Latifa melihat kearah seseorang yang tengah mencegahnya saat ini. Seseorang tersebut adalah Romlah, Ibu mertua Latifa sendiri yang kini sedang berkacak pinggang, seraya menatap Latifa dengan tajam. “Maaf Bu, maksudnya gimana yah?” tanya Latifa karena Rumlah tiba-tiba menegur Latifa seenaknya. “Jangan pura-pura bodoh yah Latifa! Kamu gak lihat apa? Suamimu mati-matian cari uang demi Anakmu sama kamu sendiri, kamu malah seenaknya pergi jalan-jalan ke korea, apa kamu tidak sadar diri?” ucap Romlah. ‘Apa Mas Candra tidak memberitahukan yang sebenarnya kepada Bu Romlah? Kenapa tiba-tiba dia menegurku seenaknya seperti itu’Ucap Latifa dalam hati. “Apa Ibu tidak mendengarkan cerita yang sebenarnya dari Mas Candra?” tanya Latifa kepada Romlah. “Yang sebenarnya apa lagi? Kamu memaksa Anakku untuk tidak ikut liburannya kan? Sebaliknya kau sendiri yang ingin pergi bersama Anakmu itu, sungguh menggelikan!” tuding Romlah membuat Latifa menghela nafasnya. “Kemarin, Candra menyuruhku untuk m
“Mama, kenapa Nenek menginap di sini sih? Kan gak seru, pasti Mama kena omel terus, begitu juga Tiara” celetuk Tiara ketika berada di dalam kamar. “Hush! Gak boleh gitu Tiara, meskipun begitu, tetap saja itu Nenek Tiara, Tiara harus menghormatinya yah” tutur Latifa kepada Tiara. “Tapi kalau yang lebih Tua gak bisa berperan menjadi yang lebih tua, tetap saja, tidak pantas buat di hormati Ma” “Kata siapa Tiara?” tanya Latifa karena penasaran dari mana Tiara menemukan pengetahuan tersebut. “Dari Bu Guru, kalau yang tua tidak menghormati kita, kita tidak perlu untuk menghormati dia, kan segala sesuatu pasti ada timbal baliknya” jelas Tiara. “Bukan begitu Tiara” ucap Latifa sembari duduk di samping Tiara. “Maksud dari Bu Guru itu, yang lebih tua, tapi kasar sama Tiara, kasar dalam artian suka memaki Tiara tanpa sebab atau suka memukuli Tiara tanpa sebab, begitu” jelas Latifa. “Tapi yang aku lihat, Nenek sering memaki Mama tanpa sebab kok, bahkan ketika Mama sudah selesai melakukan t
Aku melihat betapa cantik wajah calon Istriku pada saat pertama kali bertemu.Ia terlihat kebingungan saat masuk ke dalam rumah dan menemukan aku dan kedua orang tuaku yang berniat untuk melamarnya. Obrolan kita juga berlangsung dengan lancar ketika kedua orang tuaku dan orang tuanya menyuruh kita berdua untuk pergi berdua dan saling berbincang-bincang.Awalnya semua berjalan dengan lancar, namun ketika pernikahan telah selesai dan posisiku sedang mabuk berat. Aku dengan bengis memaksa Latifa untuk melayaniku, wajar saja dia menolaknya, namun karena aku tidak sabaran karena pengaruh obat, akhirnya aku menyelakainya dengan membenturkan kepala Latifa ke sudut ranjang. Membuat kepala Latifa berdarah dan kehilangan kesadarannya. “La-latifa? Apa kamu baik-baik saja?” tanyaku dengan gemetar serta khawatir karena disitu juga kesabaranku mulai kembali. Akupun segera membawanya ke rumah sakit bersama dengan supir pribadiku. Namun hal yang mengejutkan adalah, aku mengetahui sebuah kenyat
Latifa mengerjapkan kedua matanya, ia menoleh ke arah samping namun tidak menemukan siapapun. “Loh? Dimana Tiara sama Mas Candra?” gumam Latifa lalu mendudukkan dirinya dan bersandar di kepala ranjang. Latifa berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya sembari mengusap wajahnya dengan lembut. Namun tiba-tiba ia tersadar jika mata hari sudah terik dan menyinarinya melewati kaca jendela. “Astagfirullah! Jam berapa ini?” seru Latifa ketika sudah sepenuhnya sadar. Ia buru-buru bangkit dari ranjang lalu mencari keberadaan Tiara. “Eh Bi Ina, apa Bi Ina tau, dimana Tiara?” tanya Latifa kebetulan Bi Ina melewati kamar Candra ketika Latifa keluar dari kamar tersebut. “Sudah ke sekolah Nyonya, tadi… Diantar sama Tuan Candra” ucap Bi Ina membuat Latifa terkejut. “Di antar Candra?” tanya Latifa untuk memastikan. “Iya Nyonya, tadi Tuan menyuruh saya agar memandikan Nona Tiara, karena kata Tuan, Nyonya lagi kelelahan” jelas Bi Ina kepada Latifa. “Begitu yah, baiklah Bi, makasih yah” ucap Lat
“Nah sekarang sudah selesai” ucap Latifa setelah membenarkan kuncir rambut Tiara. Tiara tiba-tiba berbalik lalu memeluk pinggang Latifa dengan erat. “Mama tau gak? Tiara bahagia banget! Akhirnya Ayah mau meluangkan waktu untuk kita, Tiara pikir, selamanya Ayah gak mau dekat dengan kita, ternyata Tiara salah!” ungkap Tiara dengan senyuman yang terukir sempurna di bibirnya. Latifa hanya tersenyum sembari mengelu kepala Tiara. ‘Alhamdulillah ya Allah, engkau sudah bukakan hati Suamiku yang semula tidak ingin melihat Tiara, sekarang ia mau meluangkan waktu untuk Tiara’ Ucap Latifa dalam hati seraya meneteskan sedikit air matanya. “Mama nangis?” tanya Tiara seraya melepaskan pelukannya. Latifa menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk Tiara dengan erat. “Ayo, kenapa kok jadi peluk-peluk kan begini” tegur halus Candra yang mampu membuat Latifa melepaskan pelukan dari Tiara lalu segera mengusap air mata yang mengalir ke pipinya. “Ayah! Nanti kita kemana?” tanya Tiara dengan antus
Candra membuka kedua matanya dengan perlahan-lahan, ia menoleh ke arah samping, memperlihatkan Linda yang sedang tertidur dan tubuhnya tenggelam dalam selimut. Candra mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang, semalam ia tidur sangat larut karena menunggu polisi yang sedang dalam perjalan ke apartemen Linda. Namun seutas ingatan mengenai Latifa dan Tiara tiba-tiba memenuhi pikiran Candra, yang membuat Candra kalang kabut. “Astaga! Apa yang aku lakukan? Bagimana dengan Latifa dan Tiara?!” ucap Candra seraya mencari ponsel miliknya. “Candra? Ada apa?” tanya Linda dengan suara serak khas bangun tidur. “Ah tidak apa-apa, aku hanya mencari ponselku saja” jawab Candra sembari terus mencari-cari ponselnya. “Kamu tidur saja yah, tadi malam kamu sangat terkejut bukan?” lanjut Candra seraya menaikan selimut yang Linda kenakan. Linda hanya tersenyum lalu menganggukan kepalanya pelan, lalu ia kembali memejamkan kedua matanya karena rasa kantuk masih menguasai kedua mata Linda.“T
“Siapa ini? Dan kenapa ponsel Istriku bisa ada di kamu!” bentak Candra mampu membuat Erlando menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Siapapun aku, kau tidak perlu tau, yang penting, mulai saat ini, kau tidak berhak atas Latifa dan Tiara, Assalamualaikum!” ucap Erlando lalu segera menutup teleponnya karena ia tidak ingin mendengar hal-hal negatif dari mulut Candra yang saat ini sedang emosi. “Nih udah aku blokir, jangan di unblock yah” peringat Erlando sembari menyerahkan ponsel Latifa kepada Latifa. “Erlando, apa yang kamu lakukan?” tanya Latifa dengan raut wajah yang tercengang. “Kenapa apanya? Kamu masih mau berhubungan dengan Candra?” tanya Erlando membuat Latifa menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Bagus, biarkan saja dia, kalau kecelakaan juga gak apa” ucap Erlando melantur. “Erlando!” tegur Latifa yang membuat Erlando meringis sembari mengacungkan dua jarinya. “Baiklah-baiklah, tapi aku benar-benar tidak akan membiarkan dia kembali mencampuri urusan mu dan Tiara, akan ak
Candra pulang-pulang membanting apapun yang ia temui di rumah, isi kepalanya rasanya semakin menumpuk dan bisa saja sebentar lagi pecah. “Argghhh! Sialan!” umpat Candra setelah puas membanting beberapa barang yang ada di ruang tamu. “Astagfirullah! Candra! Apa yang kau lakukan Nak?!” teriak Romlah ketika melihat kondisi Anaknya yang sudah tidak karuan. “Ini bukan urusan Ibu!” bentak Candra sembari terus meraung-raung tidak jelas. “Ada apa ini Nak? Dan di mana Latifa?” tanya Romlah dengan nada yang agak pelan agar emosi Candra tidak semakin meluap. “Aku tidak tau Ibu! Katanya dia kecelakaan bersama dengan Tiara, tapi aku tidak tau dia di rawat di rumah sakit mana, ada seseorang yang menelpon dan melarangku untuk datang menemui Istri dan Anakku sendiri!” jelas Candra. Romlah dengan spontan menutup mulutnya menggunakan tangan, ia tidak menyangka jika menantu dan cucunya mengalami kecelakaan. ‘Apa? Bagaimana bisa itu terjadi?’ Ucap Romlah dalam hati. “Lantas siapa yang melarangmu