PS. Satu bab novel juskelapa selalu lebih panjang dari novel pada umumnya. Dan sebagai informasi, untuk menulis bab 200 ini saya perlu riset membaca selama hampir dua jam untuk menyampaikan informasi dengan benar. Btw, selamat Hari Raya Idul Adha buat para pembaca yang merayakannya. đ
âMemangnya PT. E ini punya hubungan apa lagi dengan Pelita Sentosa? Kenapa menyerang SB Industrial Energy? Bagian yang ini saya belum paham. Tolong seseorang bantu jelaskan karena sepertinya saya nggak ikut turun. Saya tidak mahir dengan senjata api by the way.â Abdul membuat semua orang di mobil menoleh ke arahnya. âSaya juga tidak mahir dengan senjata manual. Tombak, panah, pedang dan sejenisnya,â tambah Abdul cepat-cepat.Vino membuka tabletnya dan menggulirnya sebentar. Sejurus kemudian dia menjejalkan tablet itu pada Abdul. âAku juga baru tahu kalau ternyata PT. E ini adalah anak perusahaan Pelita Sentosa. Salah satu tambang yang izinnya bakal dicabut karena banyak melanggar aspek teknis maupun pelestarian lingkungan. Perusahaan ini sedang dalam pemeriksaan.ââHarusnya PT. E sudah dihentikan sementara, tapi kita akan lihat ke dalam apa yang kita temukan. Masyarakat adat tahunya kalau PT. E ini bagian dari SB Industrial Energy. Mobil yang menjemput kita udah di depan, Sa. Yang tur
Beberapa saat sebelumnya.âSaya sudah bilang kalau saya tidak mau terlibat dalam hal ore yang dihasilkan atau ore yang ditumpuk untuk dioleh, atau dikemanakan. Lagian besok kita bisa ke smelter itu. Nggak perlu malam-malam begini. Saya juga capek perlu istirahat.â Mika kesal karena sejak dia menyanggupi berangkat ke Morowali, tuntutan Eric semakin beragam.âSaya memang merekrut kamu untuk proyek hilirisasi yang akan datang. Tapi bukan berarti kamu lepas tangan dalam semua hal. Sebagai Planning Project Kamu harus lihat apa yang bisa kamu manfaatkan atau hal apa yang bisa kamu masukkan dalam rencana.â Eric menjawab dengan sangat dingin.âTapi bukan begini caranya,â sahut Mika.âKarena kamu harus tahu rencana saya, Mika. Kalau hilirisasi belum dilakukan, maka saya tidak mau kehilangan pemasukan dengan menjual bahan mentah itu ke perusahaan lain. Harganya murah. Lebih baik saya ekspor ke luar negeri.ââTapi itu ilegal, Pak. Perusahaan ini bisa ditutup,â sergah Mika. Suaranya mulai tinggi
âKamu harus hati-hati sama tetangga. Meski istrimu baru sekali ke sini, tetap aja dia lebih leluasa buat ngobrol sama tetangga.â Mayang menoleh kanan-kiri sebelum keluar dari barisan kursi paling belakang. âAku lapar, Ca. Kamu udah makan? Kalau belum sekalian pesan makan, gih.â Bicaranya masih berbisik-bisik dan langsung masuk melalui pintu belakang rumah tanpa berani menoleh mana-mana. âMakannya boleh ditunda? Habis begituan aja ya âŚ. Aku kangen banget. Dari kemarin kebayang terus.â Mayang menepuk lengan Panca. âBaru sehari nggak ketemu. Dan tiap ketemu pasti begituan. Masih kangen aja.â Panca meremas pinggang Mayang yang berbalut rok span sebatas lutut. Kerinduannya pada Mayang memang menggebu-gebu. Sekian tahun terpaksa berpisah dan akhirnya bisa bertemu di satu gedung perkantoran membuat Panca berjanji tak akan melepaskan wanita itu lagi. Baginya Mayang adalah wanita yang sejak dulu harusnya ia lindungi. Banyak perasaan bersalahnya pada Mayang. Panca meletakkan kunci mobil dal
"Pokoknya aku mau kita tinggal satu kota lagi. Satu rumah. Suami istri apa yang tinggalnya berjauhan padahal kita bisa mengusahakan tinggal serumah. Mas Panca, kan, bukan pelaut yang pergi berlayar berbulan-bulan. Harusnya Mas senang kita bakal tinggal serumah lagi. Bukannya malah kesal gitu. Kita masih pengantin baru, Mas. Hamil usia empat bulan begini aku kepengin dimanja-manja kayak temanku." Indah bicara di telepon sambil mondar-mandir membuka lemari dan memilih-milih pakaian yang akan dimasukkannya ke koper ukuran kabin. Di seberang telepon suara napas Panca mengembus kasar. "Kamu tuh kapan, sih, percaya dengan yang aku bilang? Kamu kira aku asal ngambil keputusan? Aku baru tiga bulan tugas di kota ini dan itu belum permanen. Belum keluar SK Penempatan Definitif. Belum tetap, In! Kalau kamu udah nyampe sini dan aku dikembalikan lagi gimana? Bolak-balik ke sana kemari itu perlu uang banyak. Aku nggak mau dikit-dikit kita minta orang tua kamu. Mereka sudah habis banyak untuk rumah
Panca menyingkirkan tangan Indah yang sudah menyusup dan menyentuh kelelakiannya. âApa, sih? Aku bilang aku ngantuk.â âNgantuknya segimana banget sampai kayak nggak nafsu sama istri. Laki-laki normal harusnya nggak gitu. Disentuh pasti ngaruh. Apalagi udah lama nggak ketemu istri.â Indah tersinggung dengan penolakan Panca. Lagi-lagi air matanya hampir jatuh. Tapi kali itu ia tidak malu lagi menunjukkan kesedihannya di depan Panca. Ia sudah terlampau sering menangis di depan pria itu. Panca duduk dan membetulkan pakaiannya. âKamu tahu apa, sih, soal capek kerja? Kamu nggak pernah kerja, kan? Lulus dari universitas di luar negeri kamu nggak pernah pakai ijazah kamu buat ngelamar kerja dan makan gaji. Kamu udah nerima privilege sebagai anak tunggal yang mana semua uang orang tua kamu adalah milik kamu. Kita beda. Aku memulai semuanya sendiri dari nol.â Panca berdecak kesal dan wajahnya semakin kesal ketika melihat Indah hampir menangis. âBisa banget Mas ngomong gitu. Perkara capek ker
Mual muntah di awal kehamilan membuat berat badan Indah hampir tidak mengalami kenaikan. Tubuhnya masih kecil mungil seperti gadis. Acara malam yang sudah ia bayangkan akan menjadi waktu melakukan romantisme pengantin baru menguap begitu saja. Ia membutuhkan pakaian masuk ke club secepatnya.âAda diskon, kan? Saya lihat di banner depan.â Indah menunjuk banner yang menawarkan potongan harga cukup lumayan. Untuk kebutuhan sehari-hari saja ia masih dijatah Panca, jadi pengeluaran pakaian ke klub tentu tidak masuk dalam perhitungannya.Indah membeli satu dress dengan harga cukup murah. Dress selutut dengan harga yang dulu dengan mudah dibelinya tanpa harus menunggu diskon.âMas Panca pulang jam berapa? Malam ini aku kepengin makan bareng.âSekali lagi Indah memastikan jawaban Panca dengan mengirimkan pesan untuk keempat kalinya. Besar sekali harapannya Panca akan membalas dengan ucapan manis. Nyatanya jauh dari harapan.âBelum berubah, In. Aku ada acara kantor. Kamu makan sendiri aja. Pok
âMas Panca! Nggak boleh gini! Bayi kita bisa bahaya. SakitâŚini sakit.â Indah terus mendorong tubuh Panca agar menjauh. Kenyataannya tenaga pria itu jauh lebih kuat. Panca berhasil menurunkan pakaian dalamnya dan menekan bagian bawah tubuh mereka. Indah menangis. âKamu jahat banget, Mas. Nggak boleh kayak gini. Ini sakit âŚ.â Bukan hanya bagian tubuhnya yang sakit karena sebuah paksaan yang tiba-tiba. Panca baru saja merobek harga dirinya sampai ke bentuk serpihan.Panca menekan tubuhnya dengan paksaan dan gerakan kasar. Meringis dengan napas kasar beraroma alkohol. Mengabaikan rintihan Indah yang berusaha mengatupkan pahanya berkali-kali.âAku akan mengobati rasa kangen yang kamu sebut-sebut itu.â Panca terus memacu tubuhnya. Indah memang merindukan Panca. Dua bulan terakhir bahkan mereka tidak pernah bicara lagi saat di ranjang. Kalau bukan Indah yang tertidur lebih dulu, maka Panca yang ketiduran. Walau sebelumnya mereka memang tidak terlalu akrab, tapi Indah merasa waktu sebelum t
Tentu saja Indah takut saat tangannya pelan-pelan membuka pengait pagar. Bukan hanya takut akan kemurkaan Panca jika tertangkap basah melakukan kesalahan. Indah takut bahwa hubungannya dengan Panca akan semakin sulit membaik.Indah menelan ludah. Belum apa-apa tangannya sudah basah oleh keringat. Halaman kecil yang gelap membuat Indah lumayan terlindung karena kegelapan. Tak terlampau khawatir dilihat tetangga. Atau jangan-jangan selama ini para tetangga mengenali nyonya rumah yang lain? Dada Indah bergemuruh karena luka hati yang sedang ia dekati.Nyaris tanpa suara Indah memasukkan kunci ke lubang dan memutarnya dengan napas tertahan. Dari luar tadi ia memang sudah menebak kalau lampu ruang tamu tidak dinyalakan. Saking buru-burunya mau bermesraan sampai semua lampu pun tak sempat dinyalakan, pikirnya.Rumah kontrakan itu tidak luas. Walau letaknya berada di dalam komplek cluster cukup bagus, rumah yang disewa Panca kamarnya hanya dua. Mereka menjadikan kamar paling depan tempat mel