Share

Alva
Alva
Author: Vaness

Pertemuan

Pintu dengan kenop usang berkarat itu terbuka dengan keras hingga berbunyi keras mengenai dinding. Muncul seorang cowok tinggi sekitar 180 cm, berjaket hitam kulit dengan topi jaket yang menutupi kepalanya, kedua tangannya di dalam saku.

Alva menghempaskan diri ke atas kasur,ia mendapati beberapa lembar uang dan pakaian di sana.

Pasti Mang Ujang, pikirnya.

Alva menduduki diri di samping kasur,menumpu kedua sikunya ke atas lutut, tangannya menutup sebagian wajahnya.

Seharian ini begitu membuatnya lelah,ia harus melepaskan penat.

Alv merogoh sesuatu di dalam sakunya, mengeluarkan sebuah bungkus rokok dan mengambil sebatang darinya, ia menyalakan korek lalu membakar ujung rokok tersebut, menghisap dengan kuat hingga dadanya sesak.

Satu hal yang harus membuat Alva merokok. Alva harus menenangkan pikirannya dari segala emosi dan hal-hal buruk di kepalanya.

                        ****

Gadis berambut sebahu itu menghentikan larinya dan menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan setelah berlari cukup kencang menuju halte bus. Dia adalah Naisa.

Naisa menatap jam tangan putihnya. Pukul 19.16 malam.

Hari sudah malam, dan Naisa tidak menyadari bahwa hari sudah mulai gelap saat dirinya tidur di perpustakaan kota tadi.

Dan lebih sialnya lagi, Naisa lupa membawa hp. Mampus dah gue. Naisa merutuki diri.

Naisa memandang sekelilingnya, ada sebuah jalan berlorong disana!

Naisa memandangnya berbinar lalu dengan cepat melangkah kesana,dan kembali memandang halte bus yang tadi disinggahinya.

Tak ada tanda-tanda bus akan sampai kesana. Naisa melanjutkan langkah menyusuri lorong dengan sangat mantap, entah apa dia tau atau tidak kemana arah jalan itu.

Hanya tebak-tebakan saja, siapa tahu lorong itu tembus ke rumahnya.

Naisa menggenggam tali tasnya erat,jalan tikus ini sangat sempit, ukurannya hanya 1,5 meter, lampunya remang kekuningan dan sangat sepi.

Suara jangkrik dan beberapa binatang lainnya ikut memecah kesunyian di jalan itu.

Dan beberapa menit berikutnya Naisa di kenai kesialan yang parah lagi.

Muncul dua sosok cowok di depannya dengan tatapan yang tidak enak.

Mengetahui ada hal buruk yang akan terjadi, Naisa memutar arah jalannya ke simpang kanan dengan langkah cepat.

Benar saja, kedua sosok  mengerikan itu rupanya sedang berjalan di belakang Naisa dengan langkah yang tak kalah cepat.

Karena sangat ketakutan, Naisa berlari sekencang dan secepat yang ia mampu sambil menangis sekuat tenaga, hingga tak sadar dia menubruk sesuatu dan terjatuh.

Naisa mendongak, seseorang!

Seorang cowok tinggi berjaket.

Naisa semakin ketakutan dan berteriak.

"Tolonggg!"

"Tolongin saya mas!!"

"Ada orang jahat yang kayaknya mau perkosa saya!!!"

Cowok itu tidak bergerak, masih menatap Naisa yang berteriak gak jelas.

Cowok itu mengalihkan pandangan ke dua orang yg ada di belakang Naisa, keduanya terlihat marah dan seakan menyuruhnya minggir.

"Masss tolongin saya pliss!!"

"Saya masih muda masih 18 tahun masa udah gak pw lagi sih!" tangis Naisa pecah.

Hahahah ngakak parah.

"Ck, berisik!" ujar cowok misterius di depannya itu la melangkah mendekati kedua sosok yang tadi mengejar Naisa dan dapat terdengar oleh gadis itu.

Suara gebukan heboh di belakangnya. Saat Naisa menoleh, kedua orang tadi rupanya sudah menghilang.

Cowok jutek tadilah yang menggebuk mereka, ia terlihat kembali melanjutkan langkah meninggalkan Naisa.

Dengan cepat gadis itu bangkit sambil menghapus air matanya lalu berlari mengejar cowok misterius.

"Hei!! Makasih ya atas bantuan lo tadi!!"

"Berkat lo gue masih pw,"

"Lagian tu orang gak liat apa, gue masih kecil, masih imut-imut gini."

"Eh tapi kayaknya muka lo ganteng deh," celoteh Naisa sambil terus mengejar wajah cowok misterius itu.

"Kenalan yuk!!" ajak Naisa bersemangat.

Entah kenapa rasa takutnya tadi udah langsung hilang.

"Nama gue Naisa!" la mengulurkan tangan dengan senyum sumringah.

"Panggilannya sayang!" seru Naisa lagi mengulurkan tangan yang tidak dihiraukan oleh cowok itu.

Dia tetap melangkah tanpa bersuara dan mempedulikan uluran tangan Naisa.

"Hei! Cowok jutek tapi ganteng!"

"Gue belum tau nama lo!" seru Naisa yang masih mengejar langkahnya.

"Hei tunggu!"

"'Gue gak tau jalan!"

Akhirnya Naisa berhasil menjejeri langkahnya disamping cowok itu dengan nafas ngos-ngosan untuk yang ketiga kalinya.

Cowok itu berhenti sejenak.

"Lo pasti tau jalan di daerah sini kan??"

"Tolongin gue dong, anterin gue ke-"

"Nggak!" kata Alva dingin.

la melanjutkan langkah yang masih di ikuti Naisa.

Cowok itu tetap acuh tak acuh.

"Ayo dong...plisss."

"Cuma lo yang bisa bantuin gue." ujar Naisa.

Cowok itu masih tidak mempedulikannya, ia tetap melangkah cepat tanpa menoleh.

Dengan geram Naisa menyambar lengannya dan menariknya hingga cowok itu berhenti dan menghadap ke Naisa. Naisa mendongak.

"Kalau lawan bicara lagi ngomong tuh direspon dong," omel Naisa yang sedikit bersyukur karena hujan sudah agak reda.

Cowok itu diam saja, mulutnya masih tertutup rapat.

"Astagaaa, lo beneran budek ya?"

"Atau emang bisu?" ujar Naisa tak sabaran.

"Masa ganteng-ganteng bisu sih?"

"Berisik!"

Akhirnya suara berat khas perokok miliknya keluar juga dari mulut cowok itu. Da menepis tangan Naisa dengan kasar.

"Wah.. Bahkan suaranya aja berat banget!" pekik Naisa mengaguminya.

Cowok itu gak peduli, lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Naisa.

"Ehh.mau kemana?? Tungguin!" naisa segera mengejar langkah cowok itu dengan semangat.

"Oke fine! Kalo lo gak mau kasih tau nama lo ke gue gapapa,"

"It's Okay. Tapi lo harus tau nama gue,nama gue.."

"Gak penting." potong cowok itu malas mendengarkan ocehan Naisa disampingnya.

Naisa masih belum jera.

"Nama lo siapa sih?? Jutek amat," ujar Naaisa sewot.

"Lo udah nolongin gue kemarin, jadi sekarang lo temen gue."

"Masa gue gak tau nama temen gue sendiri sih?" ujar gadis itu santai.

"Lo bukan teman gue," balas cowok itu tak berperasaan.

"Jutek banget sih?"

"Masih syukur ya gue mau bilang makasih," sindir gadis itu.

"Gue gak butuh!" tukas cowok itu tak peduli, membuat Naisa tersinggung.

"Ihh... Jahat banget sih. Tinggal bilang aja kok, gak susah,"

"Emang nama lo berapa kata sih??"

"Panjang ya?"

"Sepanjang pidato pak RT??"

"Apa sepanjang rel kereta??"

"Bisa diam gak!" bentaknya dengan suara yang lebih seram.

Naisa sampai dibuat merinding, la mengijapkan  mata saat mendengarnya.

"Ayoo dong kasi tau nama lo doangg, gue penasaran nihh."

"Kalo lo gak kasi tau, gue bakal berisik terus," ancam Naisa.

"Emang lo mau denger gu--"

"Alva," potongnya cepat.

Alva merasa terpaksa memberitahu namanya ke Naisa karna dari tadi kepalanya pusing dengar ocehan cewek gak jelas ini.

"Hahh?! Apa Lo bilang? Alva?" Ucap Naisa dengan nada terkejut.

Namun cowok jutek yang bernama Alva itu tidak mempedulikannya.

"Al! Mau kemana?" seru Naisa mengejarnya lagi karna Alva sudah dari tadi pergi.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
Vaness
Baguss ceritanyaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status