Wijaya sangat tahu apa yang dikatakan membuat perasaan Mira sakit tapi sekali lagi dirinya tidak terlalu peduli, kejadian semalam karena hasratnya yang ingin segera dilepaskan dan secara tidak sengaja Mira yang ada didalam isi kepalanya. Wijaya sekali lagi mengajak Vita membicarakan tentang fungsi keberadaan Nina yang dirumah dan hanya bisa diam karena tidak tahu harus berbuat apa, sedikit banyak Wijaya curiga jika Vita mengetahui mengenai Via dengan Nina yang telah menceritakan semuanya.
“Aku akan membawa dia ke tempat kerja agar bisa mengawasi anak – anak.”
“Anak – anak itu termasuk Devan bukan hanya Via.”
Vita mengangguk paham karena Wijaya memberikan tatapan tajam “menurut kamu jika pria selingkuh yang salah siapa?.”
Wijaya sedikit terkejut dengan pertanyaan Vita namun mencoba untuk tenang “semua salah” Vita menatap bingung “suami dan istri sama – sama salah begitu juga selingkuha
Sikap Regan pada Wijaya tidak berubah sama sekali, termasuk dengan Yuta dimana seakan tidak terjadi apa pun. Austin sendiri entah berpura – pura atau memang sudah tidak terlalu peduli karena permasalahan tersebut sudah lama, bukankah pernikahan mereka bukan atas dasar cinta jadi untuk apa Wijaya meminta maaf atas perbuatannya dengan Helena. Wijaya memikirkan banyak hal membuatnya hanya bisa menarik dan menghembuskan nafasnya pelan, bayangan – bayangan dimana Vita akan melepaskan Via menjadi ketakuta tersendiri karena tidak ada yang bisa merawat sebaik Vita.“Ada masalah?” Vita berjalan mendekati Wijaya.Wijaya hanya menggelengkan kepala “anak- anak sudah tidur?.”“Kalau aku disini berarti sudah aman, kamu ada masalah?.”“Hanya pekerjaan.”Vita mengangguk pelan “apa kamu tidak merindukan menyentuhku?” Wijaya mengerutkan keningnya “meski kita tidak saling mencintai aku tahu jika lelaki membutuhkan tempat untuk mengeluarkan cairannya dan aku terlalu
Wijaya menatap Nina dengan pandangan terkejut karena bertemu lagi di dapur dan kali ini sedang membuat sesuatu, Nina menatap Wijaya sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan seakan tidak penting. Melihat rekasi Nina membuat Wijaya melangkah ke kursi dapur menatap dari belakang dengan Via berada dalam gendongannya, tepukan ringan yang Wijaya lakukan membuat Via menutup matanya dan tidak lama tertidur nyenyak.“Via letakkan kembali di ranjang karena sudah tidur itu” Wijaya terkejut dan menatap Via yang sudah terlelap “apa tidak bisa tidur?.”“Terbangun karena suara tangis Via, kamu?.”“Menyiapkan kebutuhan Via dan Devan agar tidak ada yang tertinggal.”“Memang akan kemana?.”Nina mengambil Via dari gendongan Wijaya meletakkannya di ranjang ayun yang ada di meja makan, Vita meletakkannya disana mulai dari Devan lahir sampai saat ini. Wijaya memandang apa yang dilakukan Nina dalam diam, memili
Wijaya sedikit terkejut dengan kedatangan Bobby secara tiba – tiba karena biasanya mereka akan membuat janji temu saat akan membicarakan sesuatu, jika sampai salah satu diantara mereka datang tanpa membuat janji pastinya ada sesuatu yang tidak bagus. Austin menatap Wijaya dengan berbagai macam pertanyaan mengenai kehadiran Bobby di kantornya karena dari pandangan Austin permasalahan mereka telah selesai dan tidak ada yang perlu dibicarakan.“Ada masalah apa?” Austin menghentikan langkah Wijaya “tidak ada masalah berarti kan?.”Wijaya menggelengkan kepala “tenang saja semua baik – baik saja karena kalau pun ada masalah kalian adalah orang yang pertama kali tahu.”Austin mengangguk “kalau begitu aku balik kantor, terima kasih mau mendengar keluhanku.”Menatap Austin yang keluar dari ruangannya dan sempat berbicara dengan Bobby sebentar sebelum benar – benar masuk kedalam lift, Wijaya mengajak
Menatap kearah Wijaya saat mengatakan hal tersebut, entah mengapa semuanya terjadi secara tiba – tiba dalam benaknya. Wijaya sendiri belum pernah bertemu dengan Bian lantas bagaimana merencanakan sesuatu, saat semua sedang menatap Wijaya dimana dirinya sendiri sedang memikirkan cara yang tepat.“Aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya mungkin Yuta tahu secara pernah bertemu dengannya.”Austin mengangguk “aku juga sama dimana aku tahu namanya dari Bobby serta Helena.”“Tapi bukankah dia sudah menikah?” Yuta memandang Wijaya dan Austin bergantian “karena dia pernah mengatakan istri.”Wijaya dan Austin hanya bisa diam mendengar perkataan Yuta, pasalnya mereka semua tidak mengetahui banyak hal mengenai Bian. Wijaya menghembuskan nafas pelan pasalnya bukan hanya Bian dalam benaknya yang bisa menghancurkan mereka semua tapi juga Nina, Wijaya harus segera menemukan keberadaan Nina sebelum Bian mendapatkannya
Mengatur dirinya agar tidak masuk kedalam perangkap yang dibuat wanita dihadapannya saat ini, kedatangan Wijaya kerumah Nina tidak lain karena menyelesaikan semuanya mengenai permasalahan dengan Bian. Wijaya sangat tahu bagaimana nekatnya Nina dan semua terbukti saat ini dimana dengan beraninya tanpa busana dihadapannya, duduk tenang dihadapan Wijaya seakan tidak terjadi apa pun membuat Wijaya menahan diri tidak tergoda.“Apa yang ingin kamu bicarakan?” menatap Wijaya sambil meremas bukit kembarnya pelan “apa kamu tidak merindukan masuk didalam sini?” membelai bibir bagian bawahnya.Wijaya tersenyum “kamu sangat murahan sekali sebagai wanita berbeda dengan sahabatmu.”Nina mengangguk pelan “sampai kalian bisa menghasilkan anak, apa aku juga harus melakukan hal itu agar kamu kenang?” Wijaya terdiam mencoba cara agar tidak tergoda “Bian kamu ingin tahu tentang dia bukan?” Wijaya menatap Nina yang tersenyu
Perkataan Vita yang menginginkan Wijaya mengurus semua urusan perusahaan sedikit terbebani karena memang selama ini mereka saling berbagi mengenai permasalahan perusahaan dan sekarang karena Hadinata akhirnya mundur, Vita mengangguk berkali – kali menandakan apa yang dikatakan benar adanya. Wijaya menghembuskan nafas mendengar perkataan Vita dengan sementara menganggap bahwa wanita ini hanya bercanda tidak lebih tapi melihat ekspresi wajah Vita tampak sangat serius.“Aku ingin fokus pada anak – anak begitu juga dengan Mira” Vita menatap Wijaya yang masih terdiam “penilaian kamu dalam bisnis selalu tepat jadi pastinya perusahaan kita semua akan berkembang pesat.”Wijaya menghembuskan nafas pelan “tapi tetap aku membutuhkan kamu dalam menilai sesuatu.”Vita mengangguk pelan “aku akan membantu tapi dari belakang, ingatlah satu hal bahwa aku akan selalu ada untukmu kapan dan dimana pun.”Wijaya hanya
Memandang Wijaya dengan tatapan penuh tanda tanya, sedangkan Wijaya sendiri memikirkan apa yang dilakukannya kali ini nanti benar atau tidak serta bagaimana dampaknya kedepan untuk keluarga kecilnya. Felix mengatakan lebih baik jujur sekarang daripada terlambat dan itu yang dilakukan ayahnya, meski setelah itu tidak bisa bertemu kembali dengan wanita itu serta anaknya bahkan anak itu tidak masuk dalam warisan apa pun yang Felix miliki karena semua jatuh ke Wijaya. Sentuhan lembut di tangan membuat Wijaya menatap Vita yang saat ini masih setia menunggu kata – katanya dan sepertinya sudah waktunya untuk Wijaya terbuka setelah sebelumnya melakukan pada Austin sahabatnya. “Jika aku selingkuh apa yang kamu lakukan?” Vita terkejut dengan pertanyaan tiba – tiba Wijaya “aku ingin tahu kalau kamu tahu aku selingkuh langkah apa yang kamu lakukan?.” Vita tersenyum “jika itu aku, bagaimana dengan kamu?.” Wijaya menatap tajam pada Vita “aku bertanya kenapa malah kamu yang
Terkejut dengan perkataan Vita karena bagaimana bisa mengetahui tentang masalah Helena dan Via padahal dirinya tidak memberitahu langsung atau teman – temannya sudah mengatakan sebenarnya pada Vita yang tidak Wijaya ketahui tapi rasanya tidak mungkin karena mereka bukan type orang yang ikut campur urusan yang bukan urusannya. Vita tersenyum menatap Wijaya sambil membelai wajahnya pelan, membuat Wijaya membeku atas apa yang Vita lakukan karena selama ini mereka tidak pernah melakukan hal seperti ini. “Aku tahu bukan dari teman – teman jadi jangan berpikir kearah mereka” Wijaya terkejut dengan tebakan Vita “aku memang tidak mencintai kamu atau hidup denganmu tidak membuat aku jatuh cinta meski banyak wanita tergila – gila denganmu.” “Lalu bagaimana kamu bisa tahu?.” “Helena adalah buktinya sampai bertahan hingga melahirkan Via” Wijaya membeku menatap Vita “wajah Via memang dominan adalah kamu tapi jika diamati secara dalam akan terlihat seperti Helena meski sek