Antara Aku, Suami, dan Maduku – 14“Aku ingin kamu menjawab pertanyaanku dengan jujur … sejak kapan kamu tahu dengan masalah kesehatan reproduksiku?” tanya Bram setengah berbisik pada Esha.Raline hanya menghembuskan napasnya ringan, memberi jeda untuk otaknya berpikir setelah Bram menyelesaikan pertanyaannya.Menimang – nimang dan mempertimbangkan … akankah Esha mengatakan dengan jujur bahwa ia memang sudah lama mengetahuinya dari Alysa, dan meminta Bram untuk berterus teraang saat ini juga?Sampai detik – detik berlalu, Esha masih diam. Hal ini membuat Bram semakin penasaran dan tak sabar menantikan jawaban dari istrinya.“Jawab aku dengan jujur, Esha?!” pekik Bram masih dengan nada bicara yang rendah namun tetap pada intonasi yang cukup memaksa.“Sudah lama, Mas. Maaf karena aku seolah – olah bersikap tak tahu. Aku punya alasan untuk itu. Kalau kau ingin tahu alasanku tetap diam selama ini, selesaikan urusan ini nanti malam bersama Alysa. Jangan sampai besok kita di sidang dengan p
Antara aku, suami dan maduku – 15“Memang kenapa jika aku tahu, Mas? kamu sungguh mengecewakan aku. Dengan begitu, itu sudah menjelaskan bahwa selama ini kamu memang tidak pernah mempercayai aku dan menganggap aku sebagai istrimu, Mas. iya, kan?” Suara Esha memang lembut, dan ia sengaja tidak ingin marah – marah. Namun tetap saja, intonasi dan bagaimana caranya berbicara sudah cukup membuat Bram merasa tersudutkan. Esha benar – benar perempuan cerdas dengan segala tingkah laku, sikap, gaya bicara, dan juga keanggunannya.“Esha …. Sungguh, bukan seperti itu … tolong maafkan aku …. Aku tahu kalau aku salah, aku tahu bahwa aku kasar selama ini terhadapmu, aku tahu bahwa aku masih banyak kekurangan sebagai suamimu. Jadi tolong … maafkan aku dan berikan aku kesempatan untuk berubah, ya?” ujar Bram lirih. Bola matanya menunjukkan seakan ia memang memintanya dengan sangat tulus.Esha menghembuskan napasnya dengan ringan, namun terdengar begitu berat di telinga. Seperti … Esha berusaha untuk
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 16“Aku … sungguh sulit untuk memulainya, Esha.” Bram mengalihkan pandangannya. Ia berusaha untuk menghentikan permintaan Esha.“Ya sudah. Tak usah di ceritakan kalau kau tak mau.”Esha menjawab dengan sangat ketus. Ia kesal, sangat kesal. Bagaimana mungkin selama ini ia bisa tahan hidup bertahun – tahun bersama dengan laki – laki yang tidak tegas seperti ini? yang bahkan tidak bisa memberinya keputusan dengan segera, pikir Esha.Esha sendiri sampai bingung, apa dan kenapa yang sebenarnya terjadi pada Bram. Sejak pertama kali mereka berdua menjalin hubungan asmara, Bram bukan tipikal pria cengeng apalagi tidak tegas seperti itu. Tidak sama sekali.Bram amat sangat tegas. Dia bisa membuat keputusan paling tepat meskipun dalam keadaan yang singkat sekalipun. Bahkan, sudah bukan hal yang aneh jika Bram pada kenyataannya mampu dan untuk mengelola perusahaan Prawiryo sampai sebesar itu, dan mengharumkan namanya.Sampai saat menikah pun tidak ada yang berubah
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 16“Aku …. Aku tidak tahu harus berbuat apa, Mas … Apa yang pernah kamu alami, tentu bukan hal yang mudah untuk kemudian di jalani. Begitu pun bagi aku, ini juga bukan sesuatu yang mudah untuk di mengerti. Aku … aku benar – benar minta maaf soal itu, Mas. aku …”Suara Esha terdengar sangat lirih dan terbata – bata. Jelas sekali menunjukkan adanya keraguan dalam kata – kata yang ia ucapkan. Bahkan, Esha sendiri pun tidak bisa mengendalikan perasaannya. antara ingin marah, kesal, kecewa, sedih, Esha tak tahu harus bagaimana. Tangannya sempat gemetar, Esha tidak bisa membayangkan dengan apa yang pernah di lalui oleh suaminya itu.Bram yang mendengar ucapan Esha, lantas tersenyum getir dalam beberapa saat. Dan tak lama kemudian, ekspresinya kemudian kembali berubah. Baik Bram dan Esha, sama – sama mengalihkan pandangan mereka ke bawah. Mereka sama – sama membutuhkan waktu untuk bisa mencerna keadaan saat ini.“Hhft, aku tahu Esha. Aku tahu bahwa kamu juga m
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 18“Mas …” Esha mulai melingkarkan lengannya pada bahu Bram. Setelahnya, Esha coba untuk mendekatkan wajahnya pada Bram.Buru – buru, Bram menyembunyikan wajah dan ekspresinya saat itu. Ia memalingkan wajah dari Esha, dan mengusapnya dengan begitu keras dan kasar, guna menghilangkan bekas – bekas air mata yang sebelumnya telah menetes di kedua pipinya itu.'Mungkin aku harus meredakan egoku kali ini. aku ingin sekali marah .. tapi entah mengapa kemarahanku seolah sirna kala melihatnya seperti menderita dengan keadaan dan masa lalunya itu. Arghh, aku benci situasi ini!!' tukas Esha di dalam hatinya.“Nggak papa, Mas. Aku ini istrimu, bukan orang lain. Tertawa dan menangislah bersama denganku. Hanya denganku …” imbuh Esha kembali untuk menarik Bram agar tidak lagi berpaling dari jarak pandangnya.Butuh setidaknya tiga menit sampai kemudian Bram mau kembali menoleh. Perlahan demi perlahan, Bram mulai menghadap ke arah Esha dengan ragu. Persis seperti seoran
Antara Aku, Suami, dan Maduku – 19“Maksutku begini, Mas. aku rasa ada kesalahpahaman antara kamu dan kedua orang tuamu. Aku rasa bukan mereka tidak percaya, hanya saja mereka seolah menolak kenyataan yang ada.” Esha meletakkan tangannya pada kedua pipi Bram, dan meminta pria itu untuk menatap matanya dengan sangat lembut. Esha ingin, Bram bisa fokus pada konteks pembicaraan mereka yang terbilang sangat pelik ini.Bram kemudian mengikuti sentuhan tangan Esha tanpa adanya penolakan sama sekali. Wajah mereka bertemu, kedua bola mata mereka pun saling pandang satu sama lain. Ada perasaan yang kemudian tersampaikan dari keduanya pada saat itu juga.Wajah Bram nampak sedikit masam, “Maksut kamu bagaimana, Esha?” tanya nya dengan lembut.“Begini, Mas. semua orang itu tahu siapa ayahmu. Siapa keluarga Prawiryo, benar bukan? Dan apa yang kamu alami ini bukan sesuatu hal yang sepele atau masalah yang biasa. Ini lebih dari itu. Mereka seolah tidak percaya karena memang mereka tidak bisa meneri
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 20Setibanya mereka di rumah, sampai kemudian Esha melakukan aktivitas – aktivitas kesehariannya, Esha sama sekali tidak tahu harus melakukan apa lagi terhadap suaminya.Ia sudah coba katakan dengan baik – baik solusi yang bisa ia tawarkan. Bagi Esha, menjadi sepasang suami dan istri memang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka saja, tapi lebih dari itu.Esha sudah berusaha untuk bisa menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri, yang mana ia mampu untuk memberikan perhatiannya dan kedewasaan juga solusi terbaik yang ia punya untuk keluarga ini.Namun sayangnya, kesabaran Esha sepertinya masih akan terus di uji oleh sifat Bram yang seperti itu. Entah sampai kapan, Esha belum bisa memutuskan kapan tepatnya ia akan menyudahi segala keterpurukan ini.Saat ini yang ingin Esha lakukan hanyalah diam. Dia tak ingin bicara lebih banyak Bram. Tubuh dan otak Esha juga lelah rasanya. Ia tak ingin terus – menerus membuat kepalanya sakit dan kondisi k
ANTARA AKU, SUAMI DAN MADUKU – 21“Memangnya hanya kamu yang bisa kesal, Mas? kamu benar – benar tidak bisa berlaku adil, dan kamu pun sama sekali tidak bisa bertindak tegas sebagai seorang suami. Kau pikir aku akan diam saja? aku sudah cukup mengalah selama ini …” ujar Esha dengan lantang. Sayangnya, ia tidak mengucapkannya secara langsung melalui lisannya, melainkan Esha mengatakannya di dalam hatinya sendiri. Ia tengah berdamai dengan keadaan yang sebenarnya memaksanya untuk bersikap berani mengatakan itu kepada Bram.Namun sayangnya Esha sudah memilih untuk diam. Ia pernah berjanji pada dirinya sendiri, tepatnya ketika ia tahu bagaimana posisi dan keadaan suaminya saat ini … Esha akan memilih untuk tetap berada di sisinya dan berusaha menemani Bram melewati masa- masa sulitnya melawan rasa trauma itu.Mungkin … sangat tidak layak jika itu hanya diartikan sebagai rasa simpati dan sejenisnya. Segala apa yang Esha berikan pada Bram, termasuk apa yang ia usahakan untuk suaminya sampai