Share

Naik Darah

“Siapa kamu? Nguping, ya?” tanya Pak Rozaq.

Gus Azam menegakkan kepalanya. “Maaf, saya mau ambil bolpoin saya yang jatuh.” Dia menunjuk ke arah lantai.

Kami semua melihat ke bawah dan memang ada sebuah bolpoin di sana. Gus Azam berjongkok kemudian mengambil benda kecil berwarna hitam itu.

“Maaf, Gus. Kami membuat keributan di sini. Saya akan segera kembali ke kelas.”

Aku harus segera pergi sebelum lelaki tua bangka itu mengatakan hal yang tidak-tidak. Bisa malu jika Gus Azam mendengar aku akan menikah dengan lelaki tua bangka. Ish, amit-amit jabang bayi.

“Tunggu, Shafia. Kita belum selesai ngomong.” Masih terdengar samar suaranya ketika aku berlari meninggalkan Pak Rozaq.

Tidak kuhiraukan makanan yang dia bawakan. Aku akan meminta bantuan Anin dan Nadia untuk mengambilnya nanti setelah Pak Rozaq pergi. Mereka pasti tidak akan menolak jika berhubungan dengan makanan.

Huft! Aku bernapas lega ketika sampai di madrasah. Tamu tidak diperkenankan ke masuk di area ini. Untuk sementar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Ada ada saja omongan si Anin.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status