PoV. Author
Ibu Azka yang mendengar Rubbi terus berbicara di belakang mereka menarik lengan suminya untuk berhenti, ia berbalik menatap Rubbi.
“kalau kamu memang keberatan, gugurkan saja anak itu dan tinggalkan Azka. saya semakin yakin jika anak itu bukan anak Azka.” Ucap Ibu Azka dengan tegas dan berani.
Rubbi terdiam seperti di siram es, ia baru sadar akan tindakannya yang membuat semuaorang mentapanya anek termaksud sang Ayah. Salman menarik Rubbi mendekat padanya.
“baik sampai anak ini lahir. Sementara ini aku akan membawa Rubbi ke tempat lain.” Ujar nya yang membuat Rubbi terkeju bukan main , semua rencana yang sudah dia susun anak berantakan jika ti
PoV. AuthorRama kembali setelah menerima panggilan di ponselnya, ia melihat Putri yang sedang melihat pemandangan diluar jendela. Harusnya melihat keadaan ini dialah yang sangat diuntungkan, melihat dia akan lebih sering bersama dengan Putri dan Putri mungkin akan berpisah dengan Azka. Tapi yang Rama rasakan justru sebaliknya, ia seperti ikut merasakan pahitnya kehidupan gadis yang ia cintai itu.Rama berjalan mendekat kearah Putri membuat gadis itu menoleh padanya."Sudah selesai? Karena aku ingin menegosiasi harga sewa rumah ini," ucap Putri."Oke, silahkan duduk dan nikmati pemandangannya aku akan buatkan teh terlebih dulu." Ucap Rama sambil mengangguk puas.Putri menunggu sambil memperhatikan Rama meracik teh dengan peralatan membuat teh yang terlihat sangat asing baginya. Saat sudah selesai Rama
PoV. AuthorDua pria memancing keributan di pintu kedatangan Los Angeles International Airport. Bukan karena pertengkaran atau baku hantam antar pria, melainkan karena grombolan wanita membicarakan mereka yang terlihat sangat memukau dengan stelan jas yang membalut tubuh tinggi tegap mereka dan wajah campuran Asia dan timur tengah yang kentara. Bahkan ada beberapa juga mengambil gambar mereka yang menyaingi ketampanan pilot-pilot muda di sana yang terkenal keren."Aku malas berjalan bersamamu." Ujar Azka kesal.Bagai mana tidak penampilan nya saja sudah sukses membuat gempar setiap berpergian apa lagi ini, saat dia berjalan bersama sumber kebisingan wanita di muka bumi ini. Ya siapa lagi kalau bukan Rama."Pagi tadi ada yang meminta ku ikut," balas Rama yang masih santai melihat ke sekelilingnya.Azka memutar bola matanya malas, dia memilih sibuk dengan ponselnya meng
PoV. AuthorAzka yang baru berniat keluar dari lift terkejut dengan rama yang berlari masuk kedalam lift dengan terburu-buru."Kenapa Ram?, lari-lari begitu." Tanya Rama yang melihat raut wajah temannya yang sangat kalut."Aku harus kembali ke indonesia sekarang, Ka.""Jangan ngaco, kita baru mendarat beberapa jam lalu, Ram." Seru Azka yang tidak jadi keluar dari lift dan malah ikut turun bersama Rama."Nggak bisa, aku harus pulang." Ujarnya saat pintu lift terbuka Rama langsung berlari meninggalkan Azka yang ikut berlari di belakangnya.Dering ponsel Azka terdengar membuat langkahnya mengikuti Rama terhenti. Azka melihat layar ponselnya dengan kesal."Brandon?" Gumamnya sebelum menerima panggilan itu. "Hallo?""Aku akan memberi berita
PoV. AuthorAzka didepan sebuah gedung besar Regan Group, siang ini Azka berniat menemui Max untuk meminta penjelasannya. Tapi kini dia tahu apa yang di maksud Brandon dengan sulit, melihat gedung besar ini.Azka berjalan memasuki lobi namun langkahnya terhenti saat salah seorang penjaga menghadangnya."ID anda," ujar pria prontos bertubuh besar itu.Azka memutar kedua bola matanya, dia merasa seperti ada di diskotik saja penjaganya berbadan besar."Saya harus bertemu tuan Max sekarang.""Tidak ada ID anda tidak bisa masuk.""Kalau begitu hubungi dia dan bilang aku ingin membicarakan masalah rekaman pemerkosaan yang dia lakukan," mendengar itu keduanya menatap Azka tajam."Kalian tidak percaya? Saya akan putar rekaman nya di sana, jika saya tidak boleh masuk." Tunjuk Azka pada Billboard besar di sebuah gedung. Sudah dipastikan semua pejalan k
PoV. AuthorSudah lima hari Azka di LA, hari ini dia sudah mendarat di indonesia. Dengan senyum yang penuh kemenangan Azka berjalan keluar dari bandara sambil diiringi bisik-bisik penumpang di sana, bahkan saat di dalam pesawat pun masih ada yang sempat mengajak nya berkenalan, namun dengan cepat dia menunjukan cincin pernikahannya dengan Putri yang membuat wanita itu terlihat malu."Selamat datang, Pak Azka." Ujar pak Yatno supir kantor Azka."Terimakasih, Pak saya mau langsung ke kantor ya." Ucap Azka membalas sapaan dari Pak Yatno."Baik pak, siap!" Seru supir itu dengan semangat.Dengan sigap pak Yanto membukakan pintu mobil untuk Azka. Lalu mulai melajukan mobil menuju kantor nya. Sesekali dia me
PoV. AuthorPutri berbalik menatap seseorang yang memeluknya, namun langsung menjauh saat Putri berbalik. Napas Putri tercekat menatap wajah Azka yang tak kurang dari satu meter dari diri nya, ingin sekali Putri memeluk Azka tapi dia tahu Azka pasti akan marah."Kamu?" Ucap Putri pelan."Kenapa kamu berhenti kerja?" Tanya Azka."Itu_aku mau pindah kesini, jadi aku putuskan berhenti kerja di kantor kamu." Jawab Putri tergagap."Kalau begitu kamu harus bayar denda satu milyar karena sudah berhenti di tengah kontrak." Ujar Azka yang membuat Putri membulatkan matanya."Apa? Aku nggak baca peraturan itu di lembar kontrak!" Seru Putri tidak terima."Ada. Itu peraturan baru, dan kamu wajib patuhi." Mulut Putri membentuk huruf O tanpa mengeluarkan suara."Mana bisa begit
PoV. AuthorRubbi terbangun dari tidurnya, dia merasakan pusing yang sangat terasa di kepalanya, "ahhh pusing sekali!" Serunya sambil memegangi kepalanya.Dengan kesusahan Rubbi menyandarkan punggungnya ke sandaran tepat tidur. Matanya sukses membola saat dia sadar dirinya tidak tidur di kamarnya, melainkan di sebuah kamar bernuansa abu-abu dengan selimut tebal menutupi tubuh polosnya."Kamu sedang apa, Baby?" Suara serak itu mengejutkan Rubbi sampai ke saraf otaknya."Max?!" Pria itu tersenyum miring menatapnya lalu berjalan kearahnya tanpa merasa perlu menutup tubuh telanjangnya."Tidak tidak tidaaaaaaaaak!!!!!"Rubbi terpental keluar dari mimpi buruknya dengan napas memburu dan keringat yang menetes di pelipisnya."Rubbi kamu kenapa sayang?" Seru Iren yang baru saja masuk ke dalam kamar putrinya itu."Mah.." seru
PoV. Author"Senang bertemu lagi, Rubbi." Rubbi tampak pias menatap Max dihadapannya."Baiklah mari kita mulai membicarakan pernikahan Rubbi." Potong Ibu Azka yang tersenyum menatap Rubbi.Ibu Azka menanyakan terlebih dahulu tanggal berapa akan di adakan acara pernikahan dengan intonasi yang sangat tenang."14 February, sangat sepesial untuk hari yang sepesial." Ujar Max menjawab Ibu Azka sambil meminum minuman di depannya tanpa di persilahkan yang membuat wanita itu menatap tak suka pada Max yang justru terkekeh.Ayah Azka ikut terkekeh juga mendengar ucapan Max yang terlihat asal. Berbeda dengan Iren yang sudah diam sejak Max menyebutkan namanya.Putri hanya menunduk dalam menahan sakit di hatinya, apa lagi saat mendengar tanggal yang di sebutkan. Itu tidak lebih dari dua bulan, dia bingung harus apa."Kamu setuju kan,