Share

32. Sabia

Aku menatap plastik keresek yang tiba-tiba menggantung di depanku. Ada bungkusan makanan dan satu botol air mineral di dalamnya.

Dua pasang sepatu sudah berdiri di depanku. Kalau sepasang nanti dikira orang gila.

“Ambil,” titahnya tanpa basa-basi.

Aku mendongak. Puput.

Muka yang biasa ceria itu terlihat kesal menatapku. Berapa lama kami tak bertemu?

“Nggak mau ambil?” tanyanya dengan muka jutek.

Aku buru-buru mengambil kantong yang disodorkan olehnya. Sejak pagi memang aku tak mengisi perutku dengan makanan apa pun. Bukan karena masih diet, tapi melihat kondisi Papa yang belum juga membuka mata membuat nafsu makanku benar-benar menghilang.

Belum lagi mata yang belum tidur dari semalam. Semalaman Pak Rully menemaniku di rumah sakit. Kami saling diam setelah perkataannya yang mengejutkanku. Otakku masih loading untuk menerima pengakuannya yang aneh itu.

“Jadi karena ini lu pergi dari kita dan nggak kasih kabar sama sekali?” tanya Puput kesal.

Dia sudah duduk di sebelahku dengan muka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status