21+ Happy Reading
I'M NOT A VIRGIN ANYMORE!“Kenapa harus aku, Daddy? Kenapa harus aku yang berkorban, dan menikah dengan pria yang usianya saja berkali-kali lipat dari usiaku!”“Karena kau yang dia inginkan, Clara!” seru Alice.“Your virgin, Clara!” imbuh Hanna dengan senyum simpul mengarah kepada Clara."Hanna!" pekik Patricia kepada putri sulungnya.I’m virgin? Jadi itu adalah alasan kenapa Clara dipilih dibandingkan dengan saudarinya yang lain? Mereka semua menjadikan Clara tumbal untuk mendapatkan uang. Bukan pria tua Bangka itu yang memilih Clara, namun keluarganyalah yang menawarkan Clara kepada pria itu. Karena dilihat dari segi penampilan tentu saja dua saudarinya lebih unggul daripada Clara.“I’M NOT VIRGIN ANYMORE!” pekik Clara lantang. Ya, aku sudah tidak perawan lagi!Satu tamparan keras mendarat tepat pada pipi putih mulus milik wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu. Tamparan keras yang mengakibatkan tubuh rampingnya tersungkur, dan lunglai ke atas lantai. Clara meringis, sebelah telapak tangannya memegangi pipi dengan luka memar bekas tamparan tadi.“Tidak tahu diri!” pekik pria paruh baya yang berdiri tepat di hadapan Clara. Robert Royce yang tak lain adalah kepala keluarga Royce, daddy kandung Clara. “Untuk apa aku membesarkanmu? Jika kau sama sekali tidak bisa membantu! Hanya membuat malu saja!” cerca Robert pada putri semata wayangnya.Seluruh keluarga berada di dalam satu ruangan. Robert, Patricia, serta kakak Clara. Hanna dan Alice. Mereka hanya mampu terdiam melihat Robert memperlakukan Clara dengan kasar. Tidak satupun dari mereka yang maju untuk membela Clara, atau lebih tepatnya membiarkan semuanya itu terjadi begitu saja karena Clara memang pantas mendapatkan semuanya.Sudah dua bulan waktu berjalan semenjak perusahaan keluarga mereka diambang kebangkrutan. Selama itu pula keluarga mereka resah mencari seorang investor. Tidak hanya Robert, bahkan kedua putrinya yang lain mencoba membantu sebisa mungkin agar perusahaan keluarga mereka tidak mengalami kebangkrutan.“Kau lihat mereka, dua kakakmu rela berkorban demi perusahaan!” Tunjuk Robert pada dua putrinya yang lain.Clara mendongakan wajahnya, menatap ke arah Robert dengan sengit, lalu tak lama Ia menatap ke arah Hanna dan juga Alice dengan tatapan bengis. Daddy macam apa yang rela menjual putrinya sendiri kepada seorang pria yang bahkan lebih tua darinya dengan alasan untuk menyelamatkan perusahaan keluarga. Jelas Clara menolak, Ia tidak mau menjadi istri ke sekian pria tua bangka itu.“No dad, they don't help anything!” pekik Clara seraya mencoba menatih tubuhnya untuk kembali berdiri. Namun belum sempat Clara berdiri, satu telapak tangan mendarat kembali di pipi mulusnya, dan berhasil membuat tubuh Clara kembali tersungkur.“Tidak tahu diri!” cemooh Hanna berdecih malas sembari menatap ke arah Clara.Jemari Clara mengepal erat setelah mendengar perkataan dari kakak pertamanya itu. Bukankah mereka semua yang tidak tahu diri, mengorbankan Clara sebagai tumbal untuk mendapatkan sejumlah uang. Dan Robert, bukankah pria itu adalah Daddy kandung Clara, lantas kenapa perilakunya sama sekali tidak mencermintakan sebagai seorang daddy yang baik. Sikap Robert malah sebaliknya.Lagi, Clara mendongakkan wajahnya tepat dan menatap sengit ke arah Hanna. “Berkacalah, Hanna!”Mereka bukanlah keluarga yang sesungguhnya. Clara, Hanna dan juga Alice. Ketiganya bukanlah saudara kandung. Clara adalah putri tunggal Robert, sedangkan Hanna dan juga Alice adalah putri Patricia. Mommy Clara meninggal di saat usia Clara lima tahun, dan beberapa hari setelah kematiannya Robert menikahi Patricia. Wanita yang entah dari mana datangnya. Dan semenjak hari pernikahan Robert, hari demi hari Clara yang bagaikan hidup di neraka dimulai.Tidak ada cinta, belas kasih, ataupun perhatian. Bahkan Robert sekalipun mengabaikannya. Tidak ada lagi cinta di kehidupan Clara sehingga wanita cantik itu tumbuh menjadi pribadi yang terbilang sangat menutup diri. Keseharian Clara hanya diisi dengan kegiatan di dalam kamar. Itu semua karena Patricia yang selalu mengurung dan tidak pernah mengijinkannya pergi kemanapun. Bahkan Clara menjalani homeschooling yang membuatnya sama sekali tidak mempunyai teman.“Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu, Clara.” Beberapa kalimat yang selalu Patricia ucapkan. Sekilas terdengar seperti sebuah ucapan perhatian, namun jika ditelisik lebih dalam tentu semua itu mempunyai alasan tertentu.Hari ini, akhirnya Clara mengerti kenapa selama dua puluh tahun kehidupanya Ia tidak pernah sekalipun diperbolehkan untuk keluar rumah dan bergaul. Ternyata itu semua dilakukan untuk hari ini. Hari dimana dirinya akan dijual untuk uang.“Kau tidak membantu apapun, Hanna!” decih Clara yang kemudian mendapatkan tendangan keras di rahang bagian kirinya oleh Hanna menggunakan high heels yang wanita cantik dan sexi itu kenakan.Lagi-lagi Clara harus tersungkur ke atas lantai. Tidak ada rasa sakit ataupun harga diri. Semua ini sudah Ia terima semenjak dua puluh terakhir kehidupanya. Clara benar-benar sangat menderita hidup di bawah naungan ibu dan kakak tirinya, terlebih Ia mempunya seorang daddy yang sama sekali tidak peduli.Hanna bersimpuh di hadapan Clara, menarik lengan Clara dengan kasar lalu memegang rahang adik tirinya kuat. Sementara Clara hanya bisa mengeratkan genggaman jemarinya menahan semua rasa sakit yang Ia terima. Memar di rahang, pipi, dengan bibir yang sudah mengeluarkan darah. Kini ditambah dengan cengkraman erat jemari Hanna.“Kau bergurau, Clara? Apa hari ini kau ingin melawan?”Selama dua puluh tahun Clara diam atas semua tindakan tidak adil yang mereka berikan. Dan hari ini apakah Clara akan diam lagi? Kehidupannya tidak lebih baik dari sebuah kematian. Mungkin mati akan lebih baik. Pikir Clara.”You really don't help anything! You are only the source of the problem. You, your mother and sister! all of you jerks!” pekik Clara. Rasa sakit hatinya selama dua puluh tahun ini Ia ungkapkan di hari ini. Dan tentunya perkataanya itu langsung dihadiahi oleh kepalan tangan berat sang ayah. Seketika pandangan Clara buyar, rasa pusing dan sakit mendominasi dirinya. Dan gelap. Tidak lama kemudian Clara tidak sadarkan diri.**“Aku yang akan mengurusnya.”Terdengar suara gaduh dari luar sana. Clara mencoba membuka matanya secara perlahan untuk melihat apa yang terjadi. Sebuah jeruji besi, Clara terkurung pada sebuah jeruji besi.“Help!” pekik Clara kepada orang-orang yang berlalu lalang di luar sana. Namun tidak ada satupun dari mereka yang bersimpati untuk membantunya. Dan hanya tatapan datar yang Ia terima.Namun tiba-tiba seseorang mendekat. “Hello, baby,” sapanya dengan seringai. Pria ini, Clara mengenal siapa pria ini.“Jordan, help me please!” pinta Clara dengan raut wajah cemas, meminta dan memohon kepada pria bernama Jordan tersebut. Dia adalah Jordan, kekasih Hanna. Itu yang Clara tahu.“Calm down, Baby. I'll get you out of here right away,” ujarnya mencoba menenangkan Clara. Wanita cantik itu hanya bisa berharap jika ucapan pria di hadapanya ini benar, mengingat jika Jordan adalah kekasih Hanna.“Jordan apakah kau sudah siap dengan barang bawaanmu?” tanya seseorang di belakang sana.“Tentu, Madam. Clara Alunna akan menjadi barang lelang dengan harga jual tertinggi malam ini.”LELANG?***See You Next Chap... babay.21+ Happy ReadingTubuh polos itu masih berada di bawah kuasa seorang pria yang kini sudah bertelanjang dada, dan memperlihatkan otot-otot perutnya yang sispax. Nafas Clara terengah, jantungnya bergemuruh kuat, dengan mata yang terbelalak lebar ketika melihat pria yang tengah menguasai tubuhnya kini tengah membuka sabuk yang digunakanya.Clara langsung memejamkan matanya erat. Ia tidak bisa jika terus seperti ini. Melihat dengan perlahan pria itu melepas pakaian pada tubuhnya. Clara benar-benar tidak bisa. Tubuhnya bergetar hebat, dengan mata yang terpejam erat dan meneteskan air mata di ujungnya. Selama hidupnya Clara masih bisa terima jika Ia disiksa secara fisik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Namun sebuah pelecehan seksual? Clara tidak bisa. I’m virgin!Pada kenyataanya wanita cantik berusia dua puluh lima tahun itu masihlah perawan. Clara berkata jika dirinya sudah tidak perawan lagi hanya untuk menolak perjodohan yang hendak dilakukan oleh daddynya. Clara tidak mau menjadi tum
Aland Washington merupakan pria tampan berusia tiga puluh empat tahun. Kehidupanya mapan, dan mempunyai kerajaan bisnis yang besar. Aland sudah menjadi CEO di perusahaannya sendiri sejak usianya tiga puluh tahun. Kemunculannya yang tiba-tiba dan misterius menjadi perspektif baru bagi kalangan pebisnis lainnya.Aland adalah orang baru dalam dunia bisnis. Seorang jenius dan juga kompeten, yang mampu menaikan popularitas perusahaanya untuk duduk di peringkat lima perusahaan besar di Asia hanya dengan waktu empat tahun saja. Kepintaran dan ketenarannya tentu saja membuat orang terkagum-kagum dengan sosok Aland.Namun hingga saat ini masih belum ada orang yang mengetahui asal-usul dari pria tampan itu. Latar belakang, silsilah keluarga, bahkan marga yang kini menjadi nama belakangnya masih menjadi misteri. Bahkan rekan bisnisnya sampai berusaha mati-matian untuk mencari identitas asli Aland, namun berakhir dengan sia-sia. Seolah semuanya ditutup rapat-rapat dari dunia.“Hanya butuh istirah
21+ Happy Reading ....Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.“Kau ingin air?” tanya Aland.Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba
“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap
Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay
Aland menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap menjauh. Pandangannya masih setia tertuju pada wanita cantik di hadapanya. Clara masih terdiam, dan tidak kunjung menuruti perintahnya. Apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu?“Apa kau menginginkan satu pengawalku masuk ke dalam sini dan membukakan baju itu, Clara?” seru Aland yang sontak membuat Clara menoleh ke arahnya dengan terkejut. Pengawal?“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku!” imbuhnya, yang tentunya itu adalah sebuah ancaman besar bagi Clara.“No, no. I will open it myself,” ujar Clara dengan nada suara yang bergetar.Aland menatapnya tajam, tersenyum simpul ke arah wanita cantik itu. “Lakukanlah.”Clara menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasa bahwa dirinya sudah melebihi dari seekor anjing peliharaan pria itu. Clara menundukan wajahnya yang telah memerah, membuka perlahan baju yang tengah dikenakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Jika terus dipermainkan dan dipermalukan seperti ini, Clara benar-