Sukesih merapikan rambutnya, menatap panik ke kanan dan kiri bingung harus berbuat apa. Dia terus menggoyang-goyangkan tubuhnya Mbayang yang tak sadarkan diri.“Panas, Dadaku panas sekali,” rancau Mbayang dengan mata terpejam memegangi dadanya, lalu kembali tak sadarkan diri.“Mbayang... Oh Dewa apa yang terjadi,” Sukesih terus berusaha membangunkan Mbayang.Hari mulai Gelap, Mbayang masih tak sadarkan diri. Sukesih makin bingung. Dia tak kuat mengangkat tubuh Mbayang sendiri untuk dia bawa ke padepokan. Jarak ladang dan padepokan lumayan jauh. Dia sempat berpikir meninggalkan Mbayang sendiri untuk mencari bantuan, tapi dia tak tega meninggalkan Mbayag dalam kondisi tak sadarkan diri.Di tempat lain, Cakraraya yang baru datang, langsung menuju kediaman Gendis dan Permana. Dia berhasil mengajak seorang tabib sakti bersamanya. Tabib itu bernama Begawan Wirasena, dia adalah seorang pertapa yang sakti yang sudah lama mengasingkan diri, sahabat dari gurunya Ki Bayu Seta.Saat keduanya masu
Permana segera memerintahkan murid-murid padepokan untuk menurunkan mayat Begawan Wirasena dan menaruhnya dulu di ruangan belakang. Dia kemudian meminta Gendis dan Cakraraya ke aula padepokan untuk berdiskusi.Permana duduk di kursi ketua, sementara Cakraraya, Gendis dan Nyi Dewi duduk di kursi bawah. Wajah keempat tokoh utama pedpokan segaran itu tampak tegang. Tidak ada yang pernah menyangka akan ada kejadian seperti ini di padepokan segaran.“Sebagai ketua padepokan, aku merasa terhina sekali. Seorang Begawan Sakti bisa tewas di tempat kita, mau ditaruh dimana harkat dan martabat padepokan bila berita ini tersiar keluar! Kita harus segara menangkap dalang, dari semua ini!” Permana dengan suara prihatin membuka suara.Cakraraya dan Gendis hanya menunduk. Cakraraya yang mengundang sang Begawan benar-benar merasa terpukul. Dia semalam tidur terlalu lelap hingga sama sekali tidak mendengar apapun. hingga peristiwa naas itu terjadi.“Hmm, Kejadian seperti ini tidak akan terjadi bila kal
Matahari mulai meninggi, membuat mata Mbayang menjadi silau. Perlahan, lelaki yang terkena racun pelemas tenaga itu membuka mata, dia merasakan dadanya terasa berat. Dan alangkah terkejutnya dia saat melihat sukesih tidur dia atas dadanya. Seketika tubuhnya yang lemah jadi punya tenaga, dia buru-buru bangkit.Adanya gerakan dari tubuh Mbayang, membuat Sukesih terbangun. Wajahnya pun berubah merah saat sadar kalau semalam dia tidur di atas dada bidang Mbayang. keduanya duduk di tanah, sama-sama bingung dan malu. Mereka saling lirik tapi masih malu untuk membuka percakapan.“Uhuk! Uhuk!”Mbayang kembali batuk, merasakan dadanya kembali sesak. Sukesih secara spontan, bergeser mendekat menyentuh pundak Mbayang.“Bagaimana keadaanmu?”Mbayang menoleh pelan, menyunggingkan senyum.“Dadaku, masih terasa sesak, dan tubuhku rasanya lemas sekali. Mmm, jadi semalam...”Sukesih langsung melepas sentuhan tangannya, bergeser menjauh dari Mbayang. wajahnya kembali memerah.“Sudahlah, jangan kau baha
Iblis-iblis tak kasat mata, terus meniup tengkuk leher Mbayang dan Sukesih, membuat muda-mudi itu makin terbakar asmara, semakin dekat dengan lembah dosa karena birahi mereka terus menyala-nyala menuntun untuk dilampiaskan. Di sisi lain, Raja Akhirat tanpa sepengetahuan Dewa Pangatur Nasib, meniupkan hawa panas dari kedua mulutnya. Iblis-iblis yang menggoda pun berlarian pergi. hal itu membuat Mbayang kembali merasakan kembali racun pelemas tenaga yang ada dala tubuhnya.“Ummm,” Mbayang mengerutkan keningnya, melepaskan tangan dari tubuh Sukesih. Dia kembali memegangi dadanya yang kembali terasa sesak.“Kau kenapa?” tanya Sukesih panik melihat perubahan wajah yang nampak kesakitan.“Racun itu..., mmm, carikan aku, air kelapa…” ucap Mbayang menahan sesak di dadanya.Sukesih mengamati sekeliling. Dia melihat ada pohon kelapa hijau tak jauh darinya.“Tunggulah sebentar!” Sukesih bergegas bangkit berdiri, berjalan mendekati pohon kelapa hijau, mendongakkan kepala, mencari-cari kelapa muda
Melihat bahaya jelas di depan mata, Sukesih dengan sigap berdiri menjadi tameng untuk Mbayang. Hal itu membuat Cakraraya buru-buru menarik tapak saktinya yang sudah dekat mengenai batok kepala Mbayng.“Minggir, Sukesih!” bentak Cakraraya bersungut-bersungut.Bentakan Cakraraya tak menyurutkan nyali Sukesih. Gadis itu tetap berdiri tegap melindungi Mbayang dari serangan telapak Sakti Paman gurunya. Dia sudah siap, bila selembar nyawanya melayang.“Tidak, Paman. Mbayang sama sekali tidak bersalah. Kenapa paman begitu tega menurunkan tangan jahat, padannya!”Cakraraya menarik tangannya, bimbang . Dia masih tak tega bila harus melukai Sukesih. Dengan nada tinggi, dia kembali mengingatkan Sukesih agar tak ikut campur, atau dia tidak akan sungkan lagi.“Sukesih, murid laknat ini telah berani mencatut namaku dan bermain-main dengan pengobatan Kakang Bimantara. Bisa jadi, dia juga terlibat atas tewasnya begawan Wirasena. Minggir, Sukesih!” bentak Cakraraya dengan nada lebih tinggi, mengangkat
Lima orang pendekar padepokan segaran mengurung, pria misterius itu. serangan-serangan pedang pun dengan cepat di lancarkan, tapi pria itu bisa dengan lincah menghindar dan membalas dengan pukulan dan tendangan. Cakraraya yang terus mengamati makin kagum dengan ilmu silat pria misterius. Meski sudah di kepung dengan jurus-jurus mematikan, dia sama sekali belum mencabut keris di pinggangnya. “Hmm, ilmu pria ini tidak bisa dianggap remeh!” batin Jalasanda yang belum bisa melukai meski sudah mengeluarkan puluhan jurus pedang. Pria misterius juga mulai menyerang dengan serius, dia harus segera merobohkan lawannya atau dia cepat atau lambat akan kehabisan tenaga. Dia merentangkan kedua kaki dan tangannya, telapak tangannya membentuk seperti cakar elang. “Hiattt!” Tap! Serangan dari seorang murid padepokan segaran bisa dia jepit dengan cakar itu, tangan satunya menyerang tangan yang memegang pedang hingga terlepas, pria itu lalu berputar menyerang leher lawannya dengan sikut mengenai da
Sebagai ketua padepokan, Permana buru-buru menjelaskan tentang alasan Mbayang dan Sukesih dicurigai sebagai kaki tangan pengacau karena memang mereka berdua tidak ada di padepokan di malam dimana Begawan Wirasena tewas. Pangeran Gardapati pun kemudian memeriksa mayat sang Begawan disertai dengan beberapa orang pengikutnya.Pangeran Gardapati mengeryitkan kening saat seorang anak buahnya membisikkan sesuatu padanya.“Kau yakin?”“Hamba sangat yakin pangeran!”“Ya sudah, kau pergi dulu. aku harus bicara dengan para pemimpin padepokan ini.”Pangeran Gardapati lalu berjalan menuju aula padepokan. Di sana sudah ada Mbayang, sukesih dan para tokoh-tokoh utama padepokan. Diantaranya, Cakraraya, Gendis dan Bimantara. Nyi Dewi juga ikut menyambut kedatangan Pangeran yang terkenal sakti mandraguna itu.“Aku hanya kebetulan lewat, mengunjungi Mbayang, sama sekali tak ada niatan untuk membelanya. Ceritakan, apa kau benar-benar terlibat atau tidak! Bila memang terbukti, aku sendiri yang akan men
Wajah pangeran menggelembung menahan kesal. Dia yakin sekali begawan Wirasena dibunuh menggunakan jurus pedang terbang. Dia hanya tinggal mencari pedang siapa yang dipakai, maka semua tabir misteri akan terbuka."Adakah orang luar padepokan yang menguasai jurus pedang, murid yang sudah keluar atau saudara seperguruan Ki Bayu Seta?” tanya Pangeran Gardapati kembali menyelidik.Bimantara erdiri memberi hormat, baru kemudian menjawab pertanyaan pangeran Gardapati.“Ampun pangeran, saya boleh dibilang adalah murid generasi pertama padepokan ini. Awalnnya hanya ada saya dan Gendis, disusul Permana dan Cakraraya, baru perlahan padepokan ini mulai ramai. Bisa dibilang, belum ada murid yang turun gunung yang menguasai jurus pedang terbang. Guru kami juga tidak bercerita punya saudara seperguruan. Jurus-jurus pedang padepokan segaran adalah murni kreasi guru kami, yang merupakan perpaduan berbagai jenis ilmu pedang yang telah di sempurnakan.”“Hmm, jadi jelas, pelakunya adalah orang sendiri. k