“Kapan kalian menikah, aku yakin tidak saat ini. Apa kamu yakin Erland pria yang tepat. Mei, hubungan kalian baru saja seumur jagung, berbeda dengan hubungan kita.” Tio tidak akan menyerah mendapatkan Amelia.Amelia menutup kelopak matanya sesaat seiring membuang udara lelah pada Tio. “Panjang dan pendeknya hubungan kita tidak penting. Kami sudah punya anak. Anak kami membutuhkan orangtuanya.” Tidak ada nada kesal dalam kalimat Amelia, tetapi sangat mengiris hati Tio. Seketika, pria ini dibuat tidak berkutik.“Baiklah, jika memang kamu sudah yakin pada Erland. Tapi kapanpun kamu ingin kembali padaku, kembalilah ...,” tulus Tio yang dirasa tidak dapat menutup hatinya pada Amelia.“Aku akan hidup bahagia bersama Erland dan Kenzo.” Lagi, suara Amelia tetap terdengar indah tidak terdengar nada mengomel atau semacamnya.Tio memandangi Amelia, sendu di hatinya memang tidak dapat diekspresikan. Maka, hanya embusan udara lemah yang dapat diperlihatkan. “Mei, aku akan selalu mencintai kamu.” K
Malam tiba, William dan Bagaswara tiba di tempat yang sudah dijanjikan. Keduanya menemui Amelia serta kedua orangtuanya, Kenzo juga berada di sana dalam asuhan bibi yang berada cukup jauh karena tidak sopan rasanya jika wanita ini berdekatan dengan tuan dan nyonya yang akan membicarakan hal penting walau dirinya sudah mendengar dari Amelia.“Ma, Pa, sebelumnya William meminta maaf jika selama menikah dengan Amelia, William melakukan kesalahan di sengaja ataupun tidak.”“Lupakan, Nak. Peranmu selama menjadi suami putri kami dan selama menjadi menantu kami sangat kami hargai, kamu sudah melakukannya dengan baik.” Senyuman Adhinatha yang juga menyayangi William sebagaimana menantunya walau itu akan segera berakhir, menantunya akan digantikan oleh Erland, tetapi Adhinatha tidak akan membuang William, mereka akan tetap menganggap pria itu sebagai bagian penting dari keluarga.William menarik udara cukup dalam kemudian dibuang dan berkata, “Mulai saat ini William talak Amelia.” Kalimat ini
Nitara memuntahkan sarapannya hingga dirinya dibuat lemas. Dengan cekatan William memberikan kompres hangat pada perut serta dahi sang istri, tidak lupa memberikan air hangat untuk diminum. “Ke dokter yuk. Aku tidak bisa sembarangan memberikan obat, kita harus tahu dulu kamu sakit apa.” Pria ini sangat berhati-hati karena dirinya tidak ingin sang istri salah mengkonsumsi obat yang hanya akan berakibat negatif.“Tidak usah ..., mungkin aku masuk angin ....” Wajah Nitara sudah memucat akibat lemas dan perutnya masih seperti mengaduk.William membiarkan Nitara beristirahat, sedangkan dirinya menuju ke dapur untuk membuat teh jahe. Miranda segera dibuat tabu dengan kebiasaan baru putranya. “Tumben membuat teh?”“Iya Ma, buat Tara. Mama punya jahe? Buat hangatkan perut Tara, tadi Tara sampai muntah,” cerocos William karena panik.“Kenapa?” Miranda segera cemas.“Entah, Tara bilang mungkin masuk angin. Tara tidak mau diperiksa.” Air panas mengucur ke dalam gelas, sedangkan Miranda segera me
“Astaga Tio ....” Kali ini Amelia dibuat kewalahan, dirinya membuang udara panjang, “terserah kamu saja.” Amelia memutuskan meninggalkan mantan pacarnya yang selalu tenggelam dalam lautan cintanya, tetapi pria itu tetap membuntuti. Menunjukan wajah biasa saja seolah hubungannya dengan Amelia baik-baik saja, tujuannya untuk memanasi Erland.Jadi, kini dua pasang manusia berolahraga bersama. Tio selalu menunjukan otot-otot kekarnya di hadapan Erland karena pria itu tidak memiliki otot menawan sepertinya. Tubuh Erland memang semakin indah, tetapi untuk mendapatkan otot padatnya dulu tentu saja tidak semudah berkhayal, dirinya masih memerlukan waktu lebih banyak.Melihat tingkat Tio, Erland hanya tertawa kegelian di dalam hatinya karena dirinya tidak peduli sama sekali pada seberapa baiknya tubuh rival cintanya itu toh bagaimanapun pesona yang dimiliki Tio, Amelia tidak akan terpesona. Alih-alih pujaan hatinya, justru Tio sering menjadi bahan perhatian wanita lain yang ada di gym, tetapi
Cukup lama susana hening hingga akhirnya Miranda melepaskan pelukan Bagaswara, digantikan dengan memandangi suaminya. “Erland tidak mengatakan apapun pada Mama ....”“Erland juga menunggu waktu yang tepat, Ma. Tolong maafkan anak-anak kita termasuk Papa ....”Miranda mendesah, “Jadi, selama ini Erland dan Amelia telah mengenal, tapi Mama juga tidak tahu itu.”“Karena hubungan mereka di masa lalu sangat berkaitan dengan Kenzo. Tolong jangan kesal dan anggaplah Amei menantu Mama mulai dari sekarang.”Miranda membuang udara panjang seiring mengusap dada. “Seharusnya Erland dan Amelia menikah apalagi sudah ada Kenzo.”“Mereka memang berniat menikah. Kita tunggu saja niat baik anak-anak, Papa yakin tidak akan lama lagi.”Tok tok tokKetukan halus pintu menghentikan pembahasan. “Ma, Pa, maaf Erland mengganggu ....” Suara santunnya di balik daun pintu.“Buka saja, Nak,” izin Bagaswara. Maka, Erland segera menampakan wajahnya bersama senyuman cerah.“Syukur Tara sudah hamil, Erland ikut senan
Amelia segera mengatakan niat baik Erland pada kedua orangtuanya. Jadi, Adhinatha segera menanyakan hal penting, “Kalian tidak akan menunggu surat cerai?”“Kalau bisa menikah secara agama dulu, ya sudah menikah saja,” jawaban singkat Amelia yang tidak mungkin mengatakan kehamilannya. Jadi, hanya ini alasan yang diberikan lagipula kalimatnya dirasa masuk akal.“Memang tidak salah ..., tapi Papa dan Mama pikir kamu dan Erland akan menunggu surat-surat dari negara.”“Tidak usah, Pa ....” Amelia sedikit menunduk karena sedang berharap semoga ayah dan ibunya memberikan izin dan restu untuk dirinya dan Erland menikah secara agama karena hari ini rahimnya sudah terisi bayi.Sopia tidak mengetahui jika putrinya mengandung, tetapi entah kenapa isi kepalanya mengatakan jika Amelia kembali mengandung maka dirinya tidak berbasa-basi. “Iya sudah, menikah secara agama dulu. Untuk resepsi bisa diadakan nanti setelah pengesahan perceraian kamu dan William.”Amelia segera mengangkat wajahnya, memandan
Malam tiba, kedua keluarga sudah berkumpul di sebuah ruangan di dalam villa bersama hidangan lezat di tengah-tengah mereka. Semua orang memakan hidangan pembuka seiring berbasa-basi hangat. Barulah masuk pada tujuan pertemuan. “Maksud kedatangan Erland kesini karena ingin meminang Amelia, putri Tuan Adhinatha dan Nyonya Sopia,” santunnya.Namun, Adhinatha terkekeh, “Panggil papa dan mama saja toh kami sudah menganggap kamu menantu.” Kalimatnya disambut kekeh hangat oleh semua orang yang hadir termasuk bibi yang berperan menjaga pergerakan Kenzo yang sedang sangat aktif.Penghulu sudah di sana, sebenarnya penghulu tidak memiliki banyak waktu hanya saja karena paksaan Adhinatha maka pria ini memilih mendesikasikan waktunya lebih lama dari rencana. Itulah sebabnya dirinya sempat mengikuti percakapan hangat sebelum akhirnya masuk ke dalam percakapan sakral.Karena semuanya sudah jelas, Erland dan keluarga Amelia sudah mengenal sangat dekat maka acara pernikahan segera dimulai tanpa adanya
Bulan madu Erland dan Amelia telah usai, keduanya memang tidak berniat pergi lama, hanya satu malam saja karena mengingat Kenzo. Maka, saat keduanya kembali malaikat kecil adalah sasaran utama yang mendapatkan pelukan penuh rindu. “Tadi malam Kenzo rewel tidak ....” Lembut wanita ini saat menimang putranya, sedangkan Erland memberikan kecupan sayang.Sopia memberikan jawaban, “Kenzo sangat tenang, sangat anteng diberi mainan apapun mau, bermain di mana pun juga masih anteng. Apa Kenzo akan mendapatkan adik.” Tawa kegelian Sopia di akhir. Namun, kalimat itu membuat Amelia dan Erland membeku sesaat bersama senyuman hambar.“Mama doakan saja, ya ...,” kekeh merona Amelia yang masih akan menjaga kehamilan keduanya walaupun mungkin di hari kelahirannya akan ketahuan juga karena usia kandungan yang singkat dibandingkan dengan usia pernikahan, tetapi Amelia tidak akan memermasalahkan hal itu toh orangtuanya akan mengerti tanpa harus dijelaskan, dan asalkan kelahiran putranya tetap diterima s