Hola, enjoy this chapterChapter 15Persis seperti dugaan Vanya, saat dirinya melewati koridor sekolah yang dipenuhi murid-murid di sekolah yang berbisik-bisik dan menyindirnya karena turun dari helikopter yang mendarat di atas gedung sekolah. Tetapi, sepertinya Vanya mau tidak mau harus setuju dengan pernyataan Ares bahwasanya harus siap menjadi perhatian karena sekarang telah menjadi bagian dari keluarga Torrado. Meskipun Vanya menolak Raúl Torrado menjadi ayah tirinya. "Vanya!" seru Dario yang tiba-tiba berjalan di sampingnya. "Syukurlah kau tidak diskors." Tentu saja itu tidak akan terjadi karena Ares pastinya tidak akan tinggal diam. Vanya yakin Ares melakukan itu bukan karena peduli padanya, Vanya sudah memperhitungkan dengan cermat kalau Ares yang merupakan putra sulung dari keluarga kaya pastinya tidak akan senang jika diremehkan. "Aku sudah mengganti kaca itu, untuk apa dipermasalahkan lagi?" "Yup! Kau benar. Apa kau sudah tahu kalau sekarang Tammy yang diskors?" Vanya t
Hola, enjoy this chapter.Chapter 16Friendly Stepbrother Selasa pagi, Vanya lebih bersemangat. Dia bangun lebih pagi dari biasanya dan setelah tiga puluh menit berenang gadis itu membilas tubuhnya kemudian mengenakan seragam sekolahnya lalu pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya. Dia terkejut karena ada orang lain selain ibunya, Raul, dan Ares. "Selamat pagi," sapa Vanya seraya menatap pria asing yang duduk di samping Ares."Selamat pagi, Sayang," jawab Tania. Pria di samping Ares itu menatap Vanya yang menarik kursi di samping Tania. "Kau, Vanya, 'kan?" Vanya mengerjapkan matanya dan mengangguk pelan kemudian menatap Ares. "Ya." "Dia putra ke duaku, Evander," ucap Raul. Bibir Vanya nyaris membentuk huruf O. Rupanya pria tampan yang mengenakan setelan jas dan memiliki bola mata cokelat terang adalah Evander Torrado yang diceritakan Julio. Evander tersenyum ramah kepada Vanya. "Papa sering menyebut namamu." Vanya menarik gelas yang berisi susu dan mengangguk. "
Hola, enjoy this chapter.Chapter 17Vanya menguap lebar kemudian menyandarkan kepalanya di pohon besar yang disandarinya. "Wilson, kepalaku sepertinya akan meledak." "Dari sepuluh soal, kau baru menyelesaikan satu tapi kau sudah mengeluh," ucap Wilson yang duduk di samping Vanya. Vanya menjauhkan kepalanya dari pohon yang disandarinya kemudian melongok Wilson dan dengan ekspresi menyedihkan menatap Wilson. "Kau sengaja memberiku soal sekelas Olimpiade, mana mungkin aku bisa mengerjakannya?" "Ini bukan soal Olimpiade, tapi karena tiga bulan belakangan ini kau terus saja membolos bersama Dario, kau sangat banyak tertinggal pelajaran," sahut Wilson seraya menatap Vanya dengan tatapan tegas. Vanya mendengus. "Ini semua salah Dario yang selalu mengajakku bermain game." "Kau tidak bisa menyalahkan orang lain, seharusnya kau bisa membedakan mana yang baik dan tidak untuk dirimu." "Hah? Kau sedang mengatai temanmu?" potong Vanya.Wilson menyipitkan sebelah matanya. "Mengatai?" "Ya. Ka
Hola, enjoy this chapter.Chapter 18Ares tidak memiliki ide untuk mencegah Evan yang akan menjemput Vanya dari sekolah, juga sangat mustahil melarang keduanya bergaul karena secara harfiah mereka telah menjadi keluarga. Bahkan Ares seperti tidak memiliki keberanian melarang Evan agar tidak lagi muncul di tempat tinggal ayahnya—tidak bertemu dengan Vanya karena dikhawatirkan akan merusak rencananya yang kini sedang dijalankan.Ares telah menyelidiki siapa Wilson, siswa berprestasi yang menjanjikan contekan kepada Vanya itu merupakan putra dari salah satu pengusaha sukses di Spanyol dan diam-diam pemuda itu menggeluti olah raga balap. Jika Wilson dan Vanya terlibat percintaan kemudian Tania mengetahui Wilson adalah calon seorang pembalap, Tania tidak akan senang dan tidak berpikir dua kali untuk menentang hubungan itu. Jangankan hubungan percintaan, hubungan kakak-adik saja dibatasi oleh Tania hanya karena Tania tidak menyukai profesi yang dipilih oleh putranya. Terlebih lagi, Tania j
Hola, Happy reading & enjoy!Chapter 19Vanya meletakkan kepala di atas meja sekolahnya seolah tidak memiliki tenaga untuk mengangkat kepalanya. Sudah dua malam dirinya harus mendengarkan Ares mengguruinya, mengajarkan matematika dan bahasa Inggris. Kakak tirinya itu benar-benar kejam, tidak main-main dengan ucapannya karena setiap sedikit saja Vanya kehilangan fokus dan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ares dengan tepat, Ares mengumpulkan kesalahan Vanya menjadi poin dan setelah terkumpul 10 poin, maka Vanya harus menjalani hukuman. Memijat punggung Ares sampai Ares merasa puas. Kenapa tidak sekalian saja Vanya kurus jadi terapis spa?Vanya jengkel mengingatnya, tetapi demi bisa pergi ke acara ulang tahun Dario dan 10.000 diamond, terpaksa Vanya berpura-pura menjadi seekor kelinci yang penurut di depan Ares. "Ayo, pulang." Vanya menggeser posisi kepalanya untuk menatap pemilik tangan yang menyentuh rambut di kepalanya dengan lembut. "Kau pulang saja duluan." Wilson ters
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 20Vanya berniat pergi ke dapur mengambil camilan untuk menemaninya menonton serial televisi kesukaannya, serial yang menceritakan perampokan sebuah Bank di Spanyol yang melibatkan banyak sekali pemain dan di dalam insiden tersebut terselip beberapa kisah cinta yang tidak seharusnya terjadi pada saat yang sangat genting itu. Ketika memasuki dapur, dia mendapati Ares juga di sana. Vanya mendekati Ares dan berdehem pelan. "Apa kau perlu bantuanku?" Ares yang hendak menyeduh kopi tidak serta merta menjawab tawaran baik Vanya, adik tirinya itu pasti memiliki niat tertentu padanya dan lagi pula apa yang bisa diharapkan dari gadis yang menghitung volume sebuah gelas saja masih memerlukan bimbingannya. Ares juga ngeri membayangkan kopinya berubah menjadi asin juga karena belum tentu Vanya dapat membedakan gula dan garam. "Apa yang kau cari?" tanya Ares. "Aku... eem... aku mencarimu," ucap Vanya pelan. Kedua alis Ares berkerut mendengar jawaban gadi
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 21"Aku sarankan agar ibumu dibawa ke panti rehabilitasi jiwa untuk diisolasi di sana," kata Ilona, psikiater yang menangani ibu Ares. "Bagaimana mungkin?" Telapak tangan Ares mengepal, amarah mengisi seluruh rongga dadanya. Ibunya tidak seharusnya menanggung luka batin hingga mengharuskan tinggal di panti rehabilitasi jiwa."Untuk saat ini, hanya solusi itu yang bisa kuberikan." Ares memejamkan matanya beberapa saat kemudian mendengus dan menatap Ilona. "Bukankah dulu kau mendiagnosa ibuku hanya mengalami depresi ringan, dia juga tidak membahayakan orang lain. Dan kau juga mengatakan jika ibuku tidak memiliki gejala yang menunjukkan keinginan untuk melukai dirinya.""Perubahan perilaku ibumu tadi malam telah meyakinkanku jika depresi ibumu bertambah." Ilona menatap Ares yang berulang kali mendengus. "Kau jangan menyalahkan perawat ibumu." Tadi pagi-pagi sekali ibunya menonton televisi di ruang keluarga dan tidak menyangka bahwa Chanel televis
Hola, happy reading and enjoyChapter 22"Orang bilang, masa SMA adalah masa paling indah, tetapi menurutku biasa saja. Kecuali saat aku bisa berbicara denganmu. Tadinya aku berencana mengungkapkan perasaanku padamu sebelum prome night, tetapi beberapa hari ini aku berpikir, jika nanti kita akan lebih sulit bertemu setelah lulus dari sekolah. Kita berdua akan sangat sibuk dengan dunia baru, mungkin tidak akan ada lagi masa-masa manis duduk di bawah pohon sambil mengulang materi pelajaran sebelumnya," ucap Wilson dengan lancar dan menatap mata Vanya. Vanya menggigit bibirnya, ucapan Wilson ada benarnya juga. Di masa SMA, yang seharusnya menjadi masa paling indah justru telah Vanya lalui dengan sangat tidak patut untuk diceritakan pada anaknya kelak. "S-sejak kapan kau menyukaiku?" Bibir Wilson melengkung membentuk senyum lembut. "Dengarkan aku baik-baik, Vanya," ucap Wilson dengan nada yang sangat tenang. "Kau ingat? Di kelas 1 kita sekelas." Vanya mengangguk. "Kelas 1A, favorit. S