“Sayang makan ya,” ucap Fathir yang duduk di atas tempat tidur sambil memegang piring yang berisi sayur dan juga ayam bakar.
Clarissa diam memandang.
"Harus dicoba sayang. Adek nggak boleh nggak makan sama sekali, siapa tahu aja yang dimakan sekarang nggak dikeluarkan lagi,” ucap Fathir penuh harap. Fathir begitu sangat mencemaskan istrinya yang tidak bisa makan sama sekali, bahkan terkadang air yang diminumnya pun dikeluarkannya lagi. Istrinya saat ini dalam perawatan dokter.
Clarissa menganggukkan kepalanya. Clarissa memakan nasi yang suapkan oleh suaminya. Clarissa menutup mulutnya dengan telapak tangannya, ketika rasa mual itu kembali mengaduk-aduk isi perutnya.
“Kenapa sayang,” tanya Fathir.
“Risa mual,” ucapnya.
Fathir membantu istrinya Ketika istrinya akan beranjak dari tempat tidur.
Fathir yang baru terjaga dari tidurnya, dengan cepat duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Fathir sedikit berlari menuju ke kamar mandi. Pria itu begitu sangat mencemaskan Istrinya yang saat ini sedang melakukan rutinitas paginya, mengeluarkan semua yang sudah dimakanya semalam."Sayang," ucap Fathir yang masuk ke kamar mandi dan berdiri di belakang istrinya.Clarissa tidak berbicara sama sekali, ia hanya fokus mengeluarkan apa saja yang sudah dimakannya semalam.Fathir tidak ada henti-hentinya mengusap punggung Istrinya sambil terus berdo’a agar istrinya menyudahi mengeluarkan apa yang dimakannya semalam. Fathir tidak tega melihat kondisi Istrinya yang seperti ini. Obat anti mual yang diberikan sudah yang sangat bagus, namun tidak mengurangi morning sickness Istrinya.Clarrissa berhenti setelah berhasil mengeluarkan isi perutnya tanpa ada yang tersisa. Clarissa h
Fathir mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Pria itu sedikit memijat-mijat kepalanya yang terasa pusing saat memandang laporan keuangan yang ada di layar monitornya.“Permisi pak, ada ibuk Farah.”“Suruh masuk," ucapnya.“Silahkan buk," ucap Tia yang mengeser posisi berdirinya.“Terima kasih," ucap Farah yang terdengar tidak biasa.Farah memandang pintu ruangan suaminya yang sudah ditutup dari luar oleh sekretarisnya.Fathir yang duduk di kursi sambil tersenyum memandang Istrinya.Farah berjalan mendekati suaminya. Ia melepaskan paper bag yang dibawanya ke atas meja. “Apa mau langsung makan mas," ucapnya.Fathir diam memandang istrinya. Fathir tidak menduga perubahan sikap Istrinya yang begitu sangat drastis. “Kepala ku lagi pusing bange
Fathir membuka pintu kamarnya dan memandang istrinya yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Fathir mendorong pintu kamarnya dengan sangat pelan agar tidak menimbulkan suara berisik. Pria itu masuk ke dalam kamar dengan sangat pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang membangunkan istrinya. Fathir tersenyum saat mamandangi istrinya yang sedang tertidur sangat lelap. Ia membungkukkan tubuhnya dan mencium kening istrinya. "Abang sudah pulang?" ucap Carissa yang membuka sedikit matanya dan memandang suaminya. “Iya sayang gimana tadi, apa mau makan?" tanya Fathir sambil duduk di bibir tempat tidur. Pria itu mengusap kepala istrinya. Carissa tersenyum dan menganggukkan kepalanya, “tadi makannya banyak,” ucapnya yang begitu sangat senang. Mata Fathir terbuka lebar saat mendengar ucapan Istrinya. “Beneran,” tanyanya. Clarissa
Fathir sudah mulai merasa sangat lega ketika melihat perkembangan kondisi istrinya, kondisi istrinya sudah semakin membaik. Istrinya juga sudah mulai banyak makan."Risa senang kata dokter hari ini Risa sudah boleh keluar kamar,” ucapnya yang tersenyum lebar memandang wajah suaminya.“Kalau udah kuat jalan-jalan, nanti kita akan jalan-jalan," ucap Fathir memandang wajah istrinya dan mengusap kepala istrinya. Fathir tahu Istrinya pasti sudah sangat bosan berada selalu di dalam kamar seperti ini.“Jalan-jalannya ke mana Bang. Risa pengennya ke pantai,” ucap Clarissa.“Ke pantai boleh, kita cari pantai yang paling dekat dari sini,” ucapnya.Clarissa diam dan memandang wajah suaminya. Clarissa sangat ingin bisa merasakan yang namanya bulan madu seperti yang banyak diceritakan orang.“Kenapa,&rdqu
Fathir menyalakan televisi yang ada di dalam ruangannya. Darahnya mendidih saat melihat berita gosip selebriti dari televisi. Fathir seakan tidak percaya saat melihat berita itu. Namun wajah wanita yang disorot kamera itu benar Istrinya.Fathir mendengar telpon yang berdering di dalam ruangannya. Pria itu mengangkat gagang telepon tersebut.“Halo pak maaf, banyak wartawan yang datang dan mencoba untuk masuk ke sini. Beberapa orang dari mereka ingin langsung mewawancarai Bapak," ucap Tia yang berbicara dengan sangat tergesa-gesa.“Bilang dengan security agar tidak memberikan izin untuk wartawan masuk. Saya menolak untuk menerima wartawan saat ini. Saya akan melakukan klarifikasi nanti. Saya akan menentukan waktunya," ucap Farhir.“Baik pak,” jawab Tia.Fathir meletakkan gagang teleponnya. Ia begitu sangat marah, baran
Fathir belum bisa menghilangkan rasa sakit dihatimu. Apa yang dilakukan oleh istrinya benar-benar tidak bisa diterimanya. Sebagai seorang suami aib terbesar baginya disaat Istrinya bermain di belakang punggungnya.Fathir memandang ponselnya yang berulang kali berdering ketika Farah menghubunginya.Tatapan matanya beralih memandang pintu kamarnya yang terbuka. Fathir tersenyum memandang Clarissa yang membuka pintu kamarnya, dan masuk ke dalam kamar dengan membawa segelas susu di tangannya."Kenapa susunya dibawa ke sini,” ucapnya memandangi istrinya yang duduk di tepi tempat tidur.“Risa pengen minum susu,” ucap Clarissa.“Terus,” tanya Fathir.“Tapi minum susunyanya Abang dulu," ucapnya yang menyodorkan gelas bening yang berukuran cukup besar itu ke tangan suaminya.&ldqu
Clarissa memandang wajah suaminya yang tertidur lelap. Clarissa menatap wajah suaminya tanpa berkedip. Senyum mengembang dibibirnya yang kecil saat memandang suaminya yang begitu sangat tampan walaupun saat ini sedang tidur. “Maafin Risa Bang bila Risa terlalu egois. Risa tahu Abang bukan punya Risa sendiri, tapi Risa tidak mau ikhlas berbagi Abang sama yang lain. Seharusnya Risa tahu diri, karena Risa yang datang diantara Abang dan dia. Risa mau Abang selalu bersama Risa seperti ini.” Clarissa berbicara di dalam hatinya dan kemudian mencium bibir suaminya dengan sangat lembut. Clarissa hanya menatap wajah suaminya yang saat ini tertidur lelap.Cukup lama Clarissa memandangi wajah suaminya hingga ia memutuskan untuk membangunkan Suaminya. “Selamat pagi,” ucap Clarissa yang tersenyum mencium bibir suaminya.Fathir membuka matanya yang terasa masih berat saat istrinya mencium bibirnya. Fathir melingkarkan tangannya di t
Farah memandang wajahnya dari pantulan cermin besar yang ada di dalam kamarnya. Air matanya sudah tidak mampu lagi di bendungnya. Farah begitu sangat takut akan apa yang terjadi. Namun dia juga tidak tahu lagi bagaimana cara mempertahankan hubungan mereka setelah apa yang dilakukannya.“Bila seandainya aku tidak terpengaruh dengan kata-kata manis yang diucapkan oleh Jonata, semua ini tidak akan terjadi,” ucapnya yang penuh dengan rasa penyesalan.Farah merapikan rambutnya dan merias kembali wajahnya alakadarnya, setelah make up yang tadi dipakainya luntur oleh air matanya.Farah berjalan meninggalkan kamarnya. Rumah mewah yang berukuran sangat besar ini tidak ada lagi penghuninya selain dirinya. Setelah peristiwa itu tersebar luas, semua pelayannya meninggalkan rumah tersebut, dan mungkin akan kembali lagi ke rumah itu setelah ia pergi dari rumah yang ditempatinya saat ini.