"Aisyah!"Gadis yang sedang berjalan menuju lorong rumah sakit seketika berhenti dan menoleh ke belakang. "Kak, Dani." "Hay," ucap Dani menghampiri Aisyah yang terdiam ditempatnya. "Kakak, tugas di sini juga?" tanya Aisyah yang tersadar setelah Dani berada di dekatnya. "Iya, aku baru seminggu di sini," jawab Dani. "Kok, aku baru lihat." "Itu karena aku baru masuk." "Oh," kata Aisyah singkat lalu memutar tumit melangkah pergi. "Aisyah, tunggu!" Dani mengejar Aisyah yang hampir tak terlihat karena Aisyah yang tiba-tiba pergi. Dani berhasil mengejar dan mensejajarkan langkahnya bersama Aisyah, Aisyah sampai pada ruangannya dan begitu pun dengan Dani yang ternyata tepat di samping ruangan Aisyah. "Wah, ternyata ruangan kita berdekatan," kata Dani bersandar di pintu. "Iya, aku pamit masuk duluan, Kak," ucap Aisyah sambil tersenyum melangkah masuk kedalam ruangan. "Ah, senyuman itu," ucap Dani menatap daun pintu yang telah tertutup. *** "Hay, Kak Dani," sapa Widia yang datang be
Gani menghampiri Aisyah dan Dani yang tengah berbicara, Aisyah kemudian pamit karena Gani telah datang untuk menemani Dani. "Ma, Aisyah nanti malam izin keluar," ucap Aisyah mengambil gelas yang tergantung di rak piring. "Mau pergi kemana?" "Ga tau." "Kok, ga tau?" "Ya, soalnya Kak Krisna yang ngajak," ucap Aisyah. "Jam berapa?" "Tujuh." "Pulang jangan malam-malam." "Siap, Ma."***Krisna berdiri di depan cermin, melihat dirinya dari pantulan kaca besar di depannya. Dengan setelan jas warna biru dongker dan sepatu penampilan Krisna terlihat sempurna.Krisna mengambil ponsel di atas ranjang dan menekan tombol hijau untuk menghubungi seseorang. "Halo!" "Hay, sayang." "Kenapa, Kak?" tanya Aisyah. "Judes banget sih, ngomongnya." "Ya, terus aku kudu piye?" "Sambut dengan senyuman manis." "Nanti diabetes." "Ga, kok." "Terserah Kakak." "Ngambek nih?" "Ga." "Ya udah, kamu sudah bersiap-siap belum. Aku akan meluncur kerumah calon mertua sekarang." Tanpa menunggu jawaban A
Krisna terus mencari ke setiap sudut dan ruangan gedung tetapi belum bisa menemukan Aisyah, Krisna mencoba untuk memanggil penjaga gedung dan menanyakan Aisyah tetapi mereka juga tidak melihat.Krisna semakin khawatir dengan keadaan Aisyah, Krisna meminta bantuan aparat keamanan gedung untuk membantu mencari Aisyah. Krisna mencoba menelpon Aisyah tetapi nomor tidak aktif, Krisna semakin gelisah merasa tak enak karena meninggalkan Aisyah sendiri dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap Aisyah. "Bagaimana, Pak?" tanya Krisna pada satpam yang ikut membantu mencari Aisyah. "Belum ketemu, Mas." "Bapak sudah mencari ke setiap ruangan gedung?" tanya Krisna lagi. "Sudah, Mas. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Mba Aisyah," ucap satpam. "Kemana kamu, sayang." "Saya coba cari lagi, Mas." "Iya, makasih ,Pak."Setelah kepergian satpam Krisna mencoba menghubungi Aisyah lagi, beberapa detik setelah Krisna menekan tombol hijau terdengar suara Aisyah dari sebrang. "Sayang. Kamu dimana?"
"Om Swastiastu," sapa gadis dari balik pintu."Om Swastiastu. Eh, Nak Aisyah. Ayo masuk, Widia ada di dalam kamarnya," ucap Niluh membuka pintu dan mempersilahkan Aisyah masuk."Makasih Tante," ucap Aisyah melangkah menuju kamar Widia."Lama banget sih, kayak siput tau ga," protes Widia judes."Ya elah, jarak antara rumah aku sama rumah kamu itu jauh tau, masih untung aku mau ke sini," gerutu Aisyah."Ululuuu anak Mami Papi ngambek ya, hahaha," kata Widia menoel dagu Aisyah menggoda."Iishh apaan, sih," Aisyah menepis tangan Widia. "Aku itu bukan anak kecil lagi, ya," sambung Aisyah kesal dikatai anak manja."Ya terus, kamu anak siapa dong. Kalau bukan anak Mami Papi kamu?" tanya Widia mengajak Aisyah duduk di atas ranjang empuk miliknya."Aku mau curhat, nih," kata Widia tanpa basa basi."Apaan sih, baru aja datang main curhat aja, tawarin minum kek, haus nih," cicit Aisyah memegang lehernya isyarat minta minum."Iya, bentar aku ambilkan," Widia melangkah keluar kamar menuju dapur unt
"Mau langsung pulang, nih?" "Iya." "Jalan-jalan dulu, ya?" "Sudah sore, Kak. Nanti kemalaman." "Sebentar saja." "Ga mau." "Satu jam, deh." "Lama." "Tiga puluh menit." "Emang mau kemana?" "Ke sungai." "Hah, ngapain?" "Rahasia."Krisna membelokkan mobilnya menuju hutan yang terdapat sungai dengan aliran air yang keruh akibat banjir. Krisna berhenti di ujung jalan kemudian keluar dari mobil dan berjalan menelusuri sungai karena mobil tidak bisa melewati kawasan tersebut. Sementara Aisyah masih berada dalam mobil, enggan untuk keluar. "Kak, ayo pulang. Ngapain sih, di sini?" Tak peduli Aisyah yang terus memanggil, Krisna justru terus melangkahkan kakinya hingga sampai pada gubuk tak berpenghuni. "Kak, Krisna!" panggil Aisyah dari dalam mobil. "Apa?" "Ayo pulang." "Sebentar."Aisyah yang bosan menunggu Krisna kembali memutuskan untuk menyusul. Aisyah turun dari mobil dan menghampiri Krisna. "Kakak, cari apa?" "Kamu, kenapa nyusul kesini?" "Lama nungguin Kakak, ga balik-
Lantunan ayat suci terdengar merdu dari Masjid yang berada tak jauh dari tempat Aisyah bekerja, Aisyah bergegas membereskan peralatan tempur di meja operasi.Aisyah pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian pergi menuju Mushola yang berada di bagian belakang rumah sakit untuk melaksanakan sholat Maghrib sebelum pulang ke rumah.Di tempat lain seorang gadis tengah duduk termenung sendirian di taman yang ramai di kunjungi pemuda pemudi. Hari sudah gelap, Widia masih terdiam di tempatnya. Entah apa yang dia pikirkan hingga tak menyadari kehadiran Aisyah yang sedari tadi berada di sampingnya. "Udah ngelamunnya, nanti kesambet loh," ucap Aisyah membuat Widia menoleh. "Sejak kapan kamu disini?" "Sejak perang dunia kedua." "Hah." "Apaan sih, serius amat. Makanya jangan ngelamun terus, ada orang di sampingnya ga liat." "Siapa juga yang ngelamun." "Lah, terus kenapa dari tadi bengong kanyak ayam tiren." "Tiren?" "Ayam mati kemaren, hahaha." "Sialan lo." "Bercanda sayang."
Kring! kring! kring! Aisyah terbangun karena bunyi alarm yang dia pasang, saat ini jam menunjukan pukul empat pagi yang artinya Aisya hanya tidur enam jam karena dia sampai rumah pukul sembilan malam. Aisyah bergegas bangun dari tempat tidur, menyambar handuk yang terletak di atas kursi. Semalam sehabis mandi karena rasa lelah Aisyah melempar handuknya setelah memakai baju tidur karena rasa kantuk yang menyerang. Aisyah keluar dari kamar segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. "Tumben sudah bangun sayang, inikan hari libur?" tanya Mariam. "Iya Ma, aku ada janji sama Widia." "Mau kemana?" "Ada deh, urusan remaja." "Iya Mama tau, Mama sudah ga remaja lagi." "Tapi Mama tetap cantik, kok," puji Aisyah. "Dulu Mama memang cantik, tapi sekarang sudah keriput." "Kan cantiknya pindah ke Aisyah." "Iya, anak Mama memang cantik. Tapi sayang," ucap Mariam terputus. "Sayang kenapa Ma?" tanya Aisyah. "Sayang jomblo," jawab Mariam kemudian tertawa, Aisyah hanya mendengus kesal kare
Widia terus memeluk boneka pemberian Dani, bahkan saat makan Widia tidak meletakkan boneka itu. Aisyah tersenyum Kakak dan Adik ini ternyata sama-sama bucin pada seseorang yang mereka cintai. "Kamu kenapa, sayang?" tanya Krisna yang melihat Aisyah sedari tadi terus tersenyum melihat Widia. "Adik kamu, tuh. Sama bucin kanyak kamu." "Emang salah?" "Enggak sih." "Terus." "Gemes aja." "Aku tahu yang gemes sama kamu." "Gemes kenapa?" "Gemes pengen miliki kamu." "Mulai deh gombalnya." "Ga apa-apa, kan gombalnya sama pacar sendiri bukan pacar orang." "Emang ada niat untuk godain pacar orang." "Ya enggak lah sayang." "Kalian ini berisik sekali," ucap Widia kesal karena konsentrasi makan tergantung oleh percakapan mereka. "Maaf," kata Aisyah dan Krisna bersamaan.Dani merasa muak dengan mereka berdua, ingin rasanya pergi tetapi dia tidak enak bila meninggalkan Widia. Dani mencuri pandang dengan Aisyah, tawa Aisyah membuat hati Dani luluh lantak hanya dengan mendengar. Andai saja