Share

7. Insiden

Tangan kiri Justin yang terluka juga membuatnya sedikit kesulitan untuk mandi atau pun mengganti pakaian.

Bagaimana dia bisa mengancing bajunya dengan satu tangan? Lalu dasi? Kemudian celananya? Lalu ikat pinggang?

Karena itu Karamel pun menawarkan diri membantunya. Setiap pagi sopir akan menjemput Karamel bukan ke kantor langsung tapi ke apartemen Justin.

Dengan setengah telanjang hanya memakai handuk setelah mandi pagi, Justin membuka pintunya dan menyuruh Karamel masuk.

Karamel jadi sedikit malu dan salah tingkah. Berada di rumah sang Alpha itu berbeda, baunya sangat berbeda.

"Apa Anda sudah sarapan?" tanya Karamel langsung.

"Kau bisa membuat makanan yang mudah," ujar Justin sebagai balasan. Dalam artian ia belum sarapan sama sekali. Untung saja Karamel itu cerdas jadi wanita itu sudah tahu maksud dari ucapan presidennya itu.

"Baik." Karamel kini membuat makanan terlebih dahulu, sementara Justin mencari baju yang akan dia pakai dan meletakkannya di atas tempat tidur tanda itu adalah pakaian pilihannya.

Setelah selesai membuat sarapan, kini Karamel kembali ke kamar Justin sembari membawa nampan berisi sarapan dan air untuk Justin. Meletakkannya di tempat tidur, lalu membantu Justin memakai pakaian yang ada di sana.

Saat Karamel sibuk dengan kancing untuk ia tautkan. Pria di hadapannya malah mengendus bau sesuatu.

"Apa kau sudah waktunya?" tanyanya langsung pada Karamel yang mulai mengendusi dirinya sendiri.

Sial.

Karena sibuk ... Karamel sampai lupa bulanannya sudah sampai lagi.

"Tidak mungkin sekarang," gumamnya segera mencari injeksi dalam tasnya.

Setelah didapat langsung dia injeksikan ke tubuhnya. Saat Karamel sadari, Justin sudah di belakangnya.

"Pre-presiden?" panggil Karamel dengan napas menderu, Justin juga sudah terpengaruh dengan feromon Karamel yang begitu dekat dengannya. Apalagi dominan seperti Justin, sangat mudah terpengaruh, apalagi sekarang sudah berada di tempat yang sangat memumpuni untuk berbuat sesuatu.

Justin langaung menyerang Karamel dan menimpanya. Keduanya sudah menegang dan miliki bawah Karamel pun juga sudah basah. Feromon Karamel memancing feromon Alpha Justin dan membuatnya bernafsu.

Dia melepas celana Karamel dan dirinya sendiri yang hanya dikeluarkan setelah resleting dibuka, lalu CD-nya sedikit ditarik ke bawah mempermudah alat dibalik itu bisa keluar, begitu simpel dan mudah jadi pria! Sedangkan wanita harus menyuguhkan bokong indah untuk dinikmati!

Alat kepemilikan Justin besar dan tegang itu pun langsung mencari ruang masuk tubuh Karamel dengan sendirinya,

"Ahhh!" jerit Karamel akhirnya dimasuki Justin. Tubuh Karamel langsung bisa menerima kepemilikan besar Justin dan membuatnya kehilangan kontrol diri. Seorang Omega memang butuh Alpha untuk membuat feromonnya tenang, caranya tentu saja bersetubuhan alias SEX.

"Ahh ...! lebih dalam! Ahh!" desah Karamel yang juga ikut nafsu. Justin terus menggerakkan bokongnya dan menusuk ke dalam tubuh Karamel yang berada di bawahnya. Beberapa dentuman ke rahimnya membuat Karamel menjerit semakin nikmat.

"Ah ... sperma ... Aku mau! Keluarkan di dalam! Presiden! Hamili aku!" jeritnya membuat Justin benar-benar mengeluarkan spermanya ke dalam.

Apalagi dalam fase In heat, spermanya akan semakin banyak keluar dan tidak berhenti.

Karamel memeluk bantal sofa di mana mereka melakukan sex dan meremasnya dengan erat saat sperma Justin dia rasakan.

"Nng!" desahnya. "Aku mau lagi! Presiden! Berikan lagi!" Nafsu Karamel masih merasa kurang ... ia ingin lebih.

"Kau jangan membuatku hilang kendali lebih dari ini!" ucap Justin akhirnya dengan suara berat masih bernafsu walau ia baru saja klimaks. Dia melihat leher Karamel dan akan menggigitnya tapi berhasil dia tahan dan justru menggigit tangannya. "Jangan terus keluarkan feromonmu! Kau membuatku hilang kontrol!" Justin kembali berucap masih menahan diri. Walau sebenarnya ia juga ingin.

"Ahh Presiden! Terus! Jangan berhenti!" pekik Karamel benar-benar sudah hilang akal.

Justin mengeluarkan kepemilikannya dan membuat lubang besar di kepemilikan Karamel yang fleksibel. Darah bercampur sperma pun mengalir turun.

"Jangan berhenti! Aku mau lagi ...," ucap Karamel meminta Justin tidak berhenti. Bahkan kaki Karamel meraih pinggang Justin agar kepemilikannya itu kembali memasuki Karamel.

"Ahh! Besar sekali!" jerit Karamel, membuat Justin tidak mau tahu lagi, dia sudah membuang akal sehatnya digantikan dengan nafsu melakukan sex bersama Karamel setengah hari itu. Sekitarnya pun berantakan dibercaki sperma dan darah.

Akhirnya Karamel kehilangan kesadarannya setelah entah berapa kali mendapat semprotan sperma Justin.

Justin sendiri sudah mulai tenang karena feromon Karamel sudah tenang.

Dia duduk di lantai dan memegang kening melihat sekitarnya dan terhenti pada sesosok perempuan yang tidak sadar.

"Apa yang sudah kulakukan!" jerit Justin tidak tahu pasti lagi. Yang pasti dia sudah menyerang Omega yang IN Heat.

***

Karamel terbangun saat sorenya. Tubuhnya sudah bersih dan tidak ada cairan apapun, bahkan pakaiannya sudah sangat rapi dan bersih. Tapi tubuhnya sakit sekali,

"Ahh!" pekiknua sembari memegang punggungnya yang sakit.

"Apa yang terjadi?" gumamnya mulai berpikir kembali cerita sebelumnya. Dari dia mulai in heat dan kemudian berlanjut di sex dan lagi dia menikmati serta meminta presidennya untuk menghamilinya.

"Ahhh! Tidak!!!" Karamel menjerit tidak percaya apa yang sudah terjadi. Dia pun memeriksa lehernya dan masih aman, belum ada tanda gigitan.

"Aku melakukan pertama kali dengan presiden, apa yang harus kulakukan sekarang? Apa dia akan memecatku lagi?" gumamnya frustasi. "Aku harus bagaimana? Harus bagaimana?!"

Ini semua salahnya sendiri yang datang ke rumah Alpha saat in heat, dia tidak bisa menyalahkan Justin sepenuhnya karena dia dipengaruhi feromon yang kuat, bahkan Justin juga bisa menahan diri.

Karamel pun berjalan turun dari kasur tapi karena kakinya tidak kuat, membuat perempuan itu tersungkur.

"Ahh!"Karamel semakin sakit bokongnya. Perlahan dia bangun dan berjalan keluar dan melihat tempatnya begitu sepi.

"Di mana presiden? Apa sudah ke kantor?" gumamnya pada diri sendiri sebab tidak ada orang di dalam ruangan ini, sembari mencari air untuk diminum.

Dia pun duduk lesu di kursi. "Apa yang harus kulakukan?" Karamel sangat bingung.

Terdengar suara pintu terbuka, Justin pun masuk ke dalam apartemennya. Karamel pergi menyambutnya, saat melihat Justin wajahnya langsung merona mengingat hal yang terjadi sebelumnya.

Dia memukul kepalanya sendiri yang berpikir seenaknya.

"Pre-presiden Anda sudah kembali? Anda darimana?"

"Aku ke kantor sebentar," jawab Justin seperti biasa saja. "Apa kau baru bangun? Lapar?" tanyanya pada Karamel dan Karamel mengangguk mantap, dia tidak makan siang juga jadi lapar.

Justin melakukan satu panggilan saja dan tidak lama makanan sudah tiba.

Apartemen mewah ini sudah lengkap dengan restauran samping kanan kirinya, jadi tidak heran dia punya koneksi ke sana dan meminta diantar langsung dengan diantar security tentunya.

Karamel hanya duduk diam dihadapnkan makanan di depan mata.

"Makanlah," pesan Justin yang hanya minum.

"Pre-presiden tidak makan?"

"Aku sudah makan tadi, jangan dipikirkan," balasnya mengeluarkan berkas yang baru saja dia terima dari kantor. Dia tidak mengeceknya di kantor dan membawanya pulang karena khawatir pada Karamel.

Karamel kini makan dengan lahap, Justin sesekali menatapnya.

"Apa tubuhmu baik-baik saja?" tanya Justin membuat perempuan itu tersedak, segera mengambil air dan meminumnya.

"A-aku ... Pre-presiden, maafkan aku!" ucap Karamel akhirnya.

"Aku yang seharusnya meminta maaf yang sudah menyerangmu. Aku tidak bisa kontrol diri," jawabnya langsung.

"A-aku harus bagaimana? Bagaimana kalau aku hamil?" tanya Karamel yang polos dan menangis.

"Aku akan bertanggung jawab," jawab Justin langsung, membuat Karamel yang menutup mukanya dengan telapak tangan, kini diberi celah untuk melihat Justin saat menyuarakan itu.

"Presiden akan apa?"

"Aku akan bertanggung jawab, aku sudah melakukan sex saat kau tidak sadar. Aku seperti seorang pemerkosa. Aku akan bertanggung jawab," ucapnya lagi serius, namun Karamel justru menangis.

"Jadi kau mau jadi pasanganku?" tanya Justin lagi, walau Karamel masihlah terisak, ia hanya mengangguk.

Justin tersenyum, Karamel pun berhenti menangis. Dia tidak perlu bingung lagi kalau dia benar-benar hamil maka Justin akan bertanggung jawab.

Tapi apakah benar begitu? Apa mereka akan menjadi pasangan tanpa dasar cinta karena insiden pemerkosaan ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status