Menatap tajam pada Nina saat mengatakan hal itu, Wijaya bukan orang yang akan meninggalkan tanggung jawab. Wijaya sangat tahu jika Felix atau Jonathan yang turun tangan pastinya ada hal yang tidak beres, tidak peduli dengan perkataan Nina dimana Wijaya berangkat meninggalkan Nina yang menatapnya bingung.
“Kamu akan tetap berangkat?” kata – kata Nina menghentikan langkah Wijaya “padahal istrimu mengatakan jika rapat diwakilkan oleh ayahmu.”
Wijaya menatap Nina tajam “kamu tidak tahu seperti apa mereka jadi lebih baik diam, apa yang kita lakukan semalam bukan hal yang harus kita lakukan secara terus menerus karena aku memiliki kehidupan pribadi” Wijaya melangkah ke dalam mobil “bersiaplah aku akan memesankan taxi untukmu menemani Vita dirumah orang tuanya.”
Wijaya dapat melihat wajah terkejut Nina tapi tidak dipedulikan sama sekali, menempuh perjalanan dari rumah ke kantor di saat jam yang mendekati masuk membuat Wijaya cemas dan untungnya tidak terlalu terlambat seh
Kesibukan Wijaya membuatnya jarang berada dirumah bahkan kegiatan ranjang lebih banyak terlupakan, proyek sana sini yang diberikan Jonathan membuat Wijaya turun langsung, belum kerjasama yang Wijaya lakukan bersama Regan yang sudah mulai jalan kembali. Wijaya bersyukur memiliki Muklis yang sangat cekatan dengan pekerjaan yang diberikan, Wijaya sendiri sudah menggunakan ponsel yang dibelikan Jonathan. Ponsel besar yang digunakan untuk menghubungi rumah serta kantor, ponsel ini juga memudahkan mereka menghubungi Wijaya jika ada yang ingin dibicarakan.Satu yang Wijaya syukuri adalah Vita tidak membedakan perhatian antara Devan dan Via, perhatian sama rata diberikan Vita pada kedua anaknya. Proses adopsi yang Wijaya lakukan berjalan lancar dimana namanya tertera sebagai ayah tanpa Vita tahu kebenarannya, sedikit bersyukur pekerjaan yang berhubungan dengan Bobby saat Wijaya dalam kondisi sibuk mau membantu sampai hal terkecil.“Kalimantan berjalan lancar.”
Menatap sekitar dengan tubuh tertutupi selimut dimana Wijaya merasakan jika tidak menggunakan apa pun, Wijaya tidak ingat apa yang terjadi semalam tapi melihat penampilannya dimana pastinya Nina memasukkan sesuatu pada makanan atau minuman semalam. Wijaya saat ini berada di kamar Nina yang sempit dengan menatap sekitar dapat terlihat bagaimana panasnya mereka bahkan aroma cairan mereka tercium dan tampak di ranjang serta miliknya dengan cairan yang telah mengering.“Kamu sangat panas semalam” Wijaya menatap Nina yang masuk masih tanpa menggunakan busana “hari ini libur dan istrimu mengatakan masih ditempat Mira karena suaminya keluar kota hari ini.”“Aku ada perlu dengan orang tuaku jadi akan kerumah mereka.”Nina meletakkan nampan dimejanya “apa perlu aku memberi obat kembali agar kamu tidak kesana?” Wijaya menatap tajam pada Nina yang hanya tersenyum simpul “kamu tahu bukan jika aku membutuhkan sentuhan dan kamu mampu melaksanakan itu jadi aku akan melakukan berb
Mira semakin bingung dengan perkataan Wijaya tapi seketika paham apa yang diinginkannya, berjalan mendekati Wijaya membuat sang pemilik menahan nafas menunggu apa yang akan Mira lakukan nanti. Wijaya sendiri tidak menyangka akan mengatakan hal tersebut dan semua karena Nina ditambah cerita dari Felix mengenai masa lalu mereka, Wijaya hanya diam ketika Mira sudah berada dihadapannya memandang penuh selidik.“Kamu sakit?.”“Lebih baik aku masuk kedalam.”Wijaya memilih untuk masuk ke dalam tempat dimana Vita dan anak – anaknya istirahat, saat berada didalam tampak ketiga orang berada di ranjang sudah masuk kedalam alam mimpi. Membersihkan diri terlebih dahulu sebelum bergabung bersama mereka bertiga, hasrat Wijaya tidak bisa ditahan lagi dengan pelan membangunkan Vita agar bisa melayani dirinya. Vita terbangun menatap Wijaya bingung tapi melihat kode yang Wijaya berikan seketika paham, memastikan kedua anak tersebut tidur nyenyak dimana Vita langsung membuka seluruh
Wijaya sangat tahu apa yang dikatakan membuat perasaan Mira sakit tapi sekali lagi dirinya tidak terlalu peduli, kejadian semalam karena hasratnya yang ingin segera dilepaskan dan secara tidak sengaja Mira yang ada didalam isi kepalanya. Wijaya sekali lagi mengajak Vita membicarakan tentang fungsi keberadaan Nina yang dirumah dan hanya bisa diam karena tidak tahu harus berbuat apa, sedikit banyak Wijaya curiga jika Vita mengetahui mengenai Via dengan Nina yang telah menceritakan semuanya.“Aku akan membawa dia ke tempat kerja agar bisa mengawasi anak – anak.”“Anak – anak itu termasuk Devan bukan hanya Via.”Vita mengangguk paham karena Wijaya memberikan tatapan tajam “menurut kamu jika pria selingkuh yang salah siapa?.”Wijaya sedikit terkejut dengan pertanyaan Vita namun mencoba untuk tenang “semua salah” Vita menatap bingung “suami dan istri sama – sama salah begitu juga selingkuha
Sikap Regan pada Wijaya tidak berubah sama sekali, termasuk dengan Yuta dimana seakan tidak terjadi apa pun. Austin sendiri entah berpura – pura atau memang sudah tidak terlalu peduli karena permasalahan tersebut sudah lama, bukankah pernikahan mereka bukan atas dasar cinta jadi untuk apa Wijaya meminta maaf atas perbuatannya dengan Helena. Wijaya memikirkan banyak hal membuatnya hanya bisa menarik dan menghembuskan nafasnya pelan, bayangan – bayangan dimana Vita akan melepaskan Via menjadi ketakuta tersendiri karena tidak ada yang bisa merawat sebaik Vita.“Ada masalah?” Vita berjalan mendekati Wijaya.Wijaya hanya menggelengkan kepala “anak- anak sudah tidur?.”“Kalau aku disini berarti sudah aman, kamu ada masalah?.”“Hanya pekerjaan.”Vita mengangguk pelan “apa kamu tidak merindukan menyentuhku?” Wijaya mengerutkan keningnya “meski kita tidak saling mencintai aku tahu jika lelaki membutuhkan tempat untuk mengeluarkan cairannya dan aku terlalu
Wijaya menatap Nina dengan pandangan terkejut karena bertemu lagi di dapur dan kali ini sedang membuat sesuatu, Nina menatap Wijaya sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan seakan tidak penting. Melihat rekasi Nina membuat Wijaya melangkah ke kursi dapur menatap dari belakang dengan Via berada dalam gendongannya, tepukan ringan yang Wijaya lakukan membuat Via menutup matanya dan tidak lama tertidur nyenyak.“Via letakkan kembali di ranjang karena sudah tidur itu” Wijaya terkejut dan menatap Via yang sudah terlelap “apa tidak bisa tidur?.”“Terbangun karena suara tangis Via, kamu?.”“Menyiapkan kebutuhan Via dan Devan agar tidak ada yang tertinggal.”“Memang akan kemana?.”Nina mengambil Via dari gendongan Wijaya meletakkannya di ranjang ayun yang ada di meja makan, Vita meletakkannya disana mulai dari Devan lahir sampai saat ini. Wijaya memandang apa yang dilakukan Nina dalam diam, memili
Wijaya sedikit terkejut dengan kedatangan Bobby secara tiba – tiba karena biasanya mereka akan membuat janji temu saat akan membicarakan sesuatu, jika sampai salah satu diantara mereka datang tanpa membuat janji pastinya ada sesuatu yang tidak bagus. Austin menatap Wijaya dengan berbagai macam pertanyaan mengenai kehadiran Bobby di kantornya karena dari pandangan Austin permasalahan mereka telah selesai dan tidak ada yang perlu dibicarakan.“Ada masalah apa?” Austin menghentikan langkah Wijaya “tidak ada masalah berarti kan?.”Wijaya menggelengkan kepala “tenang saja semua baik – baik saja karena kalau pun ada masalah kalian adalah orang yang pertama kali tahu.”Austin mengangguk “kalau begitu aku balik kantor, terima kasih mau mendengar keluhanku.”Menatap Austin yang keluar dari ruangannya dan sempat berbicara dengan Bobby sebentar sebelum benar – benar masuk kedalam lift, Wijaya mengajak
Menatap kearah Wijaya saat mengatakan hal tersebut, entah mengapa semuanya terjadi secara tiba – tiba dalam benaknya. Wijaya sendiri belum pernah bertemu dengan Bian lantas bagaimana merencanakan sesuatu, saat semua sedang menatap Wijaya dimana dirinya sendiri sedang memikirkan cara yang tepat.“Aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya mungkin Yuta tahu secara pernah bertemu dengannya.”Austin mengangguk “aku juga sama dimana aku tahu namanya dari Bobby serta Helena.”“Tapi bukankah dia sudah menikah?” Yuta memandang Wijaya dan Austin bergantian “karena dia pernah mengatakan istri.”Wijaya dan Austin hanya bisa diam mendengar perkataan Yuta, pasalnya mereka semua tidak mengetahui banyak hal mengenai Bian. Wijaya menghembuskan nafas pelan pasalnya bukan hanya Bian dalam benaknya yang bisa menghancurkan mereka semua tapi juga Nina, Wijaya harus segera menemukan keberadaan Nina sebelum Bian mendapatkannya