Share

Penyesalan Helmi

****

Kesehatan Dinda yang belum betul-betul pulih tak menyurutkan niatnya untuk bertemu dengan Adam. Kerinduan pada anak pertamanya mampu mengalahkan rasa pusing di kepalanya.

"Pak, aku mau ke pesantren hari ini, Bapak bisa antarkan ke sana?" tanya Dinda penuh harap ketika panggilan teleponnya tersambung dengan Pak Dahlan. Sopir keluarganya.

"Loh, Non Dinda nggak bilang dari semalam. Saya masih di rumah, gimana, dong?" sahut Pak Dahlan terdengar bingung.

"Gini, deh. Maaf banget sebelumnya mengganggu jatah liburnya, tapi nanti saya kasih tips dua kali lipat. Mau, ya?" rayu Dinda.

"Kalau masalah itu saya nggak pa-pa, Non. Tetapi, masalahnya saya masih di rumah. Apa tidak apa-apa, Non Dinda menunggu?"

"Enggak pa-pa aku nunggu aja. Terimakasih banyak, Pak!"

Tut.

Dinda mengakhiri sambungan telepon. Kemudian ia bergegas untuk sarapan terlebih dahulu.

"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status