PoV. Author
Azka mengikuti rapat dengan tatapan tajam kearah Rama yang berada di sebelah Ayahnya. Azka masih kesal dengan ulah Rama yang mendekati istrinya. Tadi saat Putri memberikan dokumennya pada Azka ia sempat bertanya atas keberhasilan Rama yang mau mengantar anak nakal itu.
Dan sialnya berhasil.
"Bagaimana Pak Azka? Apa ada yang perlu di perbaiki" tanya salah seorang manajer.
Azka terlihat linglung dan bingung, ia menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Sang Ayah menatap putranya itu penasaran, apa yang membuat anak nya yang gila kerja itu bisa tidak fokus dalam pekerjaan nya.
"Saya ikut Ayah saya dan Rama saja," jawab Azka yang membuat semua orang menatapnya bingung.
Ayahnya dan Rama hanya mengangguk dengan senyum tipis yang dipaksakan. Rapat ditutup setelahnya, Azka berdiri bersiap berlalu namun Ayahnya menahan
PoV. Author"Ayah, Ibu? Ada apa datang kesini? Kenapa gak bilang Azka saja biar Azka sama Putri yang kesana" ujar Azka sambil melangkah mendekat.Bug!Satu pukulan sang Ayah mendarat mulus di pipi kirinya. Membuat Putri dan Ibunya memekik takut.////"Ayah! Udah Yah. Kasian Azka." Seru Ibu Azka sambil memeluk Putri yang terisak di dekapannya.Azka memegangi pipinya yang terasa kebas karena pukulan sang Ayah. Ia menatap bingung Ayahnya."Sebenarnya ada apa, kenapa Ayah begini?" Tanya Azka.Ayahnya mengambil sebuah map cokelat yang ada di atas meja lalu melemparnya ke Azka dengan kasar. Azka mengambil dan membukanya dengan cepat.Matanya membola melihat isi dari amplop ditangannya."Kamu nggak usah ngomo
PoV. AuthorPutri bekerja seperti orang kesetanan, tidak seperti biasanya dia lebih banyak diam dan terlalu memforsir dirinya. Mitha yang melihat itu merasa takut, takut jika Putri pingsan. Mereka harus turun di lapangan untuk memasarkan produk baru mereka.Dibawah sinar matahari Putri masih menyebarkan brosur bersama beberapa sales."Put, Makan siang dulu yuk." Ajak Mitha yang sudah merasa lapar."Kamu duluan saja aku belum laper." Ujarnya sambil mengusap peluh di dahinya."Ih jangan gitu dong, sekalian sama aku juga nggak ada teman makan," Mitha merengek agar Putri mau makan bersamanya, setidak nya mengistirahatkan diri.Akhirnya Putri mengiyakan ajakan itu, walaupun ia hanya memesan es krim. "Kamu lagi ada masalah ya, Put? Cerita saja aku nggak comel kok." Ujar Mitha.
PoV. Author"Ayah akan bantu kamu, besok Ayah dan Ibu akan ke sana untuk menanyakan langsung pada Rubbi." Azka menatap Ayahnya. Dia mengangguk yakin, setidaknya masih ada yang membelanya.Di apartemen Azka, Putri tidak jauh berbeda dari Azka. Dia memilih tetap tidur di sofa, otak nya selalu memikirkan bagai mana jika ia harus benar-benar bercerai dengan Azka? jika baru malam ini saja Azka tidak pulang ia sudah mersa hidupnya bagai di dalm sumur yang letaknya di tengah hutan.Lamunan nya buyar saat mendengar getaran dari ponsel yang ia letakan di meja di sebelahnya. Ia menatap layarnya dengan sedikit rasa seneng menggelitik hatinya."Halo,"
PoV. AuthorIbu Azka yang mendengar Rubbi terus berbicara di belakang mereka menarik lengan suminya untuk berhenti, ia berbalik menatap Rubbi.“kalau kamu memang keberatan, gugurkan saja anak itu dan tinggalkan Azka. saya semakin yakin jika anak itu bukan anak Azka.” Ucap Ibu Azka dengan tegas dan berani.Rubbi terdiam seperti di siram es, ia baru sadar akan tindakannya yang membuat semuaorang mentapanya anek termaksud sang Ayah. Salman menarik Rubbi mendekat padanya.“baik sampai anak ini lahir. Sementara ini aku akan membawa Rubbi ke tempat lain.” Ujar nya yang membuat Rubbi terkeju bukan main , semua rencana yang sudah dia susun anak berantakan jika ti
PoV. AuthorRama kembali setelah menerima panggilan di ponselnya, ia melihat Putri yang sedang melihat pemandangan diluar jendela. Harusnya melihat keadaan ini dialah yang sangat diuntungkan, melihat dia akan lebih sering bersama dengan Putri dan Putri mungkin akan berpisah dengan Azka. Tapi yang Rama rasakan justru sebaliknya, ia seperti ikut merasakan pahitnya kehidupan gadis yang ia cintai itu.Rama berjalan mendekat kearah Putri membuat gadis itu menoleh padanya."Sudah selesai? Karena aku ingin menegosiasi harga sewa rumah ini," ucap Putri."Oke, silahkan duduk dan nikmati pemandangannya aku akan buatkan teh terlebih dulu." Ucap Rama sambil mengangguk puas.Putri menunggu sambil memperhatikan Rama meracik teh dengan peralatan membuat teh yang terlihat sangat asing baginya. Saat sudah selesai Rama
PoV. AuthorDua pria memancing keributan di pintu kedatangan Los Angeles International Airport. Bukan karena pertengkaran atau baku hantam antar pria, melainkan karena grombolan wanita membicarakan mereka yang terlihat sangat memukau dengan stelan jas yang membalut tubuh tinggi tegap mereka dan wajah campuran Asia dan timur tengah yang kentara. Bahkan ada beberapa juga mengambil gambar mereka yang menyaingi ketampanan pilot-pilot muda di sana yang terkenal keren."Aku malas berjalan bersamamu." Ujar Azka kesal.Bagai mana tidak penampilan nya saja sudah sukses membuat gempar setiap berpergian apa lagi ini, saat dia berjalan bersama sumber kebisingan wanita di muka bumi ini. Ya siapa lagi kalau bukan Rama."Pagi tadi ada yang meminta ku ikut," balas Rama yang masih santai melihat ke sekelilingnya.Azka memutar bola matanya malas, dia memilih sibuk dengan ponselnya meng
PoV. AuthorAzka yang baru berniat keluar dari lift terkejut dengan rama yang berlari masuk kedalam lift dengan terburu-buru."Kenapa Ram?, lari-lari begitu." Tanya Rama yang melihat raut wajah temannya yang sangat kalut."Aku harus kembali ke indonesia sekarang, Ka.""Jangan ngaco, kita baru mendarat beberapa jam lalu, Ram." Seru Azka yang tidak jadi keluar dari lift dan malah ikut turun bersama Rama."Nggak bisa, aku harus pulang." Ujarnya saat pintu lift terbuka Rama langsung berlari meninggalkan Azka yang ikut berlari di belakangnya.Dering ponsel Azka terdengar membuat langkahnya mengikuti Rama terhenti. Azka melihat layar ponselnya dengan kesal."Brandon?" Gumamnya sebelum menerima panggilan itu. "Hallo?""Aku akan memberi berita
PoV. AuthorAzka didepan sebuah gedung besar Regan Group, siang ini Azka berniat menemui Max untuk meminta penjelasannya. Tapi kini dia tahu apa yang di maksud Brandon dengan sulit, melihat gedung besar ini.Azka berjalan memasuki lobi namun langkahnya terhenti saat salah seorang penjaga menghadangnya."ID anda," ujar pria prontos bertubuh besar itu.Azka memutar kedua bola matanya, dia merasa seperti ada di diskotik saja penjaganya berbadan besar."Saya harus bertemu tuan Max sekarang.""Tidak ada ID anda tidak bisa masuk.""Kalau begitu hubungi dia dan bilang aku ingin membicarakan masalah rekaman pemerkosaan yang dia lakukan," mendengar itu keduanya menatap Azka tajam."Kalian tidak percaya? Saya akan putar rekaman nya di sana, jika saya tidak boleh masuk." Tunjuk Azka pada Billboard besar di sebuah gedung. Sudah dipastikan semua pejalan k