Share

Bab 4

Salah satu penulis favoritku membuka kelas menulis. Tanpa dipungut biaya alias gratis. Aku yang saat ini suka dengan membaca akhirnya memutuskan untuk mengikuti kelasnya. Mendaftarkan diri dengan modal nekat mengubah nasib. Karena dari kabar yang beredar jika seseorang berhasil dalam menulis sebuah novel. Dia bisa membeli apapun yang diinginkan. Termasuk membeli tanah para mantan. Ah, membayangkannya saja begitu menggiurkan. 

Harapannya aku bisa seperti mereka. Jika tidak bisa membeli tanah paling tidak bisa membeli hinaan mertua yang kadang meresahkan.

Huh hah 

"Mbak …." Suara Toni membuyarkan lamunanku. Entah kapan adik iparku itu sudah tiba. Dia masih duduk manis di atas motornya. Aku pun berjalan tergopoh-gopoh menghampirinya. 

"Lama."

"Sabar, namanya juga Ibu hamil. Jalannya pelan."

"Memangnya Ibu mau masak apa? Banyak ya?" Aku kembali bertanya sembari menjatuhkan bobot tubuhku di atas motor.

"Mana kutahu, Mbak. Aku kan cowok mana tahu urusan dapur."

"Kan Mbak cuma tanya. Nggak usah sewot kali!"

Toni tanpa memperdulikan ucapanku. Ia akhirnya kembali melajukan kendaraannya menuju rumah Ibu mertuaku. Selama perjalanan pikiranku menerawang jauh. Berandai-andai jika suatu saat nanti aku bisa membeli motor, mesin cuci maupun kulkas dari hasil aku menulis. Alangkah bahagianya aku. 

Terlebih saat ini Mas Bambang tidak bisa diandalkan. Mencari pekerjaan kesana kemari.

Tidak berapa lama motor pun akhirnya berhenti tepat di halaman rumah. Ibu mertuaku yang masih mengenakan pakaiannya tadi, berkacak pinggang menyambutku. Tatapannya sinis.

"Lama banget sih?!"

"Namanya juga lagi hamil, Bu. Pelan-pelan dong jalannya."

"Nggak usah banyak alasan. Sudah sana ke dapur. Inget ya, masak yang enak. Jangan sampai nanti teman-teman Ibu sudah datang kamu belum selesai masak!"

Aku hanya bisa menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan. 

"Kenapa nggak minta tolong sama tetangga? Ranti kan lagi hamil, Bu." Aku berjalan melewati ibu mertua sembari tangan mengusap lembut perut yang membuncit.

"Hamil itu bukan alasan untuk malas-malasan. Justru kamu harus banyak gerak.  Biar kalau lahiran lancar."

"Banyak gerak sama kerja rodi itu beda!"

"Kamu ini kalau dibilangin suka ngebantah. Makanya rejeki kamu menjauh. Buktinya Bambang di PHK. Setelah menikah sama kamu."

"Astagfirullahaladzim, Ibu. Mas Bambang di PHK itu bukan karena Mbak Ranti tapi memang rejekinya baru segitu. Lagian Ibu ini ada-ada saja. Meminta Mbak Ranti memasak banyak kek gitu. Dia kan hamil." Suara bariton milik adik iparku yang nomor dua terdengar jelas ditelinga. Bagas namanya, dia memang bersikap netral. Berbicara yang menurut pandangannya tidak benar dia akan menegur. Termasuk saat ini.

Aku yang langsung meletakan tas di atas meja. Lantas mengambil baskom. Berniat memotong sayur dan juga memotong cabai.

Bibir ibu mencebik. Lantas dia menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi. Menatap ke arahku dengan tatapan mengawasi.

"Makanya jadi istri itu kerja, menghasilkan duit. Seperti calon istri Bagas itu, jadi nggak nyusahin kek kamu!"

"Ibu memintaku kesini untuk membantu masak atau ingin menghinaku?" tanyaku. Entah mengapa rasanya jantungku berdetak lebih cepat. Niatku yang semula baik. Kini malah menguap begitu saja setelah mendengar ucapan Ibu mertua. 

"Halah, lebay."

"Bu, cukup! Kalau memang ibu mau meminta Mbak Ranti menolong ya sudah, nggak perlu dihina seperti itu!"

"Eh, Bagas. Kalau dia itu bekerja sebagai pegawai dengan gaji lima juta per bulannya. Ibu nggak akan pernah menghina dia. Ibu akan joget-joget keliling desa pakai daster."

Mataku membulat ketika mendengar ucapan Ibu mertua baru saja. 

"Baiklah, Bu. Kalau aku bisa mendapatkan gaji lima juta perbulan ibu akan joget-joget keliling kampung!"

"Oke! Siapa takut! Mustahil buat kamu Ranti! Wanita kek kamu yang hanya lulusan SMA saja mau kerja apa? Hahaha." Tawa Ibu yang nyaring. Justru membuatku semakin mantap untuk mengikuti kelas menulis. Apalagi ide cerita sudah terngiang-ngiang di kepala. Membuatku tidak sabar untuk segera menulisnya. Tentu setelah aku mengikuti kelas menulis. Agar tanda baca dan lainnya benar. 

Akankah Ranti bisa membuktikan? Kita tunggu part selanjutnya ya...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status