“Jadi Sheren sekarang sudah jadi mama ya,” ucap Fathir yang duduk di samping istrinya.
Clarissa memutar kepalanya dan memandang suaminya. “Sejak kapan sampai,” ucapnya yang sejak tadi tidak menyadari kehadiran suaminya.
“Belum lama,” ucap Fathir. Dia tersenyum dan mencium kening istrinya.
“Jadi cucu, main jadi Mama sekarang,” ucap Haryati yang mencium rambut cucunya yang tebal dan juga hitam.
Sheren menganggukkan kepalanya. "ya, nenek," ucapnya.
“Mau Risa buatkan minum,” tanya Clarissa.
“Boleh tapi minumnya di kamar saja,” ucap Fathir.
“Apa nggak ke kantor,” tanya Clarissa.
“Nanti setelah makan siang baru ke kantor lagi,” jawab Fathir yang memang sudah mengatur jadwalnya di kantor.
“Dek bangun,” ucap Sinta yang membangunkan adiknya.“Riski membuka matanya dan memandang Sinta yang sudah duduk disampingnya.“Iya Kak,” jawab Riski yang masih mengusap-usap matanya.“Kakak mandi dulu ya, habis itu adik langsung mandi, kita sholat,” ucapnya.“Iya Kak,” jawab Riski. Sinta beranjak dari kasur yang sudah tipis. Kasur yang dipakainya untuk alas tidurnya bersama dengan adiknya. Sinta berjalan menuju ke kamar mandi. Di jam seperti ini, kondisi rumah masih sangat sepi, karena orang-orang masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Setelah selesai mandi Sinta mengambil wudhu untuk sholat subuh. Sinta selalu keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai pakaian, Sinta menggulungkan handuk di rambutnya agar rambutnya yang basah cepat kering.Sinta masuk ke dalam kamar dan memandang adiknya yang kembali tertidu
“Nanti Sinta jadi ke sini ya bang,” tanya Clarissa yang sedang memasangkan dasi suaminya. “Iya, nanti sore Sinta akan datang,” ucap Fathir yang tersenyum mengusap pipi istrinya. Ini untuk yang pertama kalinya istrinya meminta sesuatu kepadanya. Untuk pertama kalinya juga istrinya meminta bertemu dengan temannya. Fathir tahu bahwa istrinya pasti begitu sangat merindukan temannya yang dulu pernah bekerja dengannya. Namun demi menjaga agar tidak ada cerita yang tidak enak tentang dirinya, maka istrinya tidak ingin bertemu dengan temannya tersebut. “Risa nggak sabar menunggu Sinta datang,” ucap Clarissa yang tersenyum. Fathir mencium bibir istrinya. “Nanti Abang kasih waktu untuk melepaskan rindu sama Sinta,” ucapnya.
Sinta mengambil air putih hangat di dispenser, dan kemudian meletakkan gelas yang berisi air putih itu di atas meja, yang berada di ruang pantry. Meja itu biasa mereka pakai untuk makan dan sebagainya. Sinta duduk di kursi dan meminum air hangat tersebut. Sinta merasakan perutnya yang sedikit sakit. Sinta mengambil obat yang ada di dalam loker, dan segera meminum obat tersebut. “Karena waktu itu ketemu sama pak David, sehingga aku punya obat ini. Tapi isinya sudah tinggal sedikit. Nggak apalah obatnya memang bagus, jadi nanti bila gajian aku harus beli satu botol,” ucap Sinta yang tersenyum memandang botol berwarna putih.Setelah peristiwa itu Sinta sudah tidak pernah lagi bertemu dengan David, bahkan Sinta tidak tahu David itu bekerja di bidang apa. “Tapi apa dia kerja di sini atau nggak ya,” ucap Sinta yang tidak tahu karena dia tidak pernah berjumpa dengan pria tersebut.
"Saya permisi dulu pak," ucap Sinta yang beranjak dari tempat duduknya.“Tunggu,” ucap David.“Ada apa pak,” tanya Sinta yang menundukkan wajahnya.“Duduk,” ucap David yang kembali menyuruh Sinta untuk duduk kembali.“Kamu tunggu sebentar,” ucap David yang kemudian keluar dari dalam ruangannya.Walaupun tidak mengerti apa alasan pria itu memintanya untuk duduk kembali, namun Sinta menurutinya.Sinta memandang David yang masuk ke dalam ruangannya, dan kembali duduk di kursi yang ada di depannya.Ingin sekali David bertanya kepada Sinta, apakah gadis itu sudah makan atau belum,
Clarissa berdandan dengan sangat cantik. Sore ini Clarissa akan berjumpa dengan teman yang sangat dirindukannya. “Risa berharap Sinta sangat senang ketika melihat Risa,” ucapnya yang merapikan rambutnya.“Kenapa mau jumpa sama Sinta aja deg-degan seperti ini,” ucap Clarissa.“Gimana nanti tanggapan Sinta, pasti dia akan banyak tanya,” ucap Clarissa yang mengetahui bagaimana sifat sahabatnya tersebut.“Harus jawab apa nanti,” ucap Clarissa merasa sangat tidak tahu harus bagaimana, ketika bertemu dengan sahabatnya. Clarissa tidak ada henti-hentinya bertanya sendiri di depan cermin, sambil memandang dirinya di depan cermin tersebut.Clarissa kemudian tersenyum ketika mengingat Sinta. “Risa beneran rindu,” ucap Clar
David menghentikan mobilnya di depan rumah Sinta.“Saya mau siap-siap sebentar Pak,” ucap Sinta.“Iya,” jawab David yang sedikit menganggukkan kepalanya.“Bapak ingin tunggu di mobil atau di rumah saya,” ucap Sinta menawarkan.“Kamu kirain saya sopir yang nungguin kamu di mobil,” ucap David yang membuka sabuk pengamannya.Sinta tersenyum nyengir ketika mendengar jawaban pria tersebut. "Tinggal bilang aja mau tunggu di rumah,” ucapnya di dalam hati.Sinta turun dari mobil yang diikuti oleh David di belakangnya. Sinta memanggil Tantenya, dengan cepat pintu rumah itu terbuka.“Ba
Riski begitu sangat senang ketika naik ke dalam mobil mewah milik David. Ingin rasanya anak itu membuka jendela mobilnya, agar wajahnya terlihat oleh teman-temannya yang tinggal satu perumahan dengannya. Riski tidak berbicara apa-apa, Riski hanya duduk di belakang dengan memandang keluar jendela.David sedikit memutar kepalanya dan memandang Riski yang duduk di kursi belakang. “Namanya siapa,” tanya David yang duduk di kursi kemudinya.“Nama aku Riski Om,” jawab Riski.David tersenyum ketika anak itu memanggilnya Om. “Apa saya sudah terlalu tua ya,” ucapnya yang membuat Sinta yang duduk di sampingnya tertawa kecil, seakan menjawab iya.David memandang ke arah Sinta dengan tatapan matanya.S
Sinta memandang ke arah pria yang datang ke ruang tamu bersama dengan wanita. Sinta berusaha meyakinkan pandangannya bahwa wanita yang berjalan bersama dengan pria itu adalah orang yang begitu sangat dikenalnya. Meskipun penampilannya begitu sangat jauh berbeda. Wanita itu terlihat begitu cantik daripada yang dulu dikenalnya, dengan rambut yang pendek. Wajah wanita itu terlihat semakin cantik, imut-imut dan juga segar.Sinta hanya diam dengan tatapan tertuju kepada sosok wanita yang begitu sangat dirindukannya. Seribu pertanyaan yang saat ini melekat di dalam pikirannya.Untuk meyakinkan bahwa wanita itu adalah sahabatnya.Ingin rasanya Sinta berlari mengejar wanita itu, namun Sinta tahu saat ini dia berada di rumah pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Wanita yang saat ini dipandangnya belum tentu oran