“Azzar, Esme akan datang sekitar pukul 12 siang. Tolong awasi dia sampai aku datang. Dia pasti mendatangi bajingan itu dulu untuk mengucapkan selamat!”Azzar telah menerima perintah. Setelah memeriksa jadwal Dominic yang menjadi tuannya, melaporkan jadwal yang waktunya paling dekat, Azzar turun ke lobi dan tetap di sana untuk mengawasi pergerakan Wyatt.Ia berpura-pura membaca buku, tetapi matanya terus awas dengan kemunculan Wyatt yang masuk ke berbagai ruang yang menangani beberapa pekerjaan. HRD telah menyerahkan tugas yang membuat Wyatt sibuk.“Tidakkah membuang-buang waktumu?” Azzar mengangkat kepala karena yakin kalau Wyatt mengajaknya bicara. Ia menutup buku, tetapi membatasi halaman yang dibaca dengan jari telunjuknya. “Kamu sedang bicara denganku?” tanya Azzar ingin tahu.“Apa kamu sudah menunggu Nona Esme? Aku selalu penasaran dengan hubunganmu dan Esme. Kalian tidak seperti majikan dan bawahannya. Apa ini hubungan yang rahasia?”Rasanya Azzar ingin memukul Wyatt keras-kera
Wyatt hanya curiga saja awalnya. Itu pun karena tindak-tanduk Azzar juga. Jika mereka kebetulan bertemu dan ada Esme di sana, mata Azzar tidak akan berhenti memperhatikan Esme. Sesekali walau tidak kentara senyum terbit di bibir Azzar. Rasanya seperti melihat seorang penjahat yang jatuh cinta pada musuhnya. Tatapan yang diberiakn Azzar kepada Esme bukan sebuah penghormatan, tetapi keinginan untuk mengingat bagian diri Esme yang dicintai.“Dia adalah pria yang bodoh!” gumam Wyatt pelan.Ia kemudian menyadari kalau sama bodohnya dengan Azzar dan merasa bersimpati di detik kemudian. Mereka adalah dua pria bodoh yang tidak bisa mendapatkan cinta. Yang lebih menyiksa adalah melihat wanita yang dicintai malah bersama dengan pria lain.Wyatt pikir mungkin keinginan Azzar bisa dimanfaatkan. Akan tetapi, akan butuh waktu untuk melakukannya. Karena bukankah sebelum ini sudah begitu banyak kesempatan untuk Azzar mendekati Esme? Tetapi, pria bodoh lainnya itu hanya berdiri di pagar pembatas saja.
“Tuan Muda, makan malam telah siap!” Pelayan yang mengepalai para pelayan lain memberitahukan Dominic dari luar kamarnya.Ia telah selesai mandi, sedang mengeringkan kepalanya dengan handuk. “Ya, baiklah! Aku akan turun!” serunya tampak bermaksud untuk membuka pintu sedikit pun.Dominic tidak punya siapapun lagi di dunia ini. Kedua orang tuanya telah meninggal. Kakek dan neneknya ada di luar negeri setelah mengetahui Dominic bisa mengurus semua perusahaan mereka seorang diri. Yang ada di sekelilingnya hanya orang-orang kepercayaan dari kedua orang tuanya dulu.“Tuan Muda, keluarga Nona Esme kemarin telah mengirimkan pesan dan menyetujui rencana pernikahan yang Anda ajukan!”Senyum terbit di bibir Dominic. Selama ini rencana pernikahnnya ditolak karena keluarga Esme menilai putri mereka sampai kekanak-kanakan. Esme masih belum bisa menjadi nyonya besar Dominic.“Baguslah! Aku akan memberitahu Esme juga!” kata Dominic senang.Ia pastinya tidak akan kesepian lagi di rumah besar ini. Ada
Wyatt menganti pakaian tidur yang telah dikenakannya. Yulia yang tengah melakukan perawatan sebelum tidur berhenti dan menatap Wyatt melalui cermin. Tampaknya istri Wyatt itu ingin bertanya akan ke mana suaminya setelah isya begini.“Esme meneleponku,” kata Wyatt memberitahu.Yulia tercenung sebentar dan kemudian menginggat wanita yang pernah ditemuinya itu. “Oh, Nona Esme yang waktu itu kita temui di kafe? Apa ada sesuatu dengannya?” tanya Yulia penasaran.“Tidak tahu! Tiba-tiba saja dia menelepon dan memintaku untuk menjemputnya ke rumah!” Wyatt berhenti sebentar. “Aku pikir mungkin dia bertengkar dengan orang tua atau dengan Dominic. Jadi dia seperti orang yang melarikan diri!” Wyatt menerangkan.“Apa dia akan menginap?” Yulia agak terkejut dengan dirinya yang terdengar tidak suka dengan pilihan tersebut.Mereka baru saja menikah dan Esme jelas bukan keluarga yang bisa menginap sembarangan. Tetapi, buat Wyatt dirinya bukan apa-apa, jadi percuma kalau Yulia mengatakan apa yang ada d
Wyatt mencegat Azzar di pintu utama kantor. Wyatt baru akan masuk dan Azzar tampak tergesa-gesa keluar. Sepertinya ia mendapat tugas dari Dominic yang berhubungan dengan Esme. Karena tidak ada hal yang membuat Azzar begitu semangat selain Esme.“Apa kamu tahu kalau aku kemarin ke rumah Esme?” Wyatt memancingnya.Azzar berhenti, menarik Wyatt dengan kasar supaya tidak menghalangi jalan masuk dan kemudian menatap dengan curiga. “Apa maksudmu menemuinya?” tanya Azzar lekas.Semua hal tentang Esme tampak begitu menarik untuk Azzar. Padahal ia begitu terampil dalam menghilangkan emosinya dalam hal lain, tetapi tidak pada hal ini. Atau bisa jadi karena Wyatt yang tak seharusnya berada di dekat Esme kini ada di dekat gadis itu.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Azzar marah.Lihat bagaimana Azzar memandang Wyatt dengan penuh kebencian. Lihat bagaimana pria itu tampak seakan menjadi hewan buas yang akan menerkam Wyatt.Tetapi, Wyatt sama sekali tidak terpengaruh. Ia menelengkan kepala dan tampak
“Apa katamu?” Dominic terkejut dengan jawaban Esme setelah ia memberikan cincin berlian yang dibeli sudah lama sekali untuk lamaran.“Aku ingin berpikir sebentar, karena itu aku harap kamu tidak bertanya dan mendesak untuk acara pernikahan dahulu!” Esme sama sekali tidak gentar memberikan jawaban. Walau di dalam hati ia sedikit takut dengan reaksi yang ditunjukkan Dominic.“Kamu menolakku?”“Aku tidak menolak! Aku hanya bilang akan berpikir!” Esme tak mau kalau Dominic salah paham. Ia kemudian berteriak supaya tunangannya itu mengerti kalau ia hanya mau berpikir.Dominic melemparkan serbet setelah memakainya dan kemudian berdiri. Ia berjalan beberapa langkah dan kemudian kembali lagi ke arah Esme. Tetapi, ia sama sekali tidak mengatakan apa-apa karena pergi begitu saja dengan secepat mungkin.Esme tidak paham dengan sikap aneh Dominic. Ia sama sekali tidak menolak dan hanya meminta Dominic menunggu saja. Memang apa salahnya memberikan kebebasan pada Esme untuk memikirkan ulang tentang
Yulia membawa Esme ke ruang tamu rumah Wyatt. Seorang pria yang dikenali Esme sebagai kakek dari Wyatt tampak akan keluar dari rumah, berhenti sebentar untuk melihat siapa tamu dari cucu menantunya.“Saya Esme, Kek,” kata Yulia memperkenalkan diri pada pria tua itu.Pria itu menatap Esme sebentar, berusaha mengali di dalam ingatannya tentang wanita datang. Ketika kemudian ia tidak mendapatkan informasi tentang Esme di dalam otaknya, Albert, kakek Wyatt tersenyum dan mengulurkan tangan pada Esme. “Senang berkenalan denganmu!” katanya dengan ramah.Esme mengangguk senang. Ia menolek pada Yulia sebentar sebelum lanjut beramah tamah. “Kakek tampak tergesa-gesa, apa ada sesuatu yang gawat?”“Ah, aku harus pergi memeriksa sesuatu sekarang. Kalian berdua nikmati waktu dengan baik!” Albert setengah berlari menuju luar.Yulia dan Esme berdiri di sana dan menatap Albert menghilang di balik pintu.“Aku terkejut karena kamu datang ke rumah! Wyatt sedang tidak ada sekarang, jadi ayo kita duduk di
“Tuan, apa saya boleh tahu kenapa Anda dan Nona Esme sampai bertengkar?” tanya Azzar hati-hati.Walau bukan orang yang begitu dekat, tetapi Azzar sudah berada di samping Dominic sangat lama jika dibandingkan dengan pelayan di kediaman keluarga lainnya. Ia kenal bagaimana Dominic berinteraksi semasa kecil, juga ketika remaja. Ia mengikuti karir Dominic dari mulia diputuskan memimpin perusahaan sampai sekarang. Jadi, ia tahu betul apa yang akan membuat Dominic marah dan membuatnya senang.Saat ini Azzar sedang menyodorkan dirinya sendiri sebagai umpan melampiaskan kemarahan Dominic yang terpendam.“Aku melamarnya!” Dominic berkata dengan gusar. “Dia berkata ingin berpikir terlebih dahulu jadi meminta waktu! Bukankah itu sama saja dengan menolakku secara halus?”Kata “Melamar” sudah membuat Azzar kehilangan hampir separuh kesadarannya. Ia memang sudah bertekad untuk menjadi pengikuti setiap Dominic. Akan tetapi, ia tak bisa mengendalikan diri dengan baik sehingga ketika sadar sudah begit