Daniel menatap Yasmin yang sedang meringkuk dan terlihat sedih dengan minat."Mau pergi ke mana?" tanya Daniel.Yasmin tercengang. Apa Daniel sedang bertanya padanya?Sebelumnya bukankah mereka langsung pergi ke suatu tempat? Sejak kapan Daniel peduli pada pikiran Yasmin?Pria ini selalu sulit untuk ditebak.Melihat Yasmin tidak menjawab, Daniel pun memerintah sopirnya, "Ke rumah sakit."Dulu ketika Yasmin masih muda, tidak peduli betapa sakitnya perutnya, dia tidak pernah pergi ke rumah sakit. Pada akhirnya, dia tidak pernah mengalami kram sesakit ini.Setelah mereka pergi ke rumah sakit, mereka menemui Helen.Yasmin duduk di kursinya dan tampak kelelahan.Helen bertanya, "Apa yang sakit?""Nyeri haid."Helen terkejut, kemudian dia melirik ke arah pria yang sedang duduk di kursi sebelah.Jadi, Daniel membawa Yasmin kemari karena dia nyeri haid?Daniel seperti orang tua yang membawa anak mereka kemari untuk berkonsultasi ....Hal terpenting adalah orang ini Daniel Guntur!Apa dia sudah
"Ugh ...." Perutnya langsung terasa sakit sehingga Yasmin mengerutkan keningnya. Yasmin bersandar pada bahu Daniel dan berkata, "Lihat aku sekarang .... Kamu nggak tertarik, 'kan?"Daniel mengangkat dagu Yasmin dan wajah Yasmin tampak pucat. Daniel mengusap bibir lembut Yasmin dengan jempolnya. "Kamu benar." Daniel mendekatkan bibirnya ke telinga Yasmin. "Lain kali."Setelah itu, dia menggigit telinga Yasmin dengan kuat."Aduh!" Tubuh Yasmin langsung menegang.Dasar orang gila!Setelah mobil berhenti, Yasmin keluar.Daniel menurunkan Yasmin di kompleksnya.Yasmin percaya, meskipun dia tidak pergi ke Rumah Sakit Bedah Plastik, dia tetap akan menerima gaji.Dia penasaran apakah Stella sudah ditangani atau belum.Kalau Stella benar-benar ditangani, para rekan kerja dan bahkan semua pemimpin Rumah Sakit Bedah Plastik akan "kagum" pada Yasmin.Nyeri haidnya hilang setelah dia beristirahat selama dua hari. Haidnya belum berhenti, tapi itu tidak akan memengaruhi pekerjaan Yasmin.Dia pun perg
"Ternyata ada masanya Nyonya Sandra nggak percaya diri?" kata Raymond sambil tersenyum."Ini nggak sama. Lalu, dia masih memanggilmu Pak Raymond. Apa kalian belum jadian? Sebenarnya ...."Di ujung telepon, Rachel meminta maaf, "Maaf, Nona Yasmin. Untuk saat ini aku ada urusan, jadi sepertinya kita harus ganti hari. Apa kamu sudah sampai?"Yasmin tidak ingin membuat Rachel segan. Lagi pula, semua orang bisa mendapatkan urusan mendadak. Jadi, Yasmin berkata, "Aku belum sampai. Nggak apa-apa."Setelah menutup telepon, Yasmin sungguh merasa sedikit canggung.Kalau dia tidak pergi, dia juga tidak sanggup membayar tempat ini.Oleh karena itu, dia memutuskan untuk pergi.Dia berbalik untuk berpamitan dengan Raymond dan ibunya. "Pak Raymond, temanku ada urusan, jadi dia nggak jadi datang. Aku pergi dulu, ya. Silakan menikmati makanan kalian.""Kalau begitu, bagaimana kalau kamu makan bersama kami? Kamu juga sudah datang dan kamu tetap harus makan malam, 'kan?" ajak Sandra dengan ramah."Ha? Ng
"Kemungkinan lain itu adalah pembunuhan secara acak, tapi aku merasa kemungkinannya sangat kecil. Orang yang pergi ke taman bukan hanya ibumu seorang, kenapa dia bisa menjadi korban? Aku rasa kasus ini agak rumit," ujar Raymond.Tatapan mata Yasmin tampak tegas. "Nggak peduli seberapa rumitnya, aku harus menemukan pelakunya.""Kamu akan menemukannya. Tenang saja."Mobil tersebut tiba di gerbang masuk kompleks."Terima kasih sudah mengantarku pulang."Raymond mengangkat pergelangan tangannya untuk melihat jam tangannya, kemudian berkata, "Pada saat ini, seharusnya anak-anak masih dalam perjalanan.""Ya. Aku keluar dulu, ya." Yasmin membuka pintu mobil, lalu berbalik untuk keluar. Namun, dia merasa dadanya tertekan. Dia menyadari dia belum melepaskan sabuk pengaman, jadi pipinya pun merona.Raymond tersenyum melihat Yasmin.Yasmin turun dari mobil, kemudian menutup pintu mobil.Raymond menurunkan jendela mobil, lalu berkata, "Aku pergi dulu, ya.""Ya. Dadah." Yasmin melambaikan tangan ke
Ketika Yasmin menenangkan raut wajahnya, Daniel mundur selangkah.Dia melirik Yasmin sekilas dengan tatapan mengancam sebelum naik mobil.Daniel juga tidak memaksakan reaksi apa pun dari Yasmin. Mobil Rolls Royce-nya langsung melaju pergi.Ketika mobil itu melewatinya, Yasmin berdiri di tempatnya seperti patung.Setelah perasaan tercekik itu menghilang, dia baru sadar kembali.Akan tetapi, rasa takutnya tidak mereda sedikit pun.Dia tidak mengerti kenapa Daniel semudah itu melepaskannya.Namun, Daniel bisa menggunakan apa untuk mengancamnya?Apa dia akan membatalkan perjanjian mereka yang selama setengah tahun itu?Benar. Bagi Yasmin, ancaman itu selalu ada.Daniel adalah orang yang sulit ditebak dan mudah disinggung.Yasmin akan pergi setelah dia menemukan pembunuh ibunya!Dia tidak akan melayani Daniel lagi!Yasmin pulang ke rumahnya dan dia melihat ketiga anaknya yang sedang duduk di lantai ruang tamu.Mereka masih takut dengan apa yang barusan terjadi.Julian berlari menghampiri Ya
Setelah memandikan anak-anak, Yasmin keluar dari kamar. Dia mengambil ponselnya yang di atas meja kopi untuk melihat lokasi Daniel.Daniel tidak berada di Grup Naga dan juga Teluk Bulan.Sepertinya dia berada di suatu tempat di kota. Mungkin dia sedang mencari hiburan.Dengan status Daniel yang dapat melakukan apa pun yang dia inginkan di Kota Imperial, hiburan seperti apa yang tidak bisa dia miliki?Kalaupun Daniel tidak mau, masih ada orang lain.Pokoknya, Daniel tidak mengganggu Yasmin.Yasmin memang sedikit takut Daniel akan menggila. Pada saat itu, akan sulit bagi Yasmin untuk menghentikannya.Dengan ekspresi masam, Daniel memasuki sebuah kelab kelas atas.Penanggung jawab kelab itu dapat merasakan suasana hati buruk Daniel, jadi dia segera melayani Daniel dengan hati-hati.Begitu tokoh besar itu melangkah masuk, penanggung jawab kelab itu dapat merasakan aura yang berbeda. Orang-orang di sekitar bahkan tidak berani bernapas.Ketika Daniel berjalan masuk, seseorang muncul dari sam
"Tapi, menurutku, masalah malam ini hanya bisa diselesaikan oleh Nona Yasmin."Yasmin merasa ada yang tidak beres. "Kenapa?""Apa kamu mengenal Cindy? Dia menabrak Tuan Daniel di kelab. Kalau kamu nggak datang ...." Eric sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya.Akan tetapi, Yasmin dapat merasakan keseriusan masalah itu.Dia tidak pernah bertemu dengan orang yang bisa berjalan dengan selamat setelah menyinggung Daniel.Namun, Cindy adalah satu-satunya rekan kerjanya di Rumah Sakit Bedah Plastik Jelita yang membela Yasmin. Bagaimana Yasmin bisa tidak menghiraukannya?"Kalau kamu mau datang, aku akan mengutus orang untuk menjemputmu," kata Eric."Nggak perlu. Berikan aku alamatnya."Setelah menutup telepon, Yasmin melihat anak-anaknya yang sedang tidur di tempat tidur. Lalu, dia menutup perut Julian dengan selimut.Kalau Yasmin keluar, berarti dia meninggalkan mereka sendirian di rumah.Namun, mereka barusan ketiduran. Jadi, mereka tidak akan cepat bangun.Dia hanya takut mereka akan terba
Yasmin menatap Daniel. Walaupun dia takut, dia tidak memalingkan pandangannya. "Apa kamu sudah mabuk?"Daniel memang sudah mabuk, tapi dia tidak bersikap seperti orang lain saat mabuk. Dia tetap diam dan tampak menakutkan.Mata Yasmin tertuju pada bibir Daniel.Dia mendekat, lalu menempelkan bibirnya ke bibir Daniel dengan lembut.Tidak ada reaksi dari Daniel berarti reaksi yang paling bagus.Kalau tidak, dia akan mendorong Yasmin.Yasmin menciumnya untuk beberapa saat. Setelah napasnya terengah-engah, bibirnya yang masih menempel di bibir Daniel bertanya, "Aku sudah berjanji padamu, jadi sekarang kamu sudah bisa melepaskannya, 'kan? Selama ini aku mematuhimu. Bisakah kamu memaafkanku hanya kali ini saja?"Daniel mencubit dagu Yasmin. "Kami yakin hanya kali ini saja?""Yang sebelumnya nggak dihitung," bisik Yasmin sambil mengerucutkan bibirnya.Daniel menatap wajah Yasmin yang menggemaskan. Lalu, dia mengangkat tangannya dan Eric segera menghentikan pertunjukan di atas pentas.Cindy me