tua agar mengatakan yang sebenarnya pada keluarga Arif. Aku sudah memantapkan hati untuk berusaha ikhlas dan tabah dengan apa yang akan terjadi.“Kalau mereka menolak untuk menerima kamu, apa kamu sudah siap, Nak?” tanya Papa beberapa hari yang lalu padaku.“Aliyah sudah siap, Pah, dengan apa yang akan terjadi.” Aku meyakinkan Papa. Aku benar-benar yakin dengan keputusanku.“Baiklah, jika kamu sudah siap, Papa dan Mama, juga keluarga akan dukung kamu.” Papa mengusap kepalaku. Aku menyunggingkan senyum.Sekarang adalah penentuan hubungan aku dan Arif, apakah kami akan tetap bersama atau justru sebaliknya? Aku sudah sangat yakin dengan keputusan ya
POV Mas Arif***Diri ini merasa telah dipermainkan oleh kehidupan. Wanita yang dulu sangat aku cintai dengan tega telah menciptakan sebuah kebohongan besar, bahkan bisa dikatakan sebagai penipuan. Dirinya telah berhasil membuatku merasa menjadi laki-laki yang sangat berarti karena telah melahirkan darah daging yang sudah lama kuharapkan.Beberapa bulan yang lalu, Alexa kembali hadir dalam hidupku dengan sebuah pengakuan yang sangat mengejutkan. Dia memberikan penjelasan bahwa dirinya telah melahirkan buah hati yang sudah berusia lima tahun. Aku hampir tidak percaya mendengar kabar gembira itu, walaupun aku menyadari bahwa dulu kami sering melakukan hubungan terlarang.“Ini anak kamu, Rif.” Kami akhirnya bertemu, dia membawa seorang anak laki-laki yang diakui sebagai anakku.Awalnya aku sangat ragu untuk mengakui anak itu sebagai hasil dari perbuatan kami berdua. Namun, Alexa mengajakku melakukan tes DNA, dan setelah hasilnya keluar, ternyata benar bahwa di atas kertas itu tertulis, b
POV Mas Arif (kota)***Aku berusaha menghubungi Aliyah dan memohon agar dia bersedia memaafkanku. Namun, semuanya sia-sia, karena sekarang dirinya telah memiliki kekasih baru yang merupakan cinta pertamanya. Aku sangat sedih dan juga kecewa, ternyata istri yang dulu sangat mencintai dan menghormati suaminya, kini benar-benar sudah berpaling.Jika aku tidak mudah percaya pada Alexa kala itu, mungkin saat ini pernikahanku dengan Aliyah pasti masih baik-baik saja. Sungguh, diri ini sangat merindukan sosok baik dari wanita tersebut. Sekarang hati ini baru menyadari betapa bersyukur dan beruntungnya memiliki istri seperti Aliyah. Dia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk suami.Sangat jauh berbeda dengan Alexa, perbandingan mereka bagaikan bumi dan langit. Aliyah adalah istri yang sangat penurut juga sabar. Selalu melakukan sesuatu dengan pertimbangan. Tidak pernah membantah keinginan suami, karena dirinya selalu berkata bahwa surga ada di bawah telapak kaki pendamping hidupnya.Se
POV Mas Arif (kota)❤❤❤❤❤❤Sebulan telah berlalu semenjak kepergian Aliyah, kini aku lebih sering menyendiri dan menyesali semua yang pernah aku lakukan pada wanita itu. Aku tidak pernah lagi mendengar kabar tentangnya, dia seolah-olah hilang dan tidak ingin mengingat semua kenangan yang terjadi di antara kami.Aku sering menemui Kak Radit untuk menanyakan kabar tentang adiknya, tapi sang mantan kakak ipar tersebut tidak bersedia memberikan info tentang Aliyah. Tidak ada lagi yang dapat kulakukan selain berharap terjadinya keajaiban dalam hubungan kami. Semua anggota keluarganya berusaha menghindariku.Sampai saat ini aku masih sangat heran, kenapa Aliyah harus pergi meninggalkan kota ini? Bagaiman dengan hubungan bersama sahabat masa kecilnya? Kenapa laki-laki itu membiarkan Aliyah pergi? Jika benar dia mencintai wanita tersebut, dirinya tidak mungkin membiarkan perempuan yang disayangi terpisah jarak jauh dengannya.Hari ini Minggu, aku akan menemui laki-laki yang namanya sama persi
POV Mas Arif (Kota)*** Hari ini aku tidak sengaja bertemu dengan Alexa. Dia bersama anak dan laki-laki yang sudah lama menjalin hubungan dengannya. Wanita itu bersikap sangat biasa, seolah-olah tidak ada rasa penyesalan karena hubungan kami sudah berakhir dengan sebuah peceraian. Ia mengembangkan senyuman.Putranya yang dulu aku anggap sebagai darah daging sendiri, juga menunjukkan sikap seperti orang yang tidak mengenaliku. Dia sangat hebat menyesuaikan diri dan situasi. Apa mungkin Alexa sudah mengajarai anak kecil itu agar tidak mendekatiku. Jika seperti itu adanya, wanita itu benar-benar ahli dalam segala bidang.Cinta yang dulu kuberikan untuk Alexa, tidak berarti sama sekali, dia dengan santai menunjukkan kemesraan dengan laki-laki lain di depanku. Betapa sia-sianya diri ini telah mengorbankan perasaan untuk wanita seperti Alexa, dia tidak pantas menerima cinta dari laki-laki yang dulu berharap banyak padanya.“Masih sendiri, ya?” Pertanyaan itu dilontarkan Alexa padaku.“Buka
POV Mas Arif (Kota) *** Aku tidak tahu siapa yang telah mengirim pesan, tapi hati dan perasaan ini semakin tidak tenang memikirkan Aliyah. Aku segera menghubungi nomor itu, tapi tidak aktif. Kenapa tiba-tiba tidak terhubung? Siapakah pemilik nomor tersebut? Tanpa menunggu lebih lama, aku menekan nomor ponsel Kak Radit, semoga dia dapat memberikan petunjuk. “Assalamu’alaikum.” Terdengar ucapan salam dari ujung telepon. Rasanya sangat bahagia karena Radit bersedia menerima teleponku. “Wa’alaikumsalam, Kak, maaf ganggu malam-malam.” “Ada apa?” “Ada nomor yang masuk ke ponselku, dan aku tidak mengenali nomor itu. Isinya memintaku untuk menolongnya. Apa mungkin itu nomor Aliyah?” Aku hanya menduga. “coba sebutin nomornya,” pinta Kak Radit. Aku pun mengaktifkan pengeras suara agar dapat melihat nomor yang telah mengirim pesan. Aku berharap agar si pemilik nomor itu akan tetap baik-baik saja. Setelah menyebutkan dua belas angka tersebut, Kak Radit memberikan jawaban yang mengejutkan.