Share

Saksi Kunci

Spontan aku menatap wajah Ibu.

“Nggak usah liatin Ibu seperti itu, memangnya Ibu setan? Ibu lapar. Belikan Ibu makanan!” perintahnya lagi.

“Ibu goreng telur saja, Bu. Kalau nggak masak mie instan.”

“Nggak mau. Ibu maunya makan lontong sayur yang pedes, kalau nggak soto Tegal yang ada di ujung jalan.

Aku menghela napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan.

Sabar, Gunawan. Ibu kamu sedang sakit. Pikirannya juga sudah kembali seperti anak kecil. Jadi kamu tidak boleh marah dan turuti saja apa yang dia mau.

Mengambil dompet, berjalan keluar rumah sekalian olahraga pagi.

“Assalamualaikum, selamat pagi, Pak Herman?” sapaku kepada tetangga sebelah yang sedang menyapu halaman.

Dia hanya menoleh, tanpa menjawab sapaan dariku. Padahal setahuku, menjawab salam itu hukumnya wajib. Dan dia pasti lebih tahu akan hal itu.

Pun dengan tetangga lainnya yang biasanya ramah, mereka tidak ada lagi yang mau bicara ataupun sekedar menyapa.

Selain nantinya mendapatkan sanksi hukum, kini ak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status