Share

Bab 74 - Restu Ayah

“Ian,” katanya sambil memegang tanganku dan menciumnya. Aku menatapnya tidak percaya.

“Ini bukan saatnya untuk bercanda,” protesku.

“Aku tidak sedang bercanda. Jangan panggil aku Damian.” Dia mencoba untuk berdiri, aku menahan tubuhnya dengan memegang kedua pundaknya.

“Siapa yang sudah melakukan ini kepadamu?” tanyaku sedikit memaksa. Dia hanya diam. “Ayo, kita ke dokter. Lebam ini perlu diperiksa.”

“Dokter sudah memeriksanya.”

“Lalu mengapa kamu malah memakai riasan dan bukan obat dari dokter?” protesku lagi.

“Apa kamu akan marah-marah begini saat aku sedang sakit?” tanyanya yang memasang wajah sedih. Aku kembali hanya menatapnya. “Aku tidak mau kamu sampai melihat ini, maka aku menutupinya. Dan siapa yang melakukan ini bukan masalah. Bekasnya akan segera hilang.”

Tidak mau berdebat dengannya lagi, aku pun berhenti mendesaknya memberitahu aku siapa yang telah memukulnya. Aku meminta obat yang sudah diresepkan dokter dan dia me

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status